Generasi Z atau bisa dikenal sebagai generasi zoomer, adalah mereka yang lahir antara tahun 1996-2013.Â
Generasi Z menggantikan posisi generasi sebelumnya yaitu generasi milenial.Â
Istilah Gen Z ini menjadi topik hangat pembicaraan setiap kalangan, terutama di media sosial.Â
Obrolan mengenai Gen Z ini tidak pernah ada habisnya, karena mereka sedang mendominasi kependudukan di dunia.Â
Kelahiran anak-anak Gen Z bersamaan dengan kelahiran serta kemajuan perubahan teknologi. Julukan melek teknologi atau" digital native" diberikan pada generasi Z sebagai orang-orang yang tumbuh bersamaan dengan reformasi digital.Â
Melansir dari McKinsey Health Institute, hasil survei Gen Z Global 2022 menyebutkan perempuan Gen Z berpotensi dua kali lipat lebih berisiko memiliki kesehatan mental yang buruk dibandingkan dengan laki-laki. S
ebagian besar hasil penelitian tersebut, generasi Z cenderung memiliki kesehatan mental yang buruk tanpa ada penyebab pasti. Â
MacKinsey Health Institute telah menarik sebuah kesimpulan, ada beberapa faktor tertentu yang menyebabkan buruknya kesehatan mental Gen Z.Â
Salah satunya pada faktor khusus usia yang dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti tahap perkembangan, keterlibatan dengan layanan kesehatan, sikap keluarga atau masyarakat dan media sosial.Â
Menurut laporan yang diterbitkan oleh American Psychological Association, Gen Z adalah generasi yang paling memungkinkan untuk melaporkan hasil kesehatan mental yang paling buruk.Â
Fenomena kesehatan mental buruk yang menyerang generasi Z, dapat dilihat dari bagaimana mereka menggunakan dan berinteraksi dengan sosial media.Â
Faktor terbesar sampai saat ini yang membuat anak-anak gen Z ini mudah untuk terkena depresi.
 Interaksi dari orang tidak dikenal sekalipun, dapat ikut memberikan komentar positif hingga komentar negatif, bahkan komentar-komentar tersebut dapat menyerang secara verbal menggunakan kata-kata kasar hingga teror meneror terhadap pengguna sosial media.
 Penggunaan sosial media secara berlebih, hingga saat  ini memberi ruang lebih dalam memberikan tekanan lebih jauh terhadap diri sendiri.Â
Sejauh ini, ada beberapa faktor-faktor penentu dalam mengguncang kestabilan mental gen Z dan diantaranya :
1. Patokan Umur Mencapai Keberhasilan
Bagi anda pengguna social media aktif, anda pasti tidak asing dengan beberapa konten yang memperlihatkan bagaimana orang-orang dapat mencapai kesuksesan di umur muda atau istilah flexing (memamerkan pencapaian yang sudah didapatkan pada usia tertentu)Â menjadi salah satu konten terlaris di sosial media.
 Sudah memiliki rumah, tabungan minimal dua digit, sudah mendapatkan gelar sarjana dan magister, mendapatkan pasangan mapan dan idam-idamkan dan lainnya.Â
Konten-konten tersebut sering kali menjadi pemicu depresi anak gen Z dan menjadikannya merasa tertinggal dari yang lain.
2. Keterbukaan informasi
Akses membuka dan menerima segala bentuk informasi saat ini terbilang tidak terbatas.Â
Siapapun bisa mengakses informasi  jenis apapun. Keterbukaan akan akses informasi, sekalipun bisa memberikan tekanan untuk generasi Z.Â
Seluas dan sebanyak informasi yang ada, memiliki dampak positif dan negatif.Â
Kesiapan seseorang untuk menampung informasi yang diterima, menjadikan hal tersebut perlu dipertimbangkan.Â
Dikarenakan informasi yang melimpah, membuat kebingungan atau tidak tau bagaimana mengolah informasi ini untuk bisa dicerna dengan baik.Â
Jika informasi yang diterima tidak bisa dipahami dengan baik, bisa menjadi pedang bermata dua.Â
Memberi manfaat atau memberi dampak buruk bagi dirinya atas kelimpahan informasi yang dimiliki.
3. Â Perkembangan dan Perubahan Sangat Cepat
Peluncuran jenis terbaru seperti, teknologi yang dinilai begitu cepatnya.Â
Perubahan pada kurikulum pendidikan, hingga mode perubahan terbaru fashion dan lainnya.Â
Memaksa generasi Z sampai generasi sebelum dan sesudah, agar bisa mengikuti perubahan tersebut yang dirasakan begitu cepat.
 Seseorang yang bahkan tidak memilih untuk mengikuti perubahan itu, terkadang dipaksa keadaan agar setidaknya mengetahui mengenai perubahan dan mencoba untuk mengikuti walaupun tidak semua.Â
Di atas, telah tersaji beberapa faktor terpenting dalam membuka peluang generasi z untuk mudah terserang depresi. Era modern, tempat dimana dominasi gen Z bekerja, bersosialisasi, memberikan banyak pengaruh dan perubahan di dalamnya.Â
Tidak bisa dipungkiri, saat ini tidak saja generasi z yang tak bisa lepas dari penggunaan gadget maupun sosial media.Â
Namun, generasi sebelum dan sesudahnya untuk bisa mengikuti perubahan-perubahan saat ini.
 Jika tidak, maka orang-orang tersebut akan merasa banyak tertinggal dan tidak mudah dalam mengikuti alur kehidupan baru yang sudah diciptakan oleh generasi saat ini.Â
Pengaruh besar kehidupan generasi Z, berasal dari asupan konten-konten yang sajikan oleh media sosial.Â
Menentukan pilihan hidup, menentukan tempat makan dimana, seberapa pintar diri anda, bahkan bisa menentukan gerakan kriminal yang akan anda lakukan, pengaruh dari sosial media begitu besar dirasakan saat ini.
 Mohon untuk bijak dalam menggunakan sosial media. Bijak dalam memilih konten mana yang perlu anda lihat dan tidak.Â
Bijak dalam membuat konten di sosial media, karena tidak ada batasan wilayah, jumlah akun dan siapapun bisa mengakses konten yang anda buat.Â
Hidup sangat dipengaruhi, dari apa yang anda lihat, dengar dan baca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H