apa jadinya jika pertanyaan menunggu jawaban
yang ada hanyalah bual kata berujaran
seperti matahari ditelan warna malam
tenggelam
langkah seorang berjalan dinaungan langit Suva
yang setiap hari menatap dengan hiasan api putih temaram di langit
aku harus akui itu indah
karena apa daya jika mata tak bisa melihat
Terimakasih atas kesempatan berhargaÂ
di pengabdianku
yang tak berujung dan terus menghunus waktu
Satu pinta
aku benar-benar ingin menyesal dengan cintanya waktu
yang mendiamkanku selama 25 tahun
bahwa ia takkan kembali namun selalu menghampiri kebaharuan
Dunia memang seperti air laut
yang asin berombak datang seketika
dan bersaing warna dengan cahaya kuning matahari
Satu yang selalu perempuan minta
ia menyadari apa yang ia punya
dan melepaskan yang dekat
karena ia tak beruang
dalam
dan terus mencari
oksigen kebenaran
bernama seri
kebahagianÂ
Apakah puisiku terdengar usang?
sepertinya perempuan ini harus istirahat sejenak
semoga detak menulis sederhanaÂ
adalah obat agar  tidur lelapÂ
tak berharap seperti yang sudah
Aku milikiÂ
melewatkan arti mimpi
dan aku tidur lagi
mengganjal hutang lelap yang belum terbayar
Malam
akuÂ
yang berselimut
oleh mimpi kecilnya
bersabar menjadi Penulis tersohor nanti
untuk membuka cakrawala sanubari kejernihan hati
agar selalu membersihkan hati dengan kata arti
lagi dan terulang lagi
 ingin membuat rantai sejarah
jika negeri ingin menuai keemasan
ia akan sangat dekat dengan cakrawala pengetahuan
yang tak hanya dibaca dalam kuatnya sihir kata-kataÂ
namun ia mampu menjadi pengembara sejati
kuat mimpinya
jadi nyata
Suva, 7:44
11/04/2019
Long time no write lol
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI