Cerita Dibalik Gagalnya Traveling Kami ke Gili Terawang
Senyampang ada kegiatan dinas ke Lombok, kami memanfaatkan momen disana dengan mengunjungi beberapa destinasi andalan pulau Lombok yang sangat excotik. Beberapa tempat kami kunjungi sambil perjalanan study banding ke madrasah dan sekolah disana.
Setelah dari SMPN 2 Mataram, kami meluncur menuju ke suatu destinasi yang sudah dijadwalkan. Sepanjang perjalanan naik bus, kami disuguhi panorama yang sangat elok. Pemandangan laut Senggigi yang sangat bagus. Sebelumnya saya hanya mendengar dan membaca tentang laut Senggigi dari beberapa buku dan artikel. Kini saya benar-benar menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Subhanallah, sungguh luar biasa ciptaan Allah SWT. Kami semua terpesona melihat laut biru, lambaian daun kelapa disepanjang pantai, pasir putih dipinggir pantai dan semuanya menyatu membuat satu kesatuan menjadi panorama yang sangat indah.
Selama perjalanan , pemandu menanyakan apakah kami membawa sandal terutama sandal jepit? Ternyata sebagian dari kami tidak membawanya. Kami hanya membawa kaos yang baru dibagi oleh travel tour yang menghandle kunjungan kami ke Lombok. Menurut guide, tempat wisata yang kami kunjungi nanti berupa pantai berpasir serta berhubungan dengan air. Jadi bila tetap memakai sepatu, sepatu kita pasti akan rusak. Guide menenangkan kami karena didestinasi tersebut ada penjual sandal. Hitung-hitung kami membantu membeli jualan mereka, kata guide yang sudah senior tersebut.
Tibalah kami dipinggir pantai yang kami tuju. Kami akan menaiki boat menuju Gili Terawang, sebuah pulau kecil di Indonesia namun mungkin yang terindah. Tempat ini sangat terkenal sehingga banyak turis manca negara yang berada disana untuk sun bathing atau sekedar menikmati pemandangan berupa pasir putih dan pantai yang sangat menawan. Selain itu wisatawan bisa snorkling dengan kura-kura, menyelam bersama ikan hiu dan menikmati indahnya isi laut didalam air yang jernih. Disana juga tersedia banyak hotel dan penginapan serta berbagai macam fasilitas. Kami tak sabar untuk segera sampai ke tempat yang sangat terkenal tersebut.
Semua awak bus turun dan mencari penjual sandal jepit. Alhamdulillah... ada. Bersanding dengan penjual kaca mata hitam serta topi. Kami berebut menuju ke penjual sandal jepit. Pemandangan menarik. Kami berebut memilih sandal yang sesuai dengan kaki kami karena ukurannya beragam. Tumpukan sandal itu dengan cepat laku berpindah tangan ke para pembeli. Tidak peduli berapa pun harganya, yang penting kami kebagian sandal jepit. Saat itu sandal jepit menjadi barang yang paling diburu walaupun harganya berkali-kali lipat dengan yang biasa kami beli di rumah kami. Hemm ...demi mendapat sandal jepit, hehe.Â
Dagangan kaca mata hitam dan topi yang berada didekatnya ikut laris juga. Benar-benar hari itu keberuntungan bagi mereka. Dagangannya laris manis.
Setelah itu kami duduk dipinggir pantai, sambil foto-foto dan bersenda gurau. Disana banyak perahu boat yang berlabuh dipinggir pantai. Kami sedang menunggu komando dari panitia dan juga guide.
Tiba-tiba salah satu panitia yang mengumumkan bahwa ombak sedang tinggi. Rupanya cuacanya sedang tidak baik-baik saja. Salah satu rombongan yang mencoba duluan ke arah Gili Terawang kembali sebelum sampai disana. Mereka takut karena perahu berkali-kali dihantam ombak.
Akhirnya diputuskan kami semua tidak ke Gili Terawang dan kembali ke hotel. Rasa kecewa pasti ada namun kami memilih keselamatan sehingga bisa memahami walaupun sudah jauh-jauh menaiki bus menuju tempat itu. Tetapi sandal jepit bertuliskan I love Lombok sudah kami dapatkan, membeli produk lokal asli dari Lombok.Â
Akhirnya kami harus puas mengunjungi Gili Terawang melalui HP. Googling menikmati keindahan dan daya tarik yang disuguhkan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H