Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Liberal Sering Dianggap Rasional, tapi Tanpa Bukti yang Kuat

2 Juli 2024   16:02 Diperbarui: 2 Juli 2024   17:25 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penistaan agama, khususnya terhadap para nabi, dianggap sebagai pelanggaran serius dalam Islam. Kita tidak meminta maaf atas pendirian ini, dan kita juga tidak mengizinkan penistaan tanpa perlawanan, meskipun bertentangan dengan paradigma lain. 

Lihat juga: Solusi Komprehensif Penyelesaian Konflik Palestina-Israel

Meskipun kita mengakui kebebasan berpendapat, prinsip-prinsip yang mendasari liberalisme tidak terbukti rasional, koheren, atau konsisten dari prinsip pertama. Oleh karena itu, kita tidak menerimanya begitu saja.

Dalam masyarakat liberal, orang sering kali membela kebebasan berpendapat secara agama, namun mereka pun mengakui keterbatasannya. Misalnya, rasisme tidak diperbolehkan di sekolah-sekolah di seluruh Eropa. Mereka juga membatasi penyebaran informasi berbahaya kepada masyarakat, seperti instruksi pembuatan bom atau gas beracun, karena membahayakan masyarakat.

Posisi Muslim

Sebagai Muslim, kita memiliki landasan epistemik atas keyakinan kita. Kita beriman kepada Allah yang dapat dibuktikan melalui watak bawaan (fitrah) dan argumentasi rasional seperti argumentasi halus dan kosmologis. Perintah Allah itu sempurna karena Dia maha mengetahui, maha kuasa, dan maha bijaksana. Inkonsistensi dan kegagalan para filsuf manusia tidak dapat disamakan dengan perintah ilahi Allah.

Banyak umat Islam yang merasa ragu karena mereka dikondisikan untuk menerima filsafat Barat tanpa ragu. Kita tidak boleh begitu saja menyerap mitologi orang Barat hanya karena mitologi tersebut mendominasi narasi budaya. 

Persamaan sejarah dapat digambarkan dengan orang-orang Yunani kuno yang percaya pada dewa-dewa seperti Zeus dan Athena tanpa bukti, hanya karena itu adalah bagian dari budaya mereka. Demikian pula, orang-orang Barat modern percaya pada liberalisme secara aksiomatis.

Liberalisme belum tentu berhasil bagi masyarakat Barat. Negara-negara Skandinavia dan negara-negara Barat lainnya, yang memiliki nilai-nilai liberal dan ateistik yang tinggi, juga memiliki tingkat depresi dan bunuh diri yang tinggi. 

Lihat juga: Dosen Umsida Jelaskan Kesinambungan 3 Ilmu Pengetahuan Alam Ini dan Nilai-Nilai Islam

Studi yang dilakukan oleh WHO dan Majalah Forbes menunjukkan bahwa negara-negara yang paling mengalami depresi sebagian besar adalah negara-negara liberal dan negara-negara Barat. Hal ini menunjukkan kegagalan liberalisme dan impian Amerika, karena tidak ada makna yang melekat pada kehidupan masyarakat.

Islam menawarkan cahaya bagi mereka yang mencari tujuan, menjauh dari pemanjaan diri menuju kehidupan yang disiplin dan bermakna. Kita tidak boleh menerima pernyataan-pernyataan sok suci dari Barat tanpa pengawasan yang cermat. Dogma pasca-pencerahan ini sering kali diterapkan tanpa bukti. Kita akan mempercayai kebebasan berpendapat hanya jika hal tersebut sejalan dengan Islam. Misalnya Allah berfirman, "Tidak ada paksaan dalam beragama," artinya beriman adalah pilihan pribadi, meski kekafiran ada konsekuensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun