Beberapa hari udara terasa panas. Keringat mudah keluar. Sudah lama tidak turun hujan, mungkin 2 minggunan.
Sore itu langit mulai mendung. Udara juga terasa lebih dingin dari biasanya. Tiba-tiba angin menerjang pepohonan yang berada disekitar rumah kami. Tampaknya angin semakin kuat sehingga pohon-pohon berliuk-liuk  terkena terpaannya. Dedaunan pisang berkibar-kibar dan ada yang patah pelepahnya.
Akhirnya hujanpun turun dengan deras bersamaan dengan kencangnya angin. Suara pintu, daun jendela dan juga kaca menahan serangan angin.
Sore itu saya akan mengantarkan anak saya ke stasiun. Ia akan kembali ke kostnya di Jogjakarta. Tiket sudah dibeli dan rencanya akan saya antar jam 18.00 setelah sholat maghrib.
Tetapi karena hujan angin begini, saya mengurungkan niat untuk mengantarnya. Takut. Lagi pula saya tidak terbiasa menyetir di malam hari. Kalau di siang hari, setiap hari saya menyetir mobil ke madrasah. Tetapi kalau bepergian malam hari, selalu suami yang menyetir. Â Hari itu suami sedang berada diluar kota, jadi harus saya yang mengantar. Tetapi karena hujan angin, saya menyuruh dia naik ojol.
Anak saya setuju, dia pasti juga tidak tega saya menyetir dalam keadaan hujan angin seperti itu. Dan parahnya lagi, listrik pun ikut mati. Senyampang masih ada cahaya dari luar, saya suruh ia berdandan dan berkemas. Alhamdulillah hujan dan angin reda. Tetapi malam menjadi gelap tanpa listrik.
Setelah sholat maghrib, anak saya memesan ojol. Ternyata susah. Mungkin karena didesa, kata anak gadis saya. Beberapa saat ditunggu belum berhasil juga. Malam semakin gelap...dan ia belum berhasil memesan ojol.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengantarnya ke jalan raya untuk memudahkan mencari ojol. Toh hujan angin sudah berhenti. Diluar semuanya gelap. Teras menjadi terang saat mobil saya nyalakan. Kami menyusuri jalanan yang gelap. Dari lampu mobil tampak daun-daun segar dan buah muda pohon mangga yang berada dipinggir jalan rontok berserakan di jalan. Bahkan banyak pohon pisang yang tumbang karena angin yang kencang.
 Kami menyusuri jalan yang kanan kirinya sawah. Biasanya pada malam hari banyak lampu warna-warni disawah. Yaitu untuk menyeterum tikus. Tetapi karena listrik mati dikawasan tersebut, sawahpun gelap gulita.
Sampailah kami dijalan raya. Mobil saya parkir didepan minimarket. Inilah satu-satunya toko yang terang didaerah tersebut. Perumahan kanan kirinya gelap. Dia melanjutkan memesan ojol. Beberapa saat kami menunggu proses pesan ojol. Belum berhasil juga ... dan saya yang tidak sabar. Akhirnya saya nekat mengantarnya ke stasiun. Daripada anak saya ketinggalan kereta....
Jarak ke stasiun tidak jauh, mungkin 5 km. Tetapi gelap dan lalu lintas saat itu sangat ramai dengan kendaraan besar seperti bus dan truck-truck yang panjang. Â Bismillah dan banyak membaca sholawat, saya melajukan mobil. Diperjalanan selain tidak ada lampu jalan, lampu lalu lintas juga mati. Jadi harus esktra hati-hati karena mobil dari segala arah melaju.