Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Produk Luar Banyak Peminat, Mengapa Tak Dukung Produk Lokal Saja?

3 Februari 2024   06:02 Diperbarui: 3 Februari 2024   06:51 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kita membuka mata sampai kembali menutup mata, kita tidak bisa lepas dari produk. Dari ujung rambut sampai ujung kaki seseorang ada banyak produk yang melekat, entah apakah itu produk lokal atau bukan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia bekerja untuk mendapat gaji. Gaji ini digunakan untuk membeli produk kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan, pakaian, peralatan (gadget) yang berteknologi rendah sampai tinggi, dan sebagainya yang ditukarkan dari uang hasil keringatnya.

Sejak bangun tidur manusia mandi memakai sabun, sampo, pasta gigi dan sikatnya, hingga peralatan cukur. Kemudian mengenakan (pakaian luar dan dalam, wanita lebih kompleks), make up (produk kecantikan bagi perempuan), sepatu, dst. Kemudian berangkat kerja dengan kendaraan. Peralatan kantor, peralatan kerja, makanan cepat saji di restoran untuk makan siang, Semuanya merupakan produk. Manusia ini menjadi makhluk yang hidupnya bergantung pada produk. Namun juga ia bisa menciptakan produk. Tidak salah jika manusia boleh jadi disebut sebagai homo product.

Produksi merupakan segala hal yang bisa ditawarkan di pasar agar bisa dikonsumsi atau digunakan untuk bisa memenuhi keperluan atau kebutuhan konsumen di pasar.

Baca juga: Dinasti Jokowi, Saingi 4 Politik Trah yang Ada?

Namun Ironisnya, orang Indonesia tidak peduli terkait siapa pembuat produknya, apa produk itu dari luar ataukah produk lokal. Mengapa produk ini muncul, karena memperhatikan siapa yang membuatnya menunjukkan kepedulian terhadap pengembangan ekonomi. Mulai dari ekonomi komunitas hingga ekonomi negara.

Ironisnya lagi, orang merasa merdeka dengan apa-apa yang dibeli dengan uangnya. Namun persoalannya kemudian orang tidak sadar bahwa ia telah dijajah. Dijajah bukan dalam pengertian bahwa individu dikekang secara fisik, tetapi dijajah secara mental dan perilaku. Mental dan perilaku kita dikontrol untuk menjadi tergantung dengan produk yang dibuat oleh produsen yang sengaja menciptakan ketergantungan tersebut.

Menurut Theotonio Dos Santos dalam Jurnal The American Economic Review dengan judul "The Structure of Dependence" (1970) mengungkapkan bahwa dependensi (ketergantungan) adalah keadaan di mana kehidupan ekonomi negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara--negara lain, di mana negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Indonesia menjadi pembuktian atas teori yang dikembangan ekonomi asal Brazil ini.

Kebanggaan AS dengan produk lokalnya

Ilustrasi: Pexels
Ilustrasi: Pexels

Amerika Serikat misalnya, mendukung industri, pertanian para petani, dan produk lokal lain di negaranya. Lebih jauh termasuk juga membuka jalan distribusi bagi bagi para petaninya dengan menciptakan ketergantungan negara lain kepada negeri berjuluk Land of Hope ini. Misalnya produk lokal pertanian kedelai. Pemerintah AS memberikan subsidi besar kepada para petani kedelai baik untuk pupuk ataupun yang lainnya demi berkembangnya produk lokal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun