Penghasilan tidak cukup untuk membayar uang kuliahku per semester. Sehingga ibu harus bersungguh-sungguh  membantu ayah mencari tambahan penghasilan.
Dengan uang tabungannya, ibu membeli mesin obras. Lalu ibu menerima obrasan selain menerima jahitan busana perempuan dan anak-anak. Semangat ibuku ini kemudian menjadi pemantikku untuk istiqamah menyekolahkan anak-anakku hingga jenjang perguruan tinggi, meskipun dalam keterbatasan ekonomi.  Dan aku berusaha bekerja apa saja yang  penting halal.  Tak peduli hasilnya sedikit atau banyak.  Aku harus berikhtiar seoptimal mungkin dan tawakal. Apapun hasilnya itulah yang terbaik. Alhamdulillah akhirnya  anakku yang kuliah Tehnik Informatika (TI) di Depok yang kukirimi uang kost dan makan sebesar  sekitar 400 ribu tiap bulannya, dengan izin-Nya berhasil menyelesaikan studi dalam waktu 3,5 tahun dan mendapatkan pekerjaan sebelum lulus.
Setelah lulus dari Fakultas Psikologi Unair, ibuku mengizinkan aku mengadakan layanan psikologi di beberapa tempat di Surabaya.
Dari tempat praktek  tersebut aku menemukan berbagai kasus  yang memperkaya wawasanku seperti kasus konflik dengan orang tua, konflik dengan saudara, konflik dengan mertua, suami menyeleweng, isteri dimadu, gangguan perilaku pada anak, hubungan seks di luar nikah, perilaku seks menyimpang, phobia, depresi, psikosomatik, 'bipolar disorder' dan narkoba.  Sehingga kemudian hari hal itu memudahkan aku untuk  menemukan formula terapi yang tepat saat menghadapi kasus psikologi.
Ibuku sangat  mendukungku menjadi penulis. Aku pernah diantarkan ibu  ke Bengkel Muda di jalan Pemuda Surabaya untuk belajar menulis naskah drama pada seorang penulis. Â
Kadang-kadang ibu mengajakku menghadiri acara pembacaan puisi di Lembaga Indonesia Amerika (LIA) Â kalau tidak salah di jalan Dr. Soetomo Surabaya. Â
Setelah uang tabungan ibu cukup banyak, ibu membelikan mesin ketik untukku. Dengan mesin ketik itu aku belajar menulis. Â Aku berusaha menulis setiap hari. Dan kemudian tulisan-tulisanku kukirimkan ke beberapa majalah. Alhamdulillah banyak yang ditolak. Kecuali ketika aku menjadi kontributor sebuah tabloid di Bandung.
Ketika zaman  sudah memasuki era digital, ibuku membantuku membeli  'smartphone'.  Dengan 'smartphone' tersebut aku menulis.
Setelah cucu ibu dalam hal ini anakku membuatkan blog di Kompasiana maka aku  mengisi hari-hari di usia senjaku dengan menulis di blog Kompasiana selain menanam tanaman hortikultura di lahan pertanian Keluarga Hamdan.
Kini, ibuku sudah tiada. Hanya doa yang bisa kupersembahkan kepadanya. Semoga harta benda dan  ilmu yang pernah Ibu berikan kepadaku bisa menjadi amal jariyah ibu dan wasilah ibu memasuki surga-Nya. Dan juga semoga Allah ta'ala mengampuni dosa-dosanya, melindunginya dari siksa kubur dan memasukkannya ke dalam surga. Aamiin Yaa Robbal'alamin.
Bondowoso, 22/12/2022.