Akhirussanah, Mengakiri Traveling Madiun-Jombang Selama 8 Tahun.
Kami selalu bepergian ke pondok di kota santri Jombang untuk menjenguk anak kami yang nyantri disana. Kami sambang (menjenguk) hampir sebulan sekali. Itu agenda rutin kami setiap bulan walau tidak pasti apakah diawal, tengah atau akhir bulan. Kadang menyesuaikan kapan ada hari libur atau tanggal merah.
Namun kadang ada keperluan penting kami segera kesana, tidak harus menunggu 1 bulan, misal anak sakit dan harus diperiksakan ke dokter. Atau mengantar baju, sepatu atau lainnya sesuai permintaan anak.
Supaya anak kerasan dipondok, kami selalu menyemangatinya dengan mengunjunginya setiap bulan sekali. Selain melepas rindu, kami juga ingin mengetahui perkembangan anak kami selama di pondok.
Sekolah dilingkungan pondok, liburnya hari Jum'at. Tetapi kalau hari Jumat ingin menjenguk juga kurang leluasa karena kami masuk kerja. Bila tidak ada tanggal merah, kami sambangnya hari Ahad, saat kami libur. Kami bisa bertemu dengan anak kami setelah ia pulang sekolah sekitar jam 13.00.
Traveling dari Madiun-Jombang sudah kami lakukan selama 8 tahun. Dimulai dari anak pertama kami masuk pondok di kota santri ini. Ia mondok setelah lulusa dari Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD). Saat awal-awal mondok, kami sering menjenguknya karena masih masa adaptasi. Ia masih sering menangis. Hampir 2 minggu sekali kami menjenguknya. Tetapi lama-lama dia bisa beradaptasi dan sudah kerasan.
Ketika anak sulung lulus dari MTs dan melanjutkan di SMA di pondok tersebut, adiknya yang baru lulus MI menyusul mendaftar mondok dan sekolah di MTs disana. Saat si kecil baru masuk pondok, kami berangkat haji. Jadi tidak bisa mengawal dia menjalani adaptasi dipondok.
Ia laki-laki yang lebih kuat dan tahan banting. Tidak suka menangis. Saya pasrahkan kepada adik saya untuk mengurusinya apabila ada sesuatu keperluan. Benar saja, baru seminggu ia mondok seragam pramukanya sudah hilang. Adik saya segera membelikan dan mengantar ke pondok.
Jadi agenda menjenguk di pondok menjadi momen membahagiakan bagi kami karena bisa berkumpul dengan anak-anak kami, makan bersama dan berbagi cerita. Itulah momen yang sangat dirindukan.
Setelah anak sulung  lulus dari SMA, ia melanjutkan kuliah di Jogjakarta, sedangkan adiknya masuk di SMA sesuai pilihannya di pondok Jombang itu. Kami masih travelling Madiun-Jombang hampir setiap bulan, untuk sambang.
Tak terasa ia sudah lulus SMA. Di pesantren dengan segala hikmah, kehidupan, permasalahan, kebersamaan, pembelajaran, kerinduan, dan lain-lain sudah ia rasakan. Dan tibalah kami mendapat undangan Akhirussanah di pondoknya. Akhirussanah adalah momen pelepasan para santri setelah ia menyeleseikan pendidikannya.
Akhirussanah menjadi momen mengharukan bagi kami. Akhirnya anak kami lulus sekolah dan mengaji dipondok pesantren selama 6 tahun, mulai dari MTs sampai lulus SMA. Tujuan kami memondokkan anak adalah supaya ia menjadi anak sholeh sholehah, kuat, mandiri, mempunyai empati, berilmu dan akhlak mulia. Â Â
Akhirussanah ini menjadikan momen berhentinya travelling kami Madiun-Jombang setelah kami lalui selama 8 tahun sejak anak pertama. Usai sudah kunjungan rutin kami ke Jombang. Selanjutnya saya fokus pada tugas baru yang diamanahkan kepada saya. Allah Maha Pengatur, Ia memberikan sesuatu kepada makhluknya tepat sesuai dengan waktunya. Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H