Setelah langit tak menunjukkan tanda-tanda,  An memasuki kamarnya menuju mihrabnya--tempat khusus An  untuk beribadah. Lalu  An pun berlama-lama di mihrabnya-menghidupkan malam Lailatul Qadar seperti kebiasaan para ulama dahulu.  Al-Hafizh Ibnu Hajar yang mengatakan  bahwa makna 'menghidupkan malam lailatul qadar' adalah begadang pada malam tersebut dengan melakukan ketaatan.  Juga An-Nawawi yang  mengatakan, "Makna 'menghidupkan lailatul qadar' adalah menghabiskan waktu malam tersebut dengan bergadang untuk shalat dan amal ibadah lainnya.
Usai shalat witir,  An  tilawah. Meskipun masih terbata-bata  membaca Alquran, An bertekad mengkhatamkan Al Qur'an pada bulan Ramadhan tahun itu.
Pada malam ke lima pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Sebelum melanjutkan shalat Tahajudnya, An menyempatkan diri mengintai langit.
Tiba-tiba Ego bertanya kepada Lubuk hati  An . "Sudah mendapatkan Laitul Qadar, An?" tanya Ego dengan nada mencibir.
Lubuk hati An tersentak.  "Belum!" jawab An singkat. Lalu An  kembali mengintai langit.
"Intai terus tuh langitnya! Biar kakimu sampai bengkak. Kamu tak akan mendapatkan  Lailatul Qadar," kata Ego mencibir.
Lubuk Hati
An tak menggubrisnya. An tetap berusaha mengejar Laitul Qadar.
Malam ke tujuh. Ketika mengintai Langit, An belum melihat tanda-tanda Lailatul Qatar. Meskipun demikian An  tak mau berputus asa dari  rahmat Nya. An  tetap  memohon Lailatul Qadar kepada-Nya tak kenal lelah.
"Sudahlah, tidur saja, An ! Kamu tidak akan mendapatkan Lailatul Qadar!" ucap Ego An.
Akhirnya sampailah pada malam ganjil terakhir bulan Ramadhan. Di mihrabnya, An  mulai gelisah.  "Jangan- jangan pada malam ini pun aku tak dapat melihat kemunculan Laitul Qadar," pikir An sambil meremas- remas mukenahnya. Tetapi kekhawatirannya itu ditepisnya. "Bukankah Allah itu mengikuti persangkaan hamba- Nya? Ya, An harus yakin, betul- betul yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa An" bisik Lubuk Hati An.     Â
Sepuluh menit berlalu. An  bangkit dan keluar dari mihrabnya. Namun, An  merasakan keanehan. Jam dinding yang menempel di ruang tamu berhenti berdetak. Para Jangkrik di sekitar rumahnya yang biasanya bersuara nyaring, mendadak  berhenti mengerik.
Tetiba udara dingin berhenti mengalir dan serta merta tubuhnya terasa hangat meskipun tak mengenakan "sweater". Suasana hening beberapa saat lamanya.
 An  bergegas menuju pintu belakang. Setelah membukanya, mata An  terbelalak ketika  menyaksikan malam tampak terang  benderang tanpa bulan dan bintang.
 'Ma Syaa Allah!" Seru An dalam hati. "Inikah Lailatul Qadar, wahai Rabb-ku? Kalau memang benar, mohon berilah tanda bukti dengan mengabulkan doa- doaku ini..."    Â