Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bye Terigu, Tim PKM Umsida Olah Kulit Pisang dan Umbi Ganyong Sebagai Pengganti Tepung

26 Juni 2024   16:47 Diperbarui: 26 Juni 2024   17:16 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulit pisang yang biasanya dibuang begitu saja, dimanfaatkan oleh kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (PKM Umsida) dari program studi Teknologi Pangan. Mereka lolos di skema Riset Eksakta, yaitu PKM yang berfokus pada fenomena ilmiah. Selain kulit pisang, kelompok PKM ini juga memanfaatkan umbi ganyong menjadi makanan ringan yang menyehatkan.

Lihat juga: Meja Komposit, Inovasi yang Membuat Umsida Raih Juara Harapan 2 di KISI 2023

Dalam melakukan riset, tim ini didampingi oleh Rahmah Utami Budiandari STP MP. Rahma, sapaanya, mengatakan bahwa topik ini dipilih karena pengembangan cookies bebas gluten berbasis tepung ganyong dan tepung kulit pisang kepok berpotensi memberikan  nilai tambah pada bahan baku lokal yang digunakan. Bahan ini juga bisa menjadi alternatif kudapan atauu cemilan bagi penderita celiac disease karena bebas gluten.

"Progress PKM saat ini sampai pada tahap pengujian organoleptik cookies, serta mengolah data hasil analisis cookies tepung ganyong dan kulit pisang kepok. Setelah proyek ini selesai, output yang diharapkan terutama memenuhi luaran wajib dari belmawa kemdikbud meliputi laporan kemajuan, laporan akhir, artikel ilmiah serta akun media sosial masing-masing tim disesuaikan dengan data dukung hasil komponen gizi cookies," ujar Rahmah.

Luaran lain dari riset ini adalah memformulasikan makanan ringan untuk orang umum juga untuk penderita celiac disease yang intoleran terhadap gluten. Keberlanjutan proyek ini diharapkan dapat mendiseminasikan hasil riset ke khalayak serta mengembangkan dalam skala yang lebih luas.

Lalu, luaran riset bisa ditemukan di akun media sosial Instagram @kuker.pikbiyong dan tiktok @kukerpikbiyong untuk menambah wawasan para pembaca yang masih awam dengan penemuan baru riset tersebut.

Tafana Serly Kurnia selaku ketua tim PKM ini telah mengikuti program ini dari semester satu, sehingga ia sudah mengetahui detail PKM ini. Hingga menginjak semester tiga inilah, ia didapuk sebagai ketua tim dengan inovasinya ini.

Lihat juga: Perkenalkan "SUEGER", Produk Olahan Susu Inovasi Mahasiswa KKN-P 52 Umsida

Nutrisi kulit pisang kepok dan umbi ganyong

"Saya ingin membuat inovasi pangan namun berfokus untuk menggantikan tepung terigu. Karena masyarakat Indonesia sangat ketergantungan dengan makanan yang berterigu atau bisa mengurangi impor terigu," ujar mahasiswa yang akrab disapa Tafana ini.

Setelah itulah tercetus kulit pisang kepok sebagai bahan utama tepung. Ia melihat banyak penjual gorengan yang ada di sidoarjo yang menggunakan bahan pisang kepok sebagai pisang goreng, namun kulitnya terbuang sia sia. 

"Jadi, alangkah baiknya jika kulit pisang kepok dan umbi ganyong ini dimanfaatkan dengan baik karena kandungan serat yang tinggi dalam kulit pisang kepok sangat cocok untuk dijadikan produk cookies," tuturnya.

Selain kulit pisang, ia dan timnya juga mengolah umbi ganyong. Bahan ini berpotensi sebagai pengganti terigu dan kandungan gizinya pun tidak kalah dengan terigu, namun penggunaan umbi ganyong ini masih belum meluas. Oleh sebab itu, Tafana dan timnya mengkombinasikan tepung umbi ganyong dengan tepung kulit pisang untuk membuat cookies.

Sulitnya analisis kimia

Dokpri
Dokpri

Dalam melakukan riset ini, tim bimbingan Rahmah menemukan beberapa kendala yang utamanya terjadi pada saat pengujian analisis kimia. Seperti kehati-hatian dalam  melaksanakan  uji atau analisis parameter komponen cookies, serta mengolah data dan laporan secara tepat.

"Pengujian analisis kimia harus dilakukan dengan sangat teliti dan juga penuh kesabaran untuk menjalani tiap tahapan pengujian. Selain itu juga, kami juga masih belum dapat mata kuliah untuk pengujian serat, lemak, kadar air, kadar abu, dan protein. Jadi belum mengerti dan tahu bagaimana tahapan yang harus dilakukan. Oleh sebab itu, kami harus belajar dari nol," terang Tafana.

Lihat juga: Mahasiswa KKN-53 Kembangkan Inovasi Hijab Kain Sutera

Namun, kendala tersebut dapat diatasi dengan menjaga kekompakan antar anggota tim supaya bisa bekerjasama dengan baik untuk melakukan setiap tahapan sesuai prosedur yang telah dijelaskan oleh asisten laboratorium. 

Ia melanjutkan, "Kami berjalan juga tidak sendirian, kami dibimbing oleh arahan bu Rahmah dan juga bimbingan di lab oleh kak Nanda, salah satu asisten laboratorium kami,".

Penulis: Romadhona S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun