Tahun yang tak seorangpun tahu bahwa engkau sesuatu yang baru
hal yang menjadi jalan bertemunya hari berkepanjangan dengan seisi kepala yang berfile kan pekerjaan negara
sedang engkau berusaha meredam dengan kebiasaan bercumbu dengan literasi yang selalu kau panggil namaku
Aku merindukanmu seperti tiada ujung antara barat dan timur dan sangat minim makna baru dengan ilmu yang engkau penuhi jagad raya ini dengan segala atmosfir muatan hidup di dalamnya
Hidup memang begitu, penuh dengan amarah dan kesal yang berbantah
Aku berpikir selalu menjadi si bayi mungil yang duduk di pangkuan ibu
tak ingin mengenal pagi dan malam
tapi tetap dengan lautan ketenangan
 harap
jika suatu hari nanti menua adalah umur yang memberikan kebermanfaatan
tanpa dengki dalam materi yang meskipun kumiliki segalanya takkan bisa adil membagikan bahkan semut yang merayap ketika malam mencari serpihan makan.. dan semoga aku bisa mendengar dan memberikannya gula agar semut-semut tak memusuhiku sebagai hamba Allah yang kejam dan bakhil...
Hidup memang tak semanis rasa gula
dan tak sepahit jamu
kehidupan memang lah mujarab
bagi penderita lonjakan batinÂ
 meredamÂ
menjadi ilmu kesabaran,
 nanti,Â
dan tanpa henti...
*edit soon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H