Mohon tunggu...
Umi Lestari
Umi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Unik di Desa, Masih Adakah di Kota Anda?

3 Agustus 2023   23:19 Diperbarui: 3 Agustus 2023   23:35 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
berkat nasi kuning (dokpri)

Masyarakat desa memang lebih menjaga dan melestarikan tradisi daripada di kota. Acara-acara adat tradisional yang melibatkan banyak warga sering diselenggarakan di desa. 

Misalnya pada bulan Muharam ini. Dalam Islam, bulan Muharam adalah bulan yang mulia. Muharam berasal dari kata haram yang artinya suci. Ada banyak keutamaan dan peristiwa penting dalam sejarah umat Islam. Pada bulan ini umat Islam disunahkan untuk berpuasa, menyantuni anak yatim pada tanggal 10 Muharam dan mengerjakan amal sholeh lainnya.

Bulan Muharam bertepatan dengan bulan Jawa yaitu bulan Sura. Sura adalah bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Menurut pendapat bahwa kata Sura adalah berasal dari kata Asyura yang artinya sepuluh.

Menurut kepercayaan, bulan Sura adalah bulan yang keramat atau sakral. Bulan Sura adalah bulan yang dimulyakan.

Dalam memperingati bulan Sura, ada kegiatan yang dilakukan didesa saya. Yaitu mengadakan kenduri untuk keselamatan. Warga baik pria, wanita, tua sampai anak-anak berkumpul setelah sholat isya dihalaman rumah yang telah disiapkan. Tujuan dari acara ini adalah berdoa agar diberi keselamatan serta sedekah kepada tetangga.

berkat nasi kuning (dokpri)
berkat nasi kuning (dokpri)

Dibawah sinar bulan purnama, kami makan bersama nasi kuning dan lainnya yang telah disiapkan oleh beberapa warga. Sambil mengobrol dan bercengkerama dengan para tetangga, kami menikmati kudapan yang sudah disediakan.

Ada satu makanan khas yang hanya ada pada acara kenduri Sura ini yaitu bubur Sura. Bubur ini terbuat dari beras, dimasak dengan gula merah serta ditambah kacang merah. Enak, biasanya tidak pernah ada.

Bubur Sura (dokpri)
Bubur Sura (dokpri)

secara umum makanannya biasa, namun yang berkesankan adalah suasana berkumpul  bersama para tetangga. Duduk ditikar dihalaman rumah pada malam hari, dibawah sinar rembulan. Angin malam sangat segar. Menyenangkan bukan? 

Kesempatan itu pernah terjadi beberapa waktu yang lalu. Bukan pada bulan Sura. Malah lebih ekstrem.  Ekstrem?  Ya, karena kita makan bersama pada jam 12 malam. Dihalaman masjid. Ekstrem kan?

Ceritanya pada waktu itu sedang terjadi gerhana bulan sekitar pukul 11 malam. Setelah melaksanakan sholat gerhana jamaah keluar dari masjid. Namun dihalaman masjid sudah digelar tikar lengkap dengan makanan diatasnya. Para jamaah diajak berkenduri.

Adat Jawa bila ada gerhana bulan atau matahari dan ada anggota keluarga yang hamil maka sangat dianjurkan untuk mengadakan kenduri. Akhirnya terjadilah makan bersama pada jam 12 malam. Walaupun hanya lauk telur rebus, sayur tempe dan kerupuk, namun terasa sangat nikmat. Tengah malam makan bersama dihalaman. Hmm,... antara ngantuk, senang dan sangat berkesan.

Begitulah beberapa adat yang ada didaerah kami. Unik dan tradisional. Didaerah lain mungkin juga ada, namun dikota-kota besar mungkin tidak mengenal tradisi seperti itu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun