Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sulitnya Menjadi Perempuan yang Memiliki 3 Peran Sekaligus

25 Mei 2024   21:39 Diperbarui: 25 Mei 2024   21:41 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Di sini saya sangat merasakan peran perempuan yang harus mengubah hidupnya, menjadi perempuan yang mengurusi keluarga. Awalnya di situ saya tidak menerima dan sempat marah kepada Tuhan yang menjanjikan bahwa menikah adalah sebuah keberkahan. Sedangkan saya tidak merasakan hal tersebut," ucapnya.

Mengajar sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Pasuruan mengharuskan Dian untuk melanjutkan studinya ke jenjang S2. Di situlah ia merasakan lagi kebimbangan tentang pembagian peran perempuan. Anak yang masih berusia belia ditambah tempat kuliah yang berada di luar kota membuatnya harus pintar-pintar menjalin komunikasi dengan keluarga.

"Dari keadaan ini saya harus bisa berbicara dengan keluarga saya atas keputusan yang saya buat. Berawal dari suami hingga berbicara ke keluarga besar. Di situ saya menjelaskan apa saja resiko dan solusi yang saya utarakan agar peran saya sebagai perempuan tetap berjalan," ucap alumni Magister Pendidikan Bahasa Inggris Unisma tersebut.

Dia mengatakan bahwa seorang perempuan harus memiliki data yang lengkap sebelum ia membuka diskusi dengan keluarga. Inilah pentingnya perempuan yang harus belajar terlebih dahulu agar bisa berkembang atau mempertahankan pemikiran yang visioner.

Mendaftarkan S2 karena tuntutan membuat Dian harus bekerja lebih keras ditambah kondisi ekonomi keluarga yang saat itu sedang memburuk. Dengan memanfaatkan kemampuan yang ia miliki serta dukungan dari keluarga, akhirnya ia bisa menyelesaikan studi magisternya dengan lancar.

Lihat juga: Perlindungan Perempuan Korban Pelecehan Seksual Belum Maksimal, Menurut Riset Dosen Umsida

"Di sinilah titik saya bisa mengerti apa yang dijanjikan Allah kepada saya. Walaupun jalan tersebut awalnya sangat susah untuk saya jalani, tapi saya yakin ketika perempuan memiliki tekad yang mampu diutarakan dengan baik, hingga mendapat dukungan dari keluarga pasti akan Allah tolong," ujar dosen yang juga kasi Humas Umsida ini.

Pendidikan tinggi yang menurut sebagian banyak orang tidak pantas didapatkan oleh seorang perempuan dipatahkan oleh Dian. Setelah lulus S2, Dian menjadi dosen di Umsida yang saat ini regulasi menjadi dosen harus berpendidikan doktor atau S3.

Lagi-lagi ia dituntut untuk menuntut ilmu lagi dan mengulang momen studi S2-nya dulu. Namun, saat ini Dian sudah bisa mengatur dengan baik karena pengalaman yang telah ia alami saat harus melanjutkan studi S2, menjadi istri, dan ibu dengan anak yang masih balita.

"Saat ini saya lebih bisa mengontrol diri lebih tahu yang dimaksud Allah itu bagaimana. Jadi menurut saya, sebenarnya perempuan itu sama saja, diberikan Allah kelebihan yang sama, Allah memberi kelebihan, jatah kepada setiap makhluk-Nya. Tinggal kita itu mau ambil jatah-Nya atau tidak," pungkas dosen yang sedang menyelesaikan studi S3 di Universitas Negeri Malang ini.

Foto: Pribadi
Foto: Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun