Mohon tunggu...
ummu azizah
ummu azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis lettering, membaca buku, dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Revitalisasi Malioboro: Antara Estetika dan Tantangan Tata Ruang

2 Januari 2025   21:55 Diperbarui: 2 Januari 2025   21:55 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampoeng Ketandan Siang Hari, Sumber: Ummu Azizah

Revitalisasi Malioboro: Antara Estetika dan Tantangan Tata Ruang


Tata ruang di kawasan ini memiliki peran yang sangat penting, tidak hanya dalam menciptakan suasana estetika yang nyaman, tetapi juga dalam mendukung fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Namun, di tengah pesatnya perkembangan kota dan meningkatnya jumlah wisatawan, tata ruang Malioboro menghadapi sejumlah tantangan yang perlu mendapat perhatian serius.

Transformasi Malioboro

Malioboro bukan hanya sekadar jalan, tetapi juga simbol identitas kota Yogyakarta. Berbagai elemen tata ruang di kawasan ini mencerminkan perpaduan nilai-nilai tradisional dan modern. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya untuk merevitalisasi kawasan ini. Salah satu langkah signifikan adalah menjadikan Malioboro sebagai kawasan semi-pedestrian. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pejalan kaki dan mengurangi dominasi kendaraan bermotor.

Dengan adanya zona semi-pedestrian, ruang untuk pejalan kaki semakin luas. Trotoar yang sebelumnya sempit kini diperlebar, dilengkapi dengan bangku-bangku, lampu jalan bergaya klasik, dan tempat sampah yang tertata rapi. Selain itu, pedagang kaki lima (PKL) yang sebelumnya berjualan di sepanjang trotoar telah dipindahkan ke lokasi khusus seperti Teras Malioboro 1 dan 2. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan ruang publik yang lebih tertib dan nyaman.

Keberhasilan dan Tantangan

Kebijakan tata ruang ini memang memberikan sejumlah dampak positif. Pertama, kawasan Malioboro menjadi lebih nyaman untuk pejalan kaki. Wisatawan dapat menikmati suasana khas Malioboro tanpa terganggu oleh kendaraan bermotor. Kedua, keberadaan zona khusus untuk PKL membantu menata pedagang dengan lebih baik, sehingga pengunjung lebih mudah mengakses produk yang ditawarkan. Ketiga, penataan ini juga memberikan peluang bagi seniman jalanan untuk menampilkan karya mereka, sehingga menambah daya tarik wisata.

Namun, kebijakan ini juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu kritik utama adalah terkait dengan pemindahan PKL ke lokasi khusus. Banyak pedagang merasa kehilangan daya tarik karena lokasi baru dianggap kurang strategis dibandingkan trotoar Malioboro yang ramai. Hal ini berdampak pada penurunan pendapatan mereka. Selain itu, tidak semua wisatawan merasa nyaman dengan kebijakan semi-pedestrian, terutama mereka yang membawa kendaraan pribadi. Masalah parkir menjadi salah satu keluhan utama karena fasilitas parkir yang tersedia dianggap kurang memadai.

Di sisi lain, kepadatan pengunjung di Malioboro sering kali menyebabkan kemacetan di jalan-jalan sekitar kawasan ini. Kebijakan semi-pedestrian memang mengurangi kendaraan di Malioboro, tetapi tidak menyelesaikan masalah lalu lintas secara keseluruhan. Selain itu, masih ada tantangan dalam menjaga kebersihan dan keamanan kawasan, terutama pada saat puncak kunjungan wisata.

Perspektif Tata Ruang Berkelanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun