Sebanyak 15 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dari Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPA lolos pendanaan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) oleh Kemendikbudristek 2024. Kelompok bimbingan Muhlasin Amrullah SUd MPdI ini lolos dengan topik Desa Cerdas di pesisir Sidoarjo tepatnya di dusun Kepetingan, desa Sawohan, Buduran.
Program yang diketuai oleh Citra Azizah ini berjudul PPK Desa Cerdas Sawohan Melalui Project Saung Sinau Berbasis Numerasi Inspiratif dan Literasi Eksplosif (Numlitex) Melalui Kearifan Lokal. Setelah dinyatakan lolos, mereka akan memulai program pada Juni hingga November. Namun mereka sudah mempersiapkan program ini sejak awal tahun 2024.
5 Saung yang akan diimplementasikan
"Awal mula mengikuti PPK Ormawa saya melihat dari Instagram. Setelah itu pihak kemahasiswaan melakukan sosialisasi yang langsung saya diskusikan bersama anggota HIMA IPA lainnya dan menentukan topik," ucap Citra.
Program yang diusung, lanjutnya, bernama 'Saung Sinau' dengan beragam inovasi yang mengupayakan pemberdayaan masyarakat. Caranya dengan membuat sosialisasi, pelatihan, membentuk komunitas guna menambah wawasan dan  pengalaman tentang pemberdayaan dalam sektor lingkungan, pendidikan, dan perekonomian.Â
Terdapat 5 Saung yang akan diimplementasikan dalam program in, diantaranya:Â
- Saung Cerita (Saung Dalam Literasi Inspiratif dan Numerasi Edukatif)
- Saung Cerdas (Saung Dalam Berwirausaha)
- Saung Cendekia (Saung Dalam Pengembangan Ide Kreativitas)
- Saung Cegah (Saung Cerdas Dalam Menjaga Kebersihan dan Pengelolaan Sampah)
- Saung Cemas (Saung Dalam Melangkah Maju Bersama Pendidikan)
"Saya tidak menyangka karena hanya tim saya yang lolos tahap seleksi akhir dari Umsida. Saya dan tim juga sangat bersyukur atas lolosnya pendanaan tim PPK Ormawa HIMA Pendidikan IPA karena kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk PPK Ormawa ini," tuturnya.
Tujuan PPK Ormawa
"Jadi di Umsida kan ada program MBKM. Salah satu tujuan program tersebut adalah memupuk prestasi. Oleh karena itu, saya sebagai pihak mahasiswaan menawarkan  program atau kompetisi oleh Kemendikbud salah satunya ya PPK ormawa," ujar Muhlasin, dosen pembimbing program ini.
PPK ormawa ini, tuturnya, merupakan salah satu program yang targetnya adalah organisasi mahasiswa. Jadi, seluruh organisasi yang ada di Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) diberi wadah untuk mengikuti program ini, mulai dari workshop, dan pendampingan hingga tuntas. Tahapan ini ia sosialisasikan kepada mahasiswa sejak Agustus tahun lalu.
Walaupun PPK Ormawa diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengikuti organisasi di kampus, Muhlasin menjelaskan bahwa di program ini pengusulnya adalah mahasiswa yang tergabung di organisasi dengan ketentuan anggota kelompok pada program ini berkisar antara 15 sampai 20.
Ia melanjutkan "Karena jika program itu  hanya dikerjakan oleh satu prodi saja, pastinya kurang heterogen. Misalnya anggotanya hanya berasal dari  prodi pendidikan IPA saja, maka nanti mereka akan mengalami kesulitan di bidang lain. Oleh karena itu, kami mengikutsertakan mahasiswa dari prodi lain dengan catatan mereka juga aktif di organisasi mahasiswa. Hal tersebut juga sudah diperbolehkan oleh pusat prestasi nasional (Puspresnas),".
Desa pelosok jadi tempat pengabdian PPK Ormawa Umsida
Program ini nantinya dilaksanakan di dusun Kepetingan yang merupakan salah satu daerah Sidoarjo yang cukup jauh dari wilayah kota. Akses untuk menuju desa ini pun cukup sulit. Untuk mencapai desanya sendiri (desa Sawohan), dusun ini dipisahkan oleh tambak. Dan saat musim hujan, kendaraan darat tidak bisa menuju ke dusun Kepetingan.Â
Dengan kondisi wilayah seperti itu, maka  akses pendidikan pun turut berdampak. Di wilayah ini banyak anak-anak mengalami kesulitan untuk menempuh pendidikan lanjut. Kebanyakan dari mereka hanya mampu mengenyam pendidikan sampai di bangku SD saja.Â
Karenanya, melalui program PPK ormawa ini mahasiswa Umsida berniat untuk memberikan pendampingan tentang pendidikan agar mereka tidak hanya berhenti di tingkat pendidikan tersebut. Di sisi lain, mahasiswa juga memberikan wawasan terkait dengan pentingnya pendidikan.
"Karena rata-rata  masyarakatnya bekerja di tambak, maka setelah lulus SD mereka langsung bekerja di tambak. Jika ingin melanjutkan sekolah pun, mereka terkendala jarak yang cukup jauh," tutur dosen FPIP Umsida itu.
Buat suasana pendidikan yang nyaman
Saat pelaksanaan PPK Ormawa, mahasiswa Umsida akan membuat suasana pendidikan non formal dan informal. Pendidikan non formal sendiri akan berfokus pada program, sedangkan informal berfokus pada peristiwa belajar.
"Nantinya kami akan membuat program bernama Saung Sinau dan juga membuat peristiwa belajar di sana sehingga semangat belajar mereka tumbuh. Dan harapannya tentu agar mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya," katanya.
Karena nanti mahasiswa berfokus pada pendidikan non formal dan informal, maka mereka akan menyiapkan 5 Saung Sinau yang sebenarnya di sana sudah tersedia namun tidak terawat. Tak hanya tempat dan model pembelajarannya saja, tapi mahasiswa nanti juga menyiapkan kurikulum  beserta pencapaian-capaiannya.
Kerjasama dengan warga lokal
Siswa yang akan mengikuti kegiatan ini pun beragam, mulai dari SD hingga SMA tergantung pada level permasalahan siswa.
Muhlasin mengatakan, "Mungkin siswa SD permasalahannya adalah minat belajar. Kalau SMP minat belajar dan masa pubertasnya. Sedangkan permasalahan siswa SMA adalah minat belajar dan studi lanjutnya,"
Dalam memberikan pendidikan kepada warga lokal ini mahasiswa Umsida juga akan menggandeng karang taruna setempat. Tujuannya agar setelah program PPK Ormawa ini selesai, mereka bisa melanjutkannya secara mandiri. Karena saat Muhlasin mendapat informasi dari  kepala desa setempat, sudah banyak mahasiswa yang melakukan pengabdian di desa tersebut namun tidak berkelanjutan.
Manfaat PPK Ormawa
Muhlasin menjelaskan beberapa manfaat yang didapat berbagai pihak dari program PPK Ormawa ini. Yang pertama tentu bagi dosen yang memang diharuskan untuk melakukan pengabdian masyarakat.
"Dan ada beberapa output yang bisa diambil dari program ini yang pertama bagi mahasiswa. Mereka nanti bisa konversi mata kuliah sebagai pembelajaran di masyarakat. Â Karena kegiatan tersebut wajib diinformasikan kepada masyarakat, jadi nantinya ada output berupa publikasi baik pemberitaan maupun ilmiah. Sedangkan bagi masyarakat, program ini bisa digunakan sebagai kesempatan untuk menurunkan angka putus sekolah, menumbuhkan tingkat literasi dan numerasi," pungkasnya.
Penulis: Romadhona S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H