Mohon tunggu...
uswati hasanah
uswati hasanah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

i love islam.. for good..

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Musik Klasik Tidak Membuat Anak Cerdas

23 September 2013   21:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:29 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjadi orangtua itu sulit tapi mudah, mudah ketika kita menjadi orangtua yang bersandar pada al-qur’an dan sunnah. Jauh sebelum adanya parenting barat, teori pendidikan manusia sejak dalam kandungan bukanlah hal yang baru muncul hari ini. Al-Qur’an telah membicarakannya. Islam memberikan petunjuk bagi orang tua. Pendidikan dalam islam jauh lebih syumul atau menyeluruh.

Membicarakan anak, berarti kita membicarakan bagaimana orang tua mendidik anak-anak. Dan mendidik anak dalam islam dimulai sejak dalam kandungan. Pada tulisan yang pertama saya memberikan pemaparan tentang amalan ketika ibu sedang hamil. Salah satunya adalah sering mendoakan dan memperdengarkan al-Qur’an kepada janin. Dan itupun yang dilakukan oleh istri Imran, manusia biasa yang namanya tertulis dalam al-qur’an dan namanya menjadi salah satu nama surat dalam al-qur’an.

إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S Ali Imran: 35)

Ayat ini mengajarkan kepada setiap keluarga muslim agar para istri banyak menyematkan harapan mulia bagi janin. Harapan semulia istri Imran. Sekaligus banyak mendoakan bagi calon jabang bayi agar kelak menjadi orang yang baik dan mulia.

Perempuan (istri) adalah tiang negara, laki-laki (suami) merawat apa yang sudah dibina oleh perempuan. Itu berarti istri adalah pemberi pondasi awal pada anak dan suami yang merawatnya agar apa yang tujuan akhir dari sebuah keluarga tercapai.

Ibu adalah pemegang peran penting dalam mendidik anak dalam kandungan karena ibulah yang mengandung, membawa janin kemanapun ia pergi. Dalam ayat ini dibahas tentang kehamilan. Fase terpenting yang tidak boleh dilewatkan oleh orang tua. Mengabaikannya berarti kehilangan sebuah fase istimewa.

Dan sekarang metode pendidikan janin yang digadang-gadang adalah pendidikan dengan memperdengarkan musik klasik di perut ibu. Banyak yang meyakini bahwa hal ini merupakan hasil penelitian. Sayangnya, umat ini masih lebih percaya penelitian yang entah dari mana sumber dan kepentingan di baliknya, dengan ayat yang absolut haq dan telah melahirkan para pemimpin bumi yang istimewa.

Yang lebih celaka lagi, ketika umat Islam dikelabuhi oleh dunia barat. Bukan penelitian dikatakan sebagai penelitian. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah hal itu salah, bukan penelitian pula. Ini efek kita lebih mengagungkan penelitian daripada ayat dan petunjuk Nabi.

Satu studi terkenal pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan kognitif. Itu meningkatkan ketertarikan orang dalam memajan bayi dan anak kecil pada musik klasik, dan pengusaha berlomba menjualnya ke berbagai sekolah, pusat perawatan siang-hari dan orang-tua.

Namun, hasil studi oleh oleh ilmuwan Austria yang disiarkan oleh HealthDay News, Jumat (14/5/2010) mengatakan tak menemukan bukti bahwa mendengarkan musik Mozart --betapapun meriahnya musik tersebut-- memiliki dampak pada kemampuan kognitif seseorang. Dalam studi paling akhir itu, para peneliti di University of Vienna mengkaji lebih dari 40 studi dan penelitian yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subjek. Kesimpulan mereka ialah tak ada yang mendukung pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak. (http://kesehatan.liputan6.com/berita/201005/277083/Mendengarkan.Mozart.Tidak.Membuat.Anak.Cerdas)

Kesalahan fatal pendidikan orangtua hari ini ternyata dimulai sejak dalam kandungan. Anak yang belum lahir telah dirusak oleh musik yang jelas tidak disukai dalam Islam –terlepas dari perbedaan pendapat para ulama seputar hukum musik-.

Bagi yang masih harus bersandar pada penelitian, berikut ini hasil salah satu penelitian tentang bahaya musik,

Remajayang menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik lebih berisiko mengalami depresi daripada remaja yang memiliki kegemaran membaca. Demikian diungkap sejumlah peneliti dari University of Pittsburgh School of Medicine, Amerika Serikat. (http://metrotvnews.com/metromain/newscat/polkam/2011/04/11/48290/Wah-Remaja-Penggemar-Musik-Lebih-Mudah)

Sudah jelaslah bahwa musik tidak dapat mencerdaskan otak anak. yuk kembali kepada al-qur’an dan contoh para nabi dan rosul dalam mendidik anak, banyak interaksi dengan anak agar anak menjadi cerdas. Tidak ada kata terlambat, bagi orang tua yang mungkin belum memperdengarkan al-qur’an saat anak-anak masih dalam kandungan, sekarangpun bisa. Atau hamil lagi juga boleh, agar bisa dipraktekan langsung, hehe.. :) Teruslah perdengarkan al-qur’an pada anak-anak kita.

(disarikan dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun