Mohon tunggu...
UMROH
UMROH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswa Pendidikan IPA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Masa Kini: Lebih Dari Sekedar Pengajar

19 November 2024   15:17 Diperbarui: 19 November 2024   16:02 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendekatan ini terbukti efektif meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, Fachri juga menginisiasi program "Jurnal Pengamatan Harian" di mana siswa mencatat dan menganalisis fenomena ilmiah yang mereka temui di luar sekolah.

Pendidikan Karakter

"Sebagai guru IPA, saya tidak hanya mengajarkan konsep-konsep ilmiah, tetapi juga nilai-nilai seperti kejujuran dalam melaporkan hasil eksperimen, ketekunan dalam menyelesaikan proyek, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan," tegas Fachri.

Untuk mendukung hal tersebut, dia menerapkan sistem "Buddy Research" dimana siswa yang lebih mahir membantu teman yang kesulitan. Program ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, tetapi juga menumbuhkan empati dan kepedulian sosial.

Kisah Fachri menggambarkan kompleksitas peran guru modern yang tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi juga harus mampu menjadi fasilitator, motivator, dan teladan bagi siswa-siswanya.

Kreativitas Tanpa Batas

"Keterbatasan sarana tidak boleh membatasi kreativitas kita dalam mengajar," ujar Fachri sambil merapikan alat peraga buatannya. "Justru dengan keterbatasan ini, saya dan siswa belajar untuk lebih kreatif memanfaatkan barang-barang sederhana di sekitar kita."

Guru IPA SMP ini mengembangkan apa yang disebutnya "laboratorium portabel" - kumpulan alat peraga sederhana yang dapat dengan mudah dibawa ke mana-mana. "Tidak semua sekolah punya lab lengkap. Tapi dengan alat-alat sederhana ini, siswa tetap bisa melakukan eksperimen dan memahami konsep sains secara langsung," jelasnya.

Pembelajaran Berbasis Proyek

"Saya mendorong siswa untuk membuat proyek sains dari barang bekas. Minggu lalu, mereka membuat pembangkit listrik tenaga angin mini dari botol plastik dan dinamo bekas DVD player," cerita Fachri dengan antusias. Menurutnya, pendekatan ini tidak hanya mengajarkan sains, tetapi juga kesadaran lingkungan dan kemampuan problem-solving.

Program "Green Science" yang diinisiasinya berhasil mengubah sampah plastik sekolah menjadi berbagai alat peraga pembelajaran. "Kami punya kebun hidroponik dari botol bekas, alat penjernih air sederhana, bahkan miniatur pembangkit listrik tenaga surya," tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun