Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Produk Luar Banyak Peminat, Mengapa Tak Dukung Produk Lokal Saja?

3 Februari 2024   06:02 Diperbarui: 3 Februari 2024   06:51 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pabrik baterai kendaraan listrik itu merupakan bagian dari nota kesepahaman yang disepakati antara Indonesia dengan Korea Selatan terkait proyek investasi cell baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai US$ 9,8 miliar atau setara Rp 142 triliun. Perusahaan pemilik pabrik itu merupakan gabungan antara konsorsium perusahaan Korsel dan konsorsium BUMN RI. Tidak ada yang membanggakan dari project ini.

Transportasi udara

Di bidang kedirgantaraan, Indonesia telah memiliki cukup infrastruktur dan suprastruktur untuk membuat pesawat. PT Dirgantara Indonesia digadang menjadi motor industri pesawat terbang Indonesia. Dengan berbagai potensi anak bangsa yang ada semenjak era BJ Habibie hingga sekarang, belum ada berita besar yang membanggakan produk lokal di bidang industri dirgantara Indonesia. Potensi yang luar biasa itu tidak didukung oleh kebijakan pemerintah.

Bidang kesehatan

Demikian juga halnya dengan bidang kesehatan. Di masa pandemi ini vaksin didaulat menjadi cara terbaik menyelesaikan pandemi Covid-19. Pemerintah memilih mengimpor semua jenis vaksin yang beredar di pasar internasional, terutama Sinovac, selain Pfizer, Moderna, dan Johnson and Johnson. Padahal Indonesia tidak kurang sumberdaya untuk membuat vaksin asli dari produk lokal para ilmuwan Indonesia.

Fungsi berdirinya Gernas BBI

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) sebenarnya cukup menggembirakan. Presiden Jokowi pada 8 September lalu membentuk Tim Gernas BBI diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves). Wakil ketuanya yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Gubernur Bank Indonesia (BI), dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Kemudian, ketua harian Tim Gernas BBI dijabat oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)/ Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sedangkan wakil ketua harian yaitu Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Dengan nama-nama mentereng itu diharapkan ada buatan Indonesia yang bisa membanggakan Indonesia.

Baca juga: Pendidikan Anak di Era Society 5.0 Tak Hanya Soal Akademik

Buatan Indonesia itu, apakah produk asing yang dibuat di Indonesia meski produsennya adalah orang asing, atau semua ide/gagasan dan pembuatannya oleh orang Indonesia dan dibuat di Indonesia. Tentu presiden Joko Widodo menghendaki agar seluruhnya adalah dari dan oleh orang Indonesia. Namun faktanya apakah demikian?

Istilah produk "Made in..."

Kalau dulu di setiap produk itu menunjukkan nasionalismenya. Istilah ini pun sangat terkenal. Karena tertulis pada produk bersangkutan. Istilah itu adalah "Made In ..." Kita lihat pada setiap produk tertulis misalnya Made ini China, Made in Japan, Made in USA, dan seterusnya. Nasionalisme ini sangat kuat hingga sampai ke produk. Tapi tidak kita jumpai "Made in Indonesia."

Namun orang Indonesia itu tidak kurang akal. Istilah "Made in..." pun diartikan dengan diplesetkan menjadi "Made di China," "Made di Jepang," "Made di Amerika Serikat," dst. Made di sini adalah nama seorang Indonesia, nama khas Bali. Namun disebutkan bahwa Made itu adalah orang Indonesia yang menginternasional. Karena si Made ada di mana-mana di setiap produk yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun