Mungkin banyak teman-teman yang mempunyai sahabat di luar negeri, sahabat pena atau sahabat maya.
Pasti mempunyai kesan tersendiri bersahabat dengan warga mancanegara. Bisa tahu banyak hal, terutama tentang culture atau keadaan negara asal sahabat kita tadi.
Saya juga punya sahabat di Canada. Dia bukan asli orang Canada, namun warga negara Indonesia yang tinggal disana.
Dia teman kuliah saya saat kami sama-sama kuliah di Malang. Kami cukup dekat, sering kuliah bersama dan hang out bersama-sama juga. Namun nasib kami cukup jauh berbeda.
Saya tipe anak yang nyaman dengan yang sudah ada. Tetapi sahabat saya tersebut mempunyai daya juang yang cukup besar. Semangat dan takdir mengantarkan dia tinggal dan bekerja di Canada.
Walaupun sempat putus komunikasi karena kehilangan kontak, alhamdulillah kami bisa berhubungan lagi melalui medsos.
Sekedar say hello dan bertukar kabar serta sharing aktifitas sehari-hari. Walaupun sudah puluhan tahun yang lalu, namun ia masih mengingat saya.
Saya senang bisa berkomunikasi dengan dia. Harapan saya, setidaknya saya bisa mempraktikkan Bahasa Inggris saya yang telah banyak hilang dari ingatan.Â
Karena tinggal di Canada, saya percaya tentu ia menggunakan Bahasa Inggris dalam sehari-harinya. Termasuk saat berkomunikasi dengan saya.
Namun saya salah. Dia tidak pernah menggunakan Bahasa Inggris saat berkomunikasi dengan saya. Ia malah menggunakan Bahasa Jawa...
Lah, jadinya saya malu kalau ingin pakai Bahasa Inggris.
Mungkin ia ingin supaya Bahasa Jawanya tidak hilang. Di Canada ia mungkin kesulitan untuk menggunakan Bahasa Jawa.
Tetapi ia pernah bercerita kalau anaknya yang lahir dan tinggal di sana diajari juga menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia.
Walaupun sudah puluhan tahun tinggal di negeri orang, namun nasionalismenya masih cukup tinggi.
Karena kesibukan masing-masing, kami termasuk jarang berkomunikasi. Sesekali ia mengirimkan foto aktifitas yang sedang ia jalani.
Saat winter, danau membeku menjadi daratan es. Ia bersama keluarganya mencari ikan dengan cara membuat lubang pada daratan es yang berada diatas danau tersebut. Lalu kail dimasukkan kedalam lubang tersebut. Dibawah daratan es tersebut terdapat air dimana ikan-ikan masih hidup disana.
Baru-baru ini ia mengirim foto lagi. Tanaman bunga yang bermekaran indah tumbuh didepan rumahnya. Bunga mawar yang kelopaknya besar sangat indah.
"Iki kembangku ngarep omah podo mekar." Ia tetap konsisten menggunakan Bahasa Jawa dengan saya.
Bunga-bunga lainnya juga sangat cantik. Semua bermekaran. Saya mengira sekarang disana musim semi. Namun ternyata sudah masuk musim panas sejak tanggal 21 Juni kemarin.
Saya terpesona dengan salah satu bunga di foto yang dikirimkan ke gawai saya. Mungkinkah ini bunga Magnolia?
Buku pertama yang saya terbitkan berjudul "Magnolia dari Florida". Walaupun saya mengambil nama 'Magnolia' namun jujur saya belum pernah melihat bunga Magnolia dari dekat.
"Apakah yang pink itu bunga Magnolia, Mbak?" saya bertanya menggunakan Bahasa Indonesia, namun apa jawabnya...
"Dudu.... iku kembang Pioni."
Hmm, tetap dengan Bahasa Jawa yang medok... Wes suwe neng Canada lho iki....orang Jawa yang masih di Jawa saja mungkin kalah, tidak selalu memakai Bahasa Jawa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H