Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

6 Keutamaan dan Amalan Bulan Dzulhijjah dari Dekan FAI Umsida

16 Juni 2024   05:17 Diperbarui: 16 Juni 2024   07:35 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibnu Umar bercerita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam itu tinggal di Madinah sepuluh tahun dan senantiasa menyembelih kurban pada bulan Dzulhijjah. Kurban ini bersifat Sunnah muakkadah untuk umatnya, dan bagi yang mampu. 

Dan itu sebagai bukti ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya. Surat Al Hajj ayat 37 yang menyebutkan: "Yang sampai kepada itu tidak dagingnya dan darahnya, tetapi yang sampai kepadanya adalah ketakwaan dari kalian". 

Oleh karena itu qurban adalah Sunnah yang bersifat tahunan, bagi yang mampu melaksanakannya. Dan bagi yang memiliki harta sedangkan dia tidak mau berkurban, maka hukumnya adalah makruh lagi tidak disuka. Bahkan Rasulullah pernah mengancam agar orang ini tidak mendekati musholla tempatnya melaksanakan shalat id itu. 

"Berbeda dengan empat amalan diatas yang merupakan Sunnah 'yang bersifat ainiyah, yang artinya bersifat personal. Artinya masing-masing person yang mengerjakan ibadah itulah yang berpahala. Amalan yang kelima, yaitu menyembelih kurban, ini bersifat Sunnah kifayah," lanjut orang yang tergabung dalam Forum Ustadz Pesantren Muhammadiyah PP Muhammadiyah itu.

Artinya, sambung Dr Fauzi, jika dalam ayah atau orang yang menanggung nafkah itu sudah berkurban, maka kurban yang dilakukan oleh dia itu sudah mewakili anggota keluarganya. Jika ayah --misalnya- sudah berkurban, maka anggota keluarga yang lainnya mendapatkan pahalanya. Ini tidak berarti istri atau anggota keluarga yang lain tidak perlu berkurban, jika mampu.

  1.  Dzikir dan do'a pada hari tasyriq

Amalan yang bisa dilakukan saat bulan Dzulhijjah yang terakhir adalah dzikir dan doa. Pada hari kesebelas, kedua belas dan ketiga belas dari Bulan Dzulhijjah seperti firman Allah pada Surat Al-Hajj ayat 18 di atas, tentu saja selain ibadah puasa pada hari-hari di bulan Dzulhijjah ini. 

Karena kaum muslimin telah ijma' (sepakat) bahwa puasa pada hari ini dilarang dan diharamkan. Tetapi semua ibadah yang lainnya, termasuk menjalin silaturahmi dengan sanak saudara, dengan teman dan lainnya, memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan, membiasakan diri untuk senantiasa membaca basmalah ketika makan minum dan semua jenis dzikir yang lainnya. Rasulullah bersabda : "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan, minum dan hari-hari berdzikir kepada Allah". (HR Muslim).

Sumber: Dr Imam Fauzi Lc MPd

Romadhona S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun