Mohon tunggu...
Ervina Rika
Ervina Rika Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Hidup ibarat sebuah mimpi. Dan mimpi cepat atau lambat akan berakhir. Kehidupan yang sebenarnya baru dimulai saat kematian datang. Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Pada saat manusia menemui kematiannya maka ia pun terbangun dari tidurnya"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persamaan Hak dan Kewajiban Perempuan, Haruskah?

18 Agustus 2012   07:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kemunculan kumpulan surat menyurat R.A. Kartini yang diterbitkan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, wacana untuk menuntu kesamaan hak dan kewajiban perempuan terus bergulir. Mendapat sambutan yang luar biasa di kalangan kaum perempuan. Seolah menjadi oase ditengah gurun pasir bagi mereka yang merasa selama ini diperlakukan tidak adil oleh kaum laki-laki.

Kesamaan ini menuntut adanya kebolehan untuk mendapatkan atau melakukan sesuatu yang selama ini di dominasi oleh laki-laki. Baik dalam pendidikan, pekerjaan, tanggung jawab, maupun peran sosial. Selanjutnya pemikiran ini terus berkembang hingga mencapai taraf menuntut kesetaraan gender.

Apakah laki-laki dan wanita sama?

Pertanyaan yang susah-susah gampang, mengandung jawaban ambigu dan tidak punya kebenaran absolut. Dibilang sama, ya karena memang sama-sama manusianya. Punya otak, mata, kaki, tangan, dan dengkul (podo-podo modal dengkul, kata orang jawa). Dibilang tidak sama juga benar. Dilihat sekilas juga ketahuan mana laki-laki dan mana perempuan, bahkan yang separuh-separuh pun jelas terlihat (itu lho yang suka bilang eike, capcus, yye).

Jadi sebenarnya laki-laki dan perempuan sama nggak sih? Terserah penilaian masing-masing, tapi bagi manusia berakal sehat pasti tahu jawabannya. Karena laki-laki dan wanita diciptakan memang tidak sama. Laki-laki lebih kuat, lebih kasar, dan dominan menggunakan logika. Laki-laki juga tidak punya payudara, rahim, dan tidak berkulit halus seperti wanita.

Sedang wanita cenderung lebih lembut, lemah, perasa, dan ingin dilindungi. Apa jadinya kalau wanita berotot seperti laki-laki? Atau laki-laki jadi seperti wanita cerewet dan suka bergosip? Tentu kacau dunia ini dan rusak tatanan sosial masyarakat.

Meski disana-sini digembar-gemborkan persamaan antara laki-laki dan perempuan (yang lebih banyak didukung oleh kaum perempuan) namun fakta di lapangan perempuan seringkali menuntut adanya hak istimewa dibanding laki-laki. Dalam dunia pendidikan yang katanya sudah memberikan hak yang sama bagi perempuan untuk mencari ilmu, perempuan masih menginginkan adanya ‘keringanan’ karena mereka tidak sama dengan laki-laki. Saat olah raga misalnya, jika murid laki-laki harus keliling lapangan 10 kali maka yang perempuan minta separuhnya saja. Saat harus mengangkat peralatan yang berat-berat untuk acara sekolah, “Pak, masa perempuan disuruh angkat-angkat sih. Laki-laki kan masih banyak.” Lha katanya sama?

Saat ini dalam urusan pekerjaan baik di pemerintahan maupun swasta perempuan bisa menduduki jabatan penting atau posisi yang strategis. Pucuk pimpinan beberapa sudah bisa dipegang oleh perempuan. Itu karena mereka menganggap perempuan punya kesempatan dan kemampuan yang sama. Perempuan juga pintar, bertanggung jawab, dan bisa melakukan tugas laki-laki.

Tapi perempuan juga menuntut hak istimewa contohnya cuti melahirkan atau cuti haid yang tidak didapatkan oleh laki-laki. Perempuan pun jarang yang mau berpanas-panas turun ke lapangan atau melakukan kerja luar di proyek-proyek. Ih, masa perempuan harus kerja seperti tukang bangunan? Lha?

Dan yang lebih aneh lagi meski yang perempuan sudah bekerja dengan penghasilan lumayan mereka juga tidak rela jika peran perempuan dalam rumah tangga diambil alih laki-laki. Tugas laki-laki adalah mencari nafkah untuk keluarganya bukan hanya di rumah mengurus anak-anak.

Terus yang mengurus rumah dan anak-anak siapa? Pembantu yang sama sekali tidak punya kasih sayang, selain demi mendapat gaji tiap bulan? Bagaimana seseorang seperti itu diserahi tugas pengasuhan anak? Padahal anak adalah harta yang sangat berharga. Rumah terbakar bisa dibangun lagi, uang hilang bisa dicari, tapi kalau sampai ada apa-apa dengan anak mau dicari dimana gantinya?

Kedudukan perempuan dalam islam

Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia. Kaum ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Pernah seorang sahabat bertanya pada Rasulullah tentang siapa saja orang yang wajib dihormatinya. Tiga kali Rasulullah menjawab: Ibumu. Baru pada pertanyaan keempat beliau menjawa: Bapakmu.

Islam juga memberikan persamaan hak bagi perempuan dalam beramal shalih.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka pasti akan Kami berikan padanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)

Jadi Allah tidak memandang laki-laki dan perempuan ,jika mereka melakukan kebaikan sementara tetap beriman maka balasan Allah sungguh sangat besar. Beramal shalih bisa bermacam-macam bentuknya sesuai dengan kadar kemampuan. Jika laki-laki jihadnya berperang di jalan Allah dan mencari nafkah, maka perempuan berjihad saat melahirkan dan mengasuh anak-anaknya.

Allah tidak akan lalai dan lupa. “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari Muslim)

Selain itu perempuan juga mendapat hak dalam menuntut ilmu. Rasulullah bersabda, “Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim.”(H.R. Ibnu Majah)

Perbedaan peran perempuan dan laki-laki

Allah memang telah menciptakan perempuan berbeda dengan laki-laki untuk saling melengkapi. Masing-masing mempunyai hak, kewajiban, dan peran masing-masing. Mungkin dalam beberapa hal perempuan dan laki-laki bisa bertukar peran tapi hal tersebut tidak lantas dijadikan pijakan bahwa laki-laki dan perempuan bisa saling menggantikan. Pertukaran peran inipun hasilnya tidak akan sesempurna seperti jika dilakukan oleh si empunya.

Perempuan bisa menjadi pemimpin perusahaan tapi perlu diingat bahwa kecenderungan perempuan terpengaruh emosi sangat besar. Sehingga keputusan bisa jadi kurang tepat. Laki-lakipun bisa saja menjadi pengasuh bagi anak-anaknya tapi kepribadian yang kurang lembut dan kurang berperasaan bisa membuat anak tumbuh menjadi orang yang cenderung kasar dan berhati kaku.

Ada beberapa hal yang perlu dikoreksi lagi, tidak ada yang bisa melarang seorang perempuan bekerja atau menduduki jabatan, kecuali suaminya. Namun patut sekiranya disadari bahwa perempuan punya tanggung jawab pada suami, anak-anak, dan harta suaminya. Sesungguhnya saat perempuan beru saha keras untuk menuntut persamaan hak dan kewajiban maka dia telah menambah beban pada punggungny a sendiri. Cukuplah Allah sebagai pemberi rizki yang Terbaik.

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”(An-Nisa:28)

Tidak ada gunanya menyesali kenapa dilahirkan sebagai perempuan atau kenapa laki-laki diberi berbagai kelebihan, karena semuanya akan dimintai pertanggungjawaban. Laki-laki diberi berbagai kelebihan karena tugasnya lebih banyak dari perempuan, tanggung jawabnya lebih berat dari perempuan, dan pekerjaanya lebih menguras tenaga daripada perempuan.

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karenanya Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka...” (An-Nisa: 34)

Allah Maha Adil walau telah menakdirkan beberapa kelebihan bagi laki-laki, tapi dalam beramal dan menuntut ilmu Allah memberi kesempatan yang sama dan sama-sama bisa berbalas surga pada hari kiamat. Karena itu menurut hemat penulis kesetaraan gender adalah sebuah hal yang utopis. Terlihat indah namun jauh, jauh sekali dari kenyataan. Apakah jika kita memiliki anak-anak rela jika anak laki-laki disamakan seutuhnya dengan anak perempuan? Yang laki-laki seperti perempuan atau perempuan diperlakukan seperti laki-laki?

Bersabarlah kaum wanita! Karena Allah telah menetapkan bahwa semua nabi, rasul, dan pemimpin laki-laki berasal dari rahim seorang wanita, kecuali Nabi Adam tentunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun