Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Program ICT di Umsida, Semester 5 Sudah Bisa Mendaftar

27 April 2024   05:40 Diperbarui: 27 April 2024   05:47 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkuliah di luar negeri merupakan salah satu kesempatan yang tidak bisa didapatkansemua mahasiswa. Seperti program International Credit Transfer (ICT) dari prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida) yang perdana membuat program ini pada akhir 2023. Lalu, apa saja syarat yang diperlukan untuk mengikuti program ini? Memangnya, apa saja manfaatnya?.

Baca juga: Penutupan Summer Course, Ini Kesan 9 Mahasiswa Internasional UMM

Manfaat mengikuti ICT

Dari program ini, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan mahasiswa. Poppy menjelaskan beberapa manfaat tersebut. Pertama, mahasiswa bisa memperluas relasi mereka bahkan hingga ke taraf internasional. Lalu, mahasiswa juga bisa mempelajari budaya negara lain. 

"Dan dari pengabdian masyarakat ini, mahasiswa bisa menjadikannya sebagai tugas akhir pengganti skripsi. Jadi mereka di sana tak hanya kuliah saja, pulang dari sana mereka bisa lulus. Program ICT ini juga dikonversikan dengan mata kuliah yang ada di Umsida selama satu semester," lanjut Poppy.

Syarat mengikuti ICT
Dok Istimewa
Dok Istimewa

Untuk mengikuti program ICT, Ikom sendiri melihat kesiapan mahasiswa secara keilmuannya. Mulai semester 3, mahasiswa sudah diperbolehkan untuk mengikuti ICT. 

Dekan FBHIS itu menambahkan, "Tapi kita punya kepentingan supaya mahasiswa ke sana tak hanya untuk pertukaran, tapi juga sembari mengerjakan TA. Memang aturan resmi pemerintah mulai semester 3, namun dengan mempertimbangkan TA tadi, kita usahakan minimal semester 5, jadi pulang sudah bebas TA,"

Tak hanya dari jurnal selama mereka di sana saja. Mahasiswa juga bisa memanfaatkan kegiatan pengmas di PCIM yang bisa di-HKI-kan. Atau juga jika ada konferensi yang terindeks ISSN, mereka juga bisa mengikuti kegiatan tersebut.

"Kita juga melakukan seleksi peserta berdasarkan IPK (>3,5), motivasi, wawancara (in English), pengalaman yang telah tertulis di CV. Kita tidak ingin mengirim mahasiswa yang asal saja, karena standar di sana juga cukup tinggi. Proses penyamaan konversi mata kuliah saja memakan waktu satu tahun. Jadi tidak sembarangan" jelas Poppy.

Baca juga: Umsida Terima 76 Mahasiswa PMM Batch 4 dari 40 Kampus di Indonesia

Mengetahui banyaknya benefit yang akan didapatkan mahasiswa melalui program ini, Poppy mengajak para mahasiswa untuk berpartisipasi dalam program internasional. Walau sepengalamannya ia banyak menemui mahasiswa yang takut, tapi ia menyarankan untuk membiasakan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris walau mereka sebenarnya paham jika bahasa ibu kita bukan bahasa Inggris.

"Tidak usah khawatir, pihak UTAR telah menjelaskan dari hal yang remeh hingga yang paling penting ketika mahasiswa akan berangkat ke Malaysia. Entah dari cara menggunakan transportasi umum, toko makanan halal, hingga cara mengerjakan ujian, mereka telah membimbing para mahasiswa ini," jelasnya.

Jadi tidak perlu khawatir. Ikom cukup selektif dalam memilih university partner karena sebenarnya banyak kampus yang telah mengajukan kerja sama. Tapi hal tersebut harus diseleksi terlebih dahulu mana yang benar-benar mengajak kerja sama dan bisa membimbing mahasiswa dengan pemahaman yang mudah dimengerti, mulai administrasi hingga kehidupan di negara tujuan.

Dan ia menjelaskan bahwa program ini terus berlanjut dan resiprokal. Jadi tidak hanya kita mengirim, tapi Umsida juga akan menerima mahasiswa dari UTAR untuk berkuliah di sini. 

Baca juga: FAI Umsida Undang Penasehat Al-Azhar di Seminar Internasional

"Jangan ragu untuk daftar jika ada tawaran program ini. Banyak hal yang tidak bisa dihitung dengan uang saat kita mencari ilmu terutama ke luar negeri. Seperti pengalaman sharing dan mempelajari budaya orang lain, toleransi, itu mahal dan tidak bisa didapat hanya dengan puas di tempurung," tutupnya.

Penulis: Romadhona S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun