Wakil Ketua Majelis Diktilitbang pimpinan pusat Muhammadiyah, Prof Achmad Jainuri Ma PhD turut menyampaikan sambutan kepada para wisudawan  sesi 3 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) tahun akademik 2024 - 2025 yang diwisuda pada Ahad, (27/10/2024).
Sebelum memulai sambutan, terdapat dua tayangan video pendek yang menggambarkan betapa mirisnya pendidikan yang ada di Indonesia. Di video pertama ditunjukkan seorang anak yang sedang berbicara dengan gurunya menggunakan nada tinggi dan nyolot.
Lihat juga: 2 Persoalan Terkini yang Akan Ditemui Para Wisudawan
Sedangkan video kedua, ditampilkan betapa rendahnya nilai kompetensi siswa Indonesia, bahkan ketika dihadapkan dengan soal-soal akademik dasar.
"Betapa mirisnya anak-anak sekolah. Nilai etika moral yang sudah tak nampak di dalam perilaku kehidupan sehari-hari, itu merupakan masalah moral," kata Prof Jain.
Sedangkan yang kedua, tambahnya, para siswa di Indonesia juga miris secara kompetensi. Mereka tidak bisa menyelesaikan soal-soal tingkat dasar seperti penjumlahan atau pengetahuan umum.
Orang Tua dan Peran Krusialnya
Melihat betapa mirisnya sistem di Indonesia saat ini, Prof Zain mengatakan bahwa tanggung jawab kepada para generasi muda tak hanya diemban oleh lembaga pendidikan saja, tapi juga orang tua yang memiliki peran krusial di dalamnya.
Ia mencontohkan kehidupan di negara barat yang diasumsikan sebagai masyarakat yang sangat individualistik. Namun dalam konteks pendidikan, mereka sangat bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka, terutama di usia sekolah dasar.
"Kita ini kadang-kadang kebacut. Anak tidak boleh bermain, tidak boleh istirahat, harus belajar terus. Tapi akhirnya yang nyantol di kepala hanya sebagian kecil materi saja," teasnya.
Menurutnya anak-anak juga memiliki hak untuk bermain. Mereka memiliki waktu dan ruang untuk refreshing, dan mereka tidak dibiarkan begitu saja, melainkan tetap didampingi.