Mengenal Mata Pencaharian Masyarakat Di Wilayah Hutan.
Menulis tentang daerah dimana madrasah baru berada, rasanya tiada habisnya. Banyak hal yang menarik untuk diceritakan, tentang siswa, letak geografis, keindahan panorama serta masyarakatnya.
Untuk ke madrasah, saya melewati jalan raya propinsi yang tentu ramai dengan berbagai macam kendaraan besar seperti truck dan bus antar propinsi. Sampai di pertigaan sebuah pasar, saya belok ke selatan kejalur kecil. Melewati sedikit perkampungan sebelum sampai ke area hutan.
Setiap pagi saat memasuki area hutan menuju ke madrasah, saya selalu memperlambat mobil saya. Menikmati suasana pagi yang cerah dan panorama yang sungguh indah. Kanan kiri jalan berupa hutan yang asri, matahari pagi belum tinggi, seakan berada diatas pepohonan.
Hari itu ada yang tidak biasa. Saya kaget melihat kepulan asap di hutan jati disebelah kiri jalan. Beberapa area tampak telah terbakar. Â Semak-semak dibawah kaju jati telah hangus dan ada sebagian yang masih ada bara apinya.
Saat akan memasuki halaman madrasah, saya lihat hutan di depan madrasah kami aman. Tidak terbakar. Semoga kebakaran ditempat tadi tidak menjalar sampai di hutan dekat madrasah kami, pikir saya dalam hati.
Saat saya ceritakan kepada rekan-rekan guru tentang kebakaran hutan yang saya lewati tadi, mereka tidak kaget. Ternyata kebakaran tersebut sengaja dilakukan. Wilayah hutan memang sengaja dibakar oleh warga. Dan hal itu sudah biasa dilakukan.
Warga yang membakar wilayah hutan tersebut tidak bermaksud membakar pohon jati yang menjadi pepohonan utama dihutan itu. Namun mereka hanya membakar belukar yang tumbuh diantara kayu jati. Atas tindakan pembakaran belukar tersebut ternyata tidak mematikan pohon jati disana.
Warga tersebut akan memanfaatkan tanah milik Perhutani (hutan) untuk ditanami sesuatu yang bisa menghasilkan bagi mereka. Misal padi, pisang, kacang-kacangan, ketela, tanaman sayuran dan lain sebagainya. Tentu tanaman tersebut tidak mengganggu hutan kayu jati.
Pekerjaan bercocok tanam seperti ini disebut 'mbaon.' Jadi mbaon adalah bertani atau berkebun tetapi bukan ditanahnya sediri, namun di tanah milik Perhutani. Oh ya, saya baru ingat. Ketika melewati hutan, saya pernah melihat padi ditanam dipinggir jalan didekat hutan. Pasti ini contoh dari mbaon.
Orang tua murid-murid kami banyak juga yang mata pencahariannya 'mbaon' karena memang berada diwilayah hutan. Memanfaatkan wilayah hutan untuk bisa ditanami sesuatu yang menghasilkan. Pantas saat kami ingin berkunjung ke rumah orang tua karena hal tertentu, anaknya selalu mengatakan bahwa orang tuanya tidak dirumah. Kerja di hutan, katanya.
Suatu hari ketika sedang menyambut siswa dipagi hari di gerbang madrasah, saya perhatikan hutan didepan madrasah kami yang semula masih aman, kini sudah terbakar juga. Rupanya pembakaran itu merambat sampai meluas areanya. Bawah pohon sudah hangus semua. Kini tinggal pohon-pohon jati, yang menjulang yang daunnya mulai mengering. Suatu hari nanti kami bisa melihat tanaman apa yang ditanam warga dihutan depan madrasah kami.Â
Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H