Hai... saya Ummul Husna Mukadas
Sebagai putri bungsu dari Bapak Mukadas, saya ingin berbagi cerita tentang sosok inspiratif yang telah banyak memberi warna dalam hidup saya. Beliau adalah Ayah saya.Â
Lahir di Golo Riung, Kabupaten Ngada pada 1 Agustus 1969, Abah ku Mukadas adalah anak ke-4 dari pasangan Mahali Tuak dan Khadijah Pinda. Di tengah keluarga petani yang sederhana, Abah tumbuh bersama empat saudara kandungnya: Sugiati, Saidin, Norhayati, dan Idang Syalia. Dari SDI Riung, SMP Bintang Laut Bekek, hingga SMA Katolik Kejora Riung, Abah ku menimba ilmu. Setelah menamatkan pendidikan SMA, Abah tak langsung berhenti berkarya. Dengan semangat juang yang tinggi, Abah membantu keluarga dengan mencoba bekerja sebagai petani, supir bus, hingga menjadi tour guide. Namun, panggilan jiwa untuk mendidik membawa Abah menjadi guru di MAM Riung, menandai awal perjalanannya dalam dunia pendidikan dan politik.
Abah ku adalah sosok yang gigih dan berdedikasi tinggi. Sejak kecil, ia telah menunjukkan semangat belajar yang luar biasa. Prestasi yang diraihnya bukan hanya kebetulan, tetapi hasil dari kerja keras dan ketekunannya. Keberhasilannya sebagai guru adalah cerminan dari karakternya yang kuat. Didikan ayahnya yang disiplin menjadikan Abah pribadi yang bertanggung jawab. Abah terlahir dari keluarga sederhana, namun semangat juang yang tinggi membuatnya mampu mengatasi segala rintangan. Abah ku tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi keberagaman agama. Didikan keluarga dan pengalaman bersekolah di sekolah Katolik sejak kecil telah menanamkan nilai-nilai toleransi yang kuat dalam dirinya.Â
Abahku, Mukadas Mahali, adalah sosok yang penuh semangat. Selain aktif dalam kegiatan sosial dan politik, beliau juga memiliki jiwa wirausaha yang tinggi. Setelah menamatkan pendidikan di SMA Katolik Kejora Riung, petualangan Abah dimulai sebagai seorang tour guide yang fasih berbahasa Inggris. Pengalamannya sebagai pendidik di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Riung selama dua tahun pun semakin memperkaya hidupnya. Siapa sangka, seorang pemuda yang tidak memiliki gelar sarjana pendidikan itu justru dipercaya untuk mendidik generasi muda? Itulah kisah Abah ku. Di tengah kekurangan tenaga pendidik, Abah dengan tulus menjawab panggilan untuk mengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Riung. Beliau tidak pernah puas untuk terus belajar dan berkembang. Setelah dua tahun mengajar di MAM Riung, ia mengambil langkah berani untuk bergabung dengan MTS RJ yang saat ini telah bertransformasi menjadi MTS N NGADA. Di sana, ia berperan aktif dalam membentuk karakter siswa melalui kegiatan Pramuka dan Olahraga, meninggalkan jejak yang tak terlupakan mulai tahun 1991-1997. Sebelum menjadi sosok inspiratif bagi para pemuda melalui Pramuka dan olahraga, ia telah melatih diri dalam mengelola keuangan sebagai Bendahara Umum. Pengalaman ini membekali dirinya dengan keterampilan yang berguna dalam memimpin dan mengorganisir. Di bawah kepemimpinannya sebagai Pembina Pramuka dan Olahraga, sekolah berhasil menorehkan prestasi gemilang. Tidak hanya di tingkat lokal, namun juga di kancah nasional. Baik guru maupun siswa berkesempatan untuk mengikuti Jambore dan membawa nama harum sekolah.Â
Komitmen MTS RJ RIUNG dalam meningkatkan kualitas pendidikan jasmani dan olahraga sangatlah nyata kala itu. Hal ini dibuktikan dengan seringnya diadakan pertandingan persahabatan dengan sekolah-sekolah lain, baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten. Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya mengasah kemampuan olahraga, tetapi juga memperluas jaringan pertemanan. Prestasi demi prestasi pun diraih siswa MTS RJ RIUNG dalam berbagai ajang olahraga. Dengan konsisten, mereka berhasil menembus babak seleksi provinsi, menunjukkan bahwa potensi dan bakat mereka tidak terbatas. Dengan semangat yang membara, Abah berhasil menjadikan MTS RJ RIUNG sebagai pusat kegiatan siswa yang kreatif dan produktif. Berbagai agenda menarik yang diselenggarakan secara rutin membuat sekolah ini menjadi rujukan bagi sekolah-sekolah lain kala itu. Kreativitas dan inovasi terus digali melalui beragam kegiatan yang diselenggarakan. Mulai dari Perkemahan Sabtu Minggu yang menantang, pergelaran Marching Band yang energik, hingga pementasan budaya Rogho Dange dan Waeng Wawi yang memukau, semuanya bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa.Â
Sebelum akhirnya sukses membina generasi muda, dunia politik telah menjadi arena bagi Abah untuk mengasah kemampuan sejak usia muda. Pengalaman berharga ini kemudian membawanya pada peran penting dalam memimpin sekolah hingga  Abah pun dipercaya untuk mengemban amanah yang lebih besar. Pada tahun 1997, Abah resmi menjabat sebagai Wakil Kepala Madrasah, membawa semangat baru dalam memajukan sekolah dan berlanjut menjadi Kepala Sekolah hingga tahun 2012. Kepercayaan yang diberikan kepada Abah tidak pernah beliau sia-siakan. Baik sebagai pendidik maupun sebagai kader partai, Abah selalu menunjukkan dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi. Hal ini membuktikan bahwa Abah adalah sosok yang layak dipercaya. Abah ku adalah sosok yang mampu menyeimbangkan berbagai peran dengan apik. Sebagai seorang pendidik, ia mendedikasikan dirinya untuk mendidik generasi muda. Namun, semangat pengabdiannya tidak berhenti di situ. Keterlibatannya dalam dunia politik menunjukkan bahwa Abah memiliki kepedulian yang luas terhadap masyarakat. Abah ku adalah bukti nyata bahwa seorang pendidik dapat menjadi agen perubahan yang inspiratif.