Mohon tunggu...
Umi Lestari
Umi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis untuk hiburan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tidak Ada Mantan Siswa dan Mantan Guru

6 September 2024   09:44 Diperbarui: 6 September 2024   10:01 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada suatu malam saya mendapat chat dari salah seorang siswa yang dulu pernah saya ajar beberapa tahun yang lalu. Kini ia telah lulus. Dalam chatnya ia mengkomentari status yang saya unggah. Lalu ia bertanya dengan nada heran.

" Lho Bu, panjenengan masih ngesave nomor saya?" Saya segera membalasnya.

"   Iya, kenapa? Saya save sewaktu kamu menghubungi saya akan mengumpulkan ijazah SD pada waku masih di MTs dulu."

" O," jawabnya singkat. Padahal ia juga masih menyimpan nomor saya, terbukti ia bisa melihat status saya. Kenapa ia heran nomornya tersimpan di HP saya? Saya chat lagi ia.

" Kamu sekarang masih kuliah atau sudah kerja?" Saya tidak ingat sudah berapa tahun ia lulus. Yang saya ingat ia lulus beberapa tahun yang lalu.

'Belum lulus Bu, masih kelas 3. Ya ampyunn..."

 Ternyata ia masih kelas 3 di SMK. Saya masih ingat ia termasuk anak yang bandel sewaktu masih menjadi siswa kami. Sering membuat ulah, tidak memperhatikan guru, jarang mengerjakan tugas , membuat gaduh bahkan sering tidur sewaktu pelajaran. Banyak guru yang mengeluh dengan kelakuannya waktu itu. Namanya Satria...

Saya  lanjut chat dia.

" Kamu sudah tidak nakal lagi, kan?"

" Sudah Bu. Sudah tidak nakal lagi. Manut Mamah."

Saya apresiasi ia karena sudah berubah seiring dengan usia dan tingkat kematangan berfikirnya. Kini ia bukan anak kecil lagi, sudah bisa berfikir dan  memilih mana yang baik dan buruk.

"Bu, tolong tetap save nomor saya sampai saya kerja ya..." hati saya tersentuh dengan permintaannya.

Saya menyetujuinya dan juga mendoakannya semoga ia sukses di masa depannya.  

" Ya, SATRIA RAJIN MENGAJI."

Saya sebut namanya sesuai yang tersimpan di HP saya. Tentu nama lengkapnya bukan seperti itu, saya hanya menyimpan sesuai dengan nama yang tertulis di Hpnya waktu itu.

Ia menjawab dengan emoji tertawa lalu menjawab,

" Semoga istiqomah ya Bu."

Obrolan singkat malam itu dengan siswa yang dulu pernah saya ajar memberi kesan bahwa sesungguhnya tidak ada mantan siswa atau mantan guru. Walaupun sudah tidak lagi mengajar karena siswa melanjutkan ke jenjang yang lebih atas, walaupun jarak telah memisahkan, namun hati guru selalu ada untuknya.

Guru akan merasa berbahagia bila siswa yang dulu diajar menjadi orang sukses. Akan lebih berbahagia lagi tatkala setelah siswa sukses, ia akan teringat kepada guru-gurunya yang telah mengajar, mendidik, membina, menyayangi serta mendoakannya. Sejatinya tidak ada istilah mantan siswa dan mantan guru. Mereka tetap siswa yang ada dihati para guru.  

Masa depan anak juga tidak ada yang tahu. Siswa yang dulunya bandel, nakal dan sebagainya belum tentu ia tidak berhasil dimasa depannya. Justru harus didoakan supaya ia bisa berubah baik dan menjadi anak yang berhasil.

Mudah-mudahan, julukan SATRIA RAJIN MENGAJI membawa perubahan pada dirinya. Terbukti ia mengatakan,  semoga istiqomah. Berarti ia telah melaksanakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun