Mohon tunggu...
uswati hasanah
uswati hasanah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

i love islam.. for good..

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Habits

27 Juli 2013   20:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:57 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HABITS

Aslmkm. Maf rules, bsk jd k msjd baitusalaam g? Ada ust Felix Siauw?. Klw jd, nti qt ktmuan d dpn giant jm 5. Jgn tlat..

Membaca buku How master your habits karya Ust. Felix Siauw membuka mata saya tentang korelasi kebiasaan dan keahlian. Seperti hal di atas, bagi yang senang ber-sms ria pasti bisa membaca pesan singkat itu. Kenapa bisa selancar itu ya? Jawabannya adalah kebiasaan/habit. Itupula yang terjadi jika kita sering membaca literatur arab gundul. Tanpa pikir panjang, huruf-huruf gundul itu bisa diterjemahkan dengan baik. Sekali lagi, itu karena latihan dan pembiasaan/pengulangan.

Seringkali kita menemui orang yang kita anggap istimewa, karena ia mampu melakukan sesuatu yang luar biasa, yang tidak banyak dikuasai oleh orang lainnya. Kita takjub melihat seseorang yang fasih dalam bahasa arab dalam usia muda, walaupun dia tidak lahir di tanah arab. Kita terpesona tatkala menyaksikan anak berusia 15 tahun dan hafalan 30 juz alqur’an. Kita kagum saat melihat seseorang berumur masih 20-an namun telah menulis lebih dari 8 buku yang semuanya bermutu dan berisi.

Lalu kita bertanya-tanya, apakah bakat-bakat semacam itu adalah takdir dari Allah, yang hanya diberikan-Nya pada orang-orang khusus? Apakah memang sudah takdirnya seperti itu? Dan biasanya pasangan pertanyaan ini adalah legitimasi bahwa kita memang tak mampu melakukan demikian karena tak berbakat. Lalu menyerah dan menerima diri apa adanya, jauh dari mampu.

Tahukan anda bahwa ibu dari segala keahlian adalah pengulangan (repetisi) dan ayahnya adalah latihan (practice)?. Bila seseorang banyak melatih dan mengulang, terpaksa ataupun sukarela, dia pasti akan menguasai keahlian tertentu. Inilah namanya pembentukan kebiasaan (habits) itu.

Semua tidak ada yang instan, seperti mie instan, apakah langsung bisa disantap?, tidak kan? Perlu dibuka bungkusnya, bumbunya, dimasak dst. So.. tak ada yang instan sekalipun ia berlabel instan.

Seperti yang kita temui di negeri ini, banyak anak yang fasih berbicara bahasa Inggris padahal orang tuanya bukan warga keturunan Inggris, tapi ia fasih mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris dengan pronounciation yang bagus. Saya yakin itu adalah hasil dari latihan dan kebiasaan di rumah.

Dan itu yang terjadi dengan Imam Syafi’i, beliau sudah hafal 30 juz sebelum usia 10 tahun, itu karena beliau biasa mendengarkan lantunan ayat suci al-qur’an dari ibunya yang seorang hafidzoh (penghafal qur’an).

Pernah mendengar kisah anak-anak Dr. Sarmini, Lc, Ma?. Beliau telah berhasil mencetak generasi yang cinta qur’an. Anak-anak beliau bisa khatam qur’an ketika balita karena latihan dan pembiasaan yang dilakukan beliau kepada anak-anaknya. Subhanallah..

Nyata disitu bahwa suatu keahlian lebih banyak dipengaruhi oleh practice (latihan) dan repetition (pengulangan), ayah dan ibunya segala jenis keahlian.

Jadi bisa kita bayangkan jika setiap hari anak melihat danmendengarkan ibu dan ayahnya marah-marah/bertengkar?, atau anak lebih sering mendengarkan lagu-lagu ketimbang bacaan ayat-ayat suci al-qur’an?. Semoga itu tidak terjadi pada keluarga kita.

Penelitian mengatakan, bahwa 30 hari melatih suatu hal akan membuat kebiasaan baru terbentuk. Contohlah kita ingin membentuk habits berdoa pada anak,maka bacalah doa miminal membaca basmallah setiap hari sebelum melakukan aktivitas, makan, minum, mandi, memakai baju dan lainnya. Maka setelah 30 hari habits baru itu akan muncul, walau masih lemah. Semakin lama kita melaksanakannya, semakin habits itu berakar. Habits dulu baru hebats!

Seperti yang diungkapan Imam Syafi’i “Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama pembimbing, serta waktu yang lama!

Yuk kita tanamkan kebiasaan baik pada anak. Memberikan atsar atau jejak kebaikan kepada anak kita. Orang tua tidak sekedar mengasuh merawat dan memenuhi segala kebutuhan hidup anak.... tapi juga membimbing anak agar memiliki habit yang baik. Habit inilah yang nantinya akan dibawa anak hingga ia dewasa.

So.. jangan berputus asa dari rahmat Allah, anak hebat karena orang tuanya hebat.. karena mereka diciptakan oleh yang Maha Dahsyat.. Allah yaa Kariim

Wallahu’alam bisshowab..

Daftar Pustaka:

How master your HABITS, Felix Shiauw. 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun