Belakang ini banyak anak-anak yang asyik dengan dunianya sendiri, jarang berinteraksi dengan teman atau orang tuanya. Sadar atau tidak ada 2 pemicu utama yang membuat dunia mereka (anak-anak) menjadi tidak semestinya. Saat ini ada mainan baru yang dapat membuat anak-anak anteng tanpa kita (orangtua) harus sibuk menyuruhnya diam yaitu televisi dan game,entah itu dari play station, ipad, tablet atau sejenisnya.
Pun ada tv chanel yang dapat kita pilih chanelnya yang sesuai dengan anak-anak saya kira kita sepakat bahwa rata-rata televisi kita tidak membawa kebaikan kecuali hanya sangat sedikit sekali. Rata-rata sia-sia, bahkan ada yang dosa. Sementara kita tidak punya hak suara untuk mengarahkan acara yang ditayangkan oleh televisi. Game pun demikian. Walau kendalinya di tangan kita penuh, tetapi alat itu tidak ada gunanya selain murni untuk mainan. Tidak ada fungsi lain. Belum lagi kesibukan orangtua yang akhirnya sulit mengawasinya.
Dan sekarangpun telah banyak beredar game-game dan film kartun tidak sesuai dengan fitrahnya anak-anak yaitu islam. Semisal plant vampire, smack down, angry bird, sponge bob, shincan dll. Kalaupun anak mau diberikan game edukatif tapi harus tetap didampingi orang tua karena banyak terjadi salah kaprah ketika membiarkan anak bermain sendiri game edukatif. Anak-anak masih butuh bimbingan orang tuanya.
Imam Ibnu Qoyyim pernah berkata “Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi syahwat (keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah.”(Tuhfatul maudud)
Perkaatan imam Ibnu Qoyyim ini mengingatkan kita semua bahwa memberikan segala yang diingankan anak bukanlah jalan mendidik mereka justru menyengsarakan mereka dikemudian hari, berilah anak hal yang bermanfaat. Selain itu peran ayah sangat penting dalam mendidik anak, dalam al-qur’an banyak peristiwa yang mengisahkan interaksi ayah dengan anaknya, seperti nabi Ibrahim dengan nabi Ismail, Luqman dengan anaknya, dan kisah yang lainnya.
Ketika mereka menangis meraung-raung jika ingin memiliki sesuatu yang diinginkan, biarkan mereka menangis sampai selesai, karena menangis adalah cara mereka mempertahankan keinginannya, kita perlu tega dalam hal ini karena jika kita menuruti, maka hal serupa akan ibu/ayah alami terus menerus. Biarkan mereka menangis, setelah reda mereka akan menghampiri ibu/ayahnya. Saat itulah, saat mereka tenang kita beri pengertian mengapa ibu/ayah tidak mau memberikan yang mereka inginkan.
Permainan memang dunia anak-anak, tapi pilihlah permainan anak-anak yang membuat mereka kelak tumbuh menjadi orang hebat. Permainan yang melalaikan harus segera ditiadakan. Terutama di usia awal.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
عَنْعَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ»
Dari Ali bin Husain radhiallahu anhum: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat dan bukan urusannya.” (HR. Malik, Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani dalam Misykat Al Mashobih)
Menurut pak Hendri (kepala sekolah Kebon Maen) sebaiknya kita tidak membelikan anak mainan, kita bisa memberikan barang-barang bekas, setelah itu biarkan mereka berkreasi sendiri dan itupun yang sedang saya praktekkan pada anak saya. Di rumah ada mainan tapi itu dapat dari hadiah sisanya saya berikan barang-barang bekas walhasil walau masih berusia 1,5 tahun dia dapat menjadikan kaleng/toples sebagai alat musik dan dia memainkan dengan dua tangannya. Selain menjadi kreatif, kecerdasannya lainnyapun bisa tergali. Kalaupun dirasa perlu untuk memberikan mainan, berilah mainan edukatif yang merangsang kecerdasannya dan tetap dalam bimbingan orangtua.
Adapun ketika kita merasa memerlukan TV, silakan diadakan di rumah tetapi harus dalam kendali kita. Dalam arti, kapan pun kita ingin mematikan atau mengalihkan acara yang tidak baik dan sia-sia, kita yang punya kuasa dan anak menurut. Terutama untuk usia steril 0-5 tahun. Dan saat menonton tv, kita harus tetap mendampingi mereka.
Anak hebat karena orang tuanya juga hebat karena diciptakan oleh yang Maha Dahsyat, Allohu ya Kariim.. wallohu'alam...
(disarikan dari beberapa sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H