Mohon tunggu...
Umi Lestari
Umi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis untuk hiburan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terjebak Hujan Deras Plus Kilat dan Petir

16 Februari 2024   22:15 Diperbarui: 18 Februari 2024   19:14 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit mendung dalam perjalanan ( dokpri)

Kami dan para jamaah lain menunggu hujan agak reda. Kilat dan petir masih bersaut-sautan. Menakutkan. Didepan kami ada seorang nenek duduk dengan membawa barang dagangannya. Beberapa kerupuk dan entah apa yang didalam rinjing didepannya.

Tiba-tiba.....gelap. Listrik padam. Semua orang yang berada di dalam masjid maupun diserambi secara spontan bereaksi karena mendadak gelap gulita. Beberapa saat kami menunggu dalam gelap, hanya kilat dan lampu kendaraan yang lewat yang menerangi.

Lalu tampak seorang laki-laki membawa senter berjalan ke arah sisi kanan masjid. Ia memasuki ruangan dan setelah itu lampu menyala dengan terang. Alhamdulillah,... kami berucap bersamaan. Ternyata lelaki tadi menyalakan mesin jenset. Di masjid terang benderang lagi, namun perkampungan diseberang jalan masih gelap gulita.

Nenek tua masih duduk ditempatnya. Tampak ia sibuk merapikan daun pisang penutup dagangannya. Naluri kamipun bergerak untuk membeli dagangannya. Kasihan. Saya dekati nenek itu.

" Mbah, jualan apa?"

" Gorengan, kerupuk pecel dan golang-galing," jawab nenek itu sambil tersenyum.

" Ada lontongnya, Mbah?" Kami pikir kalau lontong pecel dan kerupuk pasti enak.

" Tidak ada," jawab nenek itu singkat.

" Baiklah Mbah, kami dibuatkan kerupuk pecel saja. Dua bungkus Mbah. "

Sesaat kemudian kami menikmati jualan nenek itu. Nenek yang sudah tua namun masih bersemangat  mencari uang.

            Nampaknya hujan mulai reda. Mobil-mobil dan motor yang parkir di halaman masjid sudah mulai jalan. Kami juga melanjutkan perjalanan pulang, masih beberapa puluh kilometer utnuk sampai ke rumah.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun