Mohon tunggu...
Umi Lestari
Umi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis untuk hiburan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Asyiknya Jalan Pagi di Pinggir Hutan

22 Agustus 2024   10:39 Diperbarui: 22 Agustus 2024   11:22 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area hutan yang terbakar (dokpri )

Asyiknya Jalan Pagi di Pinggir Hutan

Hari Kamis pagi, cuaca sangat cerah dilingkungan madrasah. Sinar matahari hangat menyinari bumi dikawasan hutan. Hutan didepan madrasah, sawah di kanan-kiri dan belakang madrasah kami. Benar-benar asri dan indah natural pemandangan pelosok desa nan damai. Jauh dari hiruk-pikuk perkotaan atau area pabrik yang bising. Udara segar bebas polusi.

Saya tidak ingin melewatkan pagi itu sia-sia. Saya niatkan untuk jalan-jalan pagi dilingkungan sekitar madrasah. Kebetulan saat itu kami sedang mengenakan baju olah-raga karena ada lomba-lomba dalam rangka perayaan Agustusan.

Sudah saya niatkan untuk melakukan jalan-jalan pagi dan berolah raga, untuk mengimbangi aktifitas duduk selama berkendaraan. Setiap perjalanan, saya berkendara sejauh 25 km dan memakan waktu 40 menit. Jadi saya harus mengimbanginya walau dengan olah raga ringan.  

Saya menyusuri jalan didepan madrasah ke arah selatan. Jalan itu jalur menuju 2 kecamatan yang berada dilereng Gunung Wilis. Jalannya sudah beraspal bagus, jadi kendaraan bisa melaju dengan cepat.

Saya menyusuri jalan yang indah. Pohon trembesi menaungi kanan kiri jalan. Buahnya kami sebut buah 'siter' yang sudah kering berjatuhan dijalan, menjadi pipih menempel diaspal tergilas ronda-roda kendaraan.  

Saya berjalan dipinggir jalan sambil menikmati pemandangan sekitar. Disebelah kiri, kawasan hutan jati yang semak-semaknya sudah terbakar. Pohon-pohon dan daun jati ya juga mulai mengering. Pohon-pohon pisang yang tumbuh dipinggir hutan juga ikut terbakar daunnya.

Area hutan yang terbakar (dokpri )
Area hutan yang terbakar (dokpri )

Menurut beberapa sumber, ada orang yang sengaja membuang puntung rokok. Lalu terbakarlah area hutan tersebut. Untuk daerah yang bisa ditanami untuk lahan MBAON, warga memang sengaja membakar belukar dibawah pohon jati. Saya tetap fokus mengamati ke sebelah kiri.

Saya terus berjalan dan melintasi dua orang pria yang duduk dipinggir jalan. Sepeda motornya terparkir didekatnya. Setelah sedikit menyapa saya melanjutkan berjalan. Beberapa saat kemudian, orang tadi menyusul dengan motornya. Dia berhenti dan menawari saya dibonceng motornya. Saya tolak halus tentunya karena tujuan saya jalan kaki adalah untuk berolahraga.

Setelah agak jauh saya berputar arah, kembali menuju madrasah. Gantian, saya fokus ke pemandangan yang tadi disebelah kanan, sekarang disebelah kiri.

Berbeda dengan pemandangan hutan jati yang terbakar, area disebalah kiri saya adalah persawahan dengan berbagai macam tanaman. Tanaman padi, sudah menguning dan bahkan banyak yang sudah dipanen.  Ada juga tanaman tebu yang sudah banyak kering daunnya. Disebelahnya ada tanaman jagung dan sedikit sayuran. Tetapi nun jauh disana, dibalik persawahan itu tetap hutan, karena memang daerah kawasan hutan.  

Menghirup udara pagi yang murni bebas polusi merupakan kenikmatan yang sangat berharga. Mungkin hal ini biasa bagi warga sekitar yang setiap hari tinggal disini. Namun bagi orang yang tinggal diperkotaan atau area pabrik dengan limbah yang tidak bisa dihindari, area hutan ini merupakan impian yang ingin dinikmati. Pemandangan indah, asri, sejuk, udara segar, oksigen melimpah dan masih banyak lagi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun