Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kkn

KKN-T 17 Umsida Realisasikan Sekolah Ramah Anak Melalui Kampanye Anti Bullying

30 Agustus 2024   12:53 Diperbarui: 30 Agustus 2024   17:26 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak dan bebas dari bullying, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T) kelompok 17 Desa Balongdowo, Candi, mengadakan kampanye anti bullying di PAUD-TK Aisyiyah Bustanul Athfal III.

Kegiatan yang berlangsung pada Jumat (16/ 08/ 2024) ini melibatkan sekitar 60 siswa TK dan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai anti-bullying sejak dini. 

Baca juga: Kolaborasi Ciptakan Pendidikan Berkualitas, Mahasiswa KKN-P Umsida dan SD Sentul 1 Bersatu

Kampanye anti bullying diawali dengan sesi bernyanyi bersama dan perkenalan antara mahasiswa KKN-T dengan siswa. Materi tentang pentingnya menghentikan bullying disampaikan melalui film dan presentasi menarik yang disesuaikan dengan usia anak-anak. 

"Kami sengaja mengemas materi  kampanye anti bullying ini dalam bentuk yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak," ujar Lely Ika Mariyati MPsi Psikolog selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-T kelompok 17. 

Kegiatan ini juga merupakan dukungan terhadap program pemerintah yang bertujuan untuk menekan angka kekerasan di lingkungan sekolah. Sebelumnya, berdasarkan data pengaduan KPAI yang dilansir dari laman Tempo (12/3/2024), menunjukkan kekerasan anak pada awal 2024 sudah mencapai 141 kasus. 

Dari seluruh aduan itu, 35 persen di antaranya terjadi di lingkungan sekolah atau satuan pendidikan.

 Kampanye Anti Bullying yang Interaktif

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Kampanye anti bullying ini tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga interaktif. Tim mahasiswa KKN-T mengajak anak-anak untuk terlibat dalam diskusi sederhana.

Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apakah ada yang pernah mengejek teman?" dan "Apakah boleh memukul teman?". Jawaban spontan dari anak-anak menunjukkan bahwa mereka sudah memahami dasar dari perilaku yang tidak boleh dilakukan. 

"Tidak boleh!" jawab mereka serentak saat ditanya apakah boleh mengejek teman. 

Lely menambahkan, "Kegiatan ini adalah implementasi dari ajaran Islam tentang hablum minallah dan hablum minannas. Kita sebagai sesama muslim harus saling menyayangi dan menyejahterakan, bukan saling menyakiti,".

Sosialisasi seperti ini, katanya, harus dilakukan secara terus-menerus untuk membangun budaya baik sejak dini. Menurutnya, kegiatan yang dilakukan secara konsisten akan menghasilkan kebiasaan baik yang nantinya bisa menjadi budaya positif di sekolah. 

"Kita tidak boleh mentolerir perilaku buruk yang bisa berkembang menjadi budaya tidak sehat," tegasnya.

Tepuk Anti Bullying dan Pesan Moral

Sebagai penutup kegiatan kampanye anti bullying, tim mahasiswa KKN-T mengajak anak-anak untuk menyanyi dan bertepuk tangan bersama. "Tepuk Anti Bullying" menjadi momen yang paling dinantikan oleh anak-anak. "Tepuk Anti Bullying... Jangan suka menyakiti, Jangan suka memukuli, Jangan suka caci maki. Bullying... Bullying... NO! Sayang Teman... YES!," seru Adilah, salah satu anggota tim KKN-T, yang memandu anak-anak memperagakan gerakan tepuk tersebut. 

Baca juga: KKN-P 15 Umsida dalam Gerakan Pendidikan, Sosialisasikan Bullying Hingga Perbaikan Sarpras

Respon anak-anak sangat positif, terlihat dari antusiasme mereka saat mengikuti setiap sesi kegiatan. 

"Asyik main bersama kakak-kakak, menonton film, menyanyi, dan dapat hadiah. Pokoknya senang sekali," ujar Yasmin, salah satu siswa yang mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai. 

Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak dan bebas dari bullying. 

Dengan terus meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menghentikan bullying, diharapkan kasus-kasus kekerasan di sekolah bisa ditekan, dan anak-anak bisa tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung.

Penulis: Intan Nical Wahyu Tifany

Penyunting: Roamdhona S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun