Nama Basoeki Abdullah mungkin saat ini terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia, namun tidak halnya di kalangan pecinta karya seni. Basoeki Abdullah adalah maestro terkenal yang sudah mengharumkan nama Indonesia di bidang seni, khususnya melukis.Â
Pelukis dengan gaya aliran realis dan naturalis ini lahir di Surakarta pada tahun 1915. Namanya terkenal di Indonesia bahkan di luar negeri akan karya-karyanya, bahkan pernah menjuarai sayembara melukis Ratu Juliana di tahun 1948. Namun di tahun 1993 tragedi berdarah menimpanya, terjadi perampokkan di kediamannya dan beliau ditemukan tewas dengan luka di kepalanya.
Edukator Museum Basoeki Abdullah, Tuti Sukmawati mengatakan kala itu di pengujung tahun 1993, pada malam tanggal 4 Desember, terjadi perampokkan yang dilakukan oleh seorang pria yang diam-diam menyeludup ke kediaman Basoeki Abdullah di Pondok Labu. Saat hendak mengambil barang curian berupa arloji, ia dikagetkan oleh kehadiran Basoeki Abdullah yang meneriaki dirinya maling. Karena ketakutan, refleks ia mengambil senapan yang dikoleksi Basoeki Abdullah dan memukul kepalanya hingga tubuhnya terjatuh bersimbah darah.
Sontak Indonesia geger akan berita tersebut dan polisi segera menyelidiki siapa penyebab tragedi berdarah tersebut. Kemudian empat hari setelah Basoeki Abdullah dimakamkan, akhirnya kasusnya terungkap oleh anjing detektif bernama Leo, seekor anjing kepolisian dari German Shepherd (Harder) yang menemukan jejak dari Wahyudi, tukang kebun di rumah almarhum yang sudah pasti paham dengan kondisi rumah majikannya.Â
Kemudian banyak info datang, salah satunya dari preman di Kalijodo yang memberi kesaksian atas persengkongkolan Amiruddin dan Wahyudi. Â Dilansir dari tirto.id, semuanya bermula dari Wahyudi yang mengeluh habis diomeli oleh majikannya karena menghilangkan BPKB dan sedang terlilit hutang kepada teman-temannya malam itu. Kemudian muncul ide untuk mencuri arloji mewah majikannya dan idenya disambut baik oleh Amiruddin, Abdul Mukti dan Tetap Sembiring, dan mengusulkan Amiruddin untuk melancarkan aksinya.
Diketahui sebelum menemui ajalnya, Basoeki Abdullah sedang mengerjakan lukisan pesanan dari BJ. Habibie, namun pesanannya baru dikerjakan sebanyak lima puluh persen yang akhirnya gagal diselesaikan akibat tragedi berdarah tersebut.Â
Dilansir dari hot.grid.id, pada siang harinya beliau masih sempat membaca buku profil tentang BJ. Habibie, dengan tujuan agar lebih memahami karakternya sebelum dituangkan ke dalam lukisan.
Mahakarya Basoeki Abdullah masih dapat dirasakan hingga sekarang, salah satunya masyarakat dapat mengunjungi Museum Basoeki Abdullah di Jl. Keuangan Raya No. 19, Cilandak Barat, Jakarta Barat. Disana banyak peninggalan dari almarhum dan hasil karya lukisannya yang terkenal kala itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H