Mohon tunggu...
Umi Lestari
Umi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis untuk hiburan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cerita Bertetangga dengan Hutan

20 November 2024   13:31 Diperbarui: 20 November 2024   13:36 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Madrasah kami dikawasan hutan, di Kecamatan Saradan Madiun. Kecamatan ini merupakan wilayah yang paling timur dari  Kabupaten Madiun yang berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk. Bila kita bepergian ke arah Surabaya atau sebaliknya, kita akan melewati hutan dikanan kiri jalan.

Berada dikawasan hutan sangat menyenangkan. Udaranya sejuk dan segar, pemandangan asri, kaya oksigen untuk bernafas, lingkungan alam terjaga, bencana alam seperti banjir bisa tertanggulangi karena banyak pohon yang menyerap air serta segudang lainnya manfaat dari hutan.

Madrasah kami juga banyak memanfaatkan hutan yang berada didepan madrasah. Hutan bisa kami manfaatkan untuk ruang belajar (outdoor learning), menjadi sumber belajar untuk pelajaran science, seni, geografi, olah raga serta mata pelajaran lainnya.

Baru-baru ini kami juga memanfaatkan hutan untuk siswa berlatih panahan. Kami mempunyai ektrakurikuler pramuka yang didalamnya ada kegiatan panahan. Siswa kami sering menampilkan kemampuan panahan dalam beberapa event baik kegiatan dimadrasah maupun kompetisi diluar kota.

Panahan ini merupakan olah raga yang memerlukan kejelian, konsentrasi, kecermatan dan fokus. Hutan seringkali digunakan untuk berlatih. Tempatnya sepi, jadi bisa membantu siswa untuk berkonsentrasi.

 Dimusim hujan seperti saat ini, hutan semakin segar. Daunnya semakin hijau dan banyak tumbuh daun-daun muda. Pemandangan hijau dan segar ini yang menjadi pemandangan setiap pagi saat kami menyambut kedatangan siswa dipagi hari didepan gerbang madrasah.

Namun hal berbeda dengan pohon-pohon dihutan disebelah utaranya yang tak jauh dari madrasah kami. Daun-daunnya kering dan mengerdil. Tampak hutan diwilayah itu menjadi kumpulan pohon gersang. Berbeda jauh saat sebelumnya yang tumbuh rimbun dan berdaun lebat.

Faktanya daun-daun pohon jati dikawasan itu diserang ulat. Jutaan ulat menghancurkan pertumbuhan daun pohon jati. Ulatnya kecil-kecil berwarna gelap. Setelah menetas, ulat membentuk gulungan daun untuk tempat persembunyian pada siang hari. Pada malam harinya mereka memakan daun-daun.

Pada pagi hari ulat-ulat bergelantungan dibenang. Mungkin juga akan beterbangan bila diterpa angin yang kuat.

Bila kita mendekat, bulu kuduk akan berdiri. Ulat semakin kebawah sampai ditanah. Dipinggir jalan ulat banyak berceceran. Hal ini mengkhawatirkan kami warga madrasah, takut kena gatal akibat ulat-ulat tersebut. Namun menurut penduduk setempat, ulat-ulat itu tidak gatal.

Ulat-ulat itu mencari tempat yang aman. Setelah bergelantungan dan sampai ditanah, ulat akan berproses, berubah menjadi kepompong atau Bahasa Jawanya enthung. Enthung inilah yang sering diambil oleh warga untuk dimasak.

Selanjutnya nanti kepompong akan berproses menjadi kupu-kupu. Ketika waktu itu sudah tiba, pasti banyak kupu-kupu beterbangan hingga kemana-mana termasuk ke madrasah kami. Pasti suasana akan semakin indah.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun