Mohon tunggu...
Ummu Masruroh
Ummu Masruroh Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UNS

Si anak tengah yang gemar membaca dan penyuka kucing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rawat Kembali Budaya Literasi bagi Anak dan Remaja

18 Desember 2022   18:26 Diperbarui: 18 Desember 2022   18:29 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            

                       Akhir-akhir ini, pemandangan anak-anak kecil duduk di pelataran konter hp atau di tempat-tempat umum penyedia wifi menjadi tidak asing dan kerap kali dijumpai. Tidak lain dan tidak bukan aktivitas yang mereka lakukan adalah bermain game. Kalangan anak laki-laki yang mendominasi, mulai dari anak tk, sd, smp, bahkan anak sma. Duduk saling bersisihan dengan posisi hp miring di genggaman tangan. Berjam-jam tak kunjung selesai. Melalaikan kewajiban, tugas sekolah, dan ibadah. Banyak juga yang sampai lupa makan.

            Para orang tua beranggapan bahwa dengan diberikan gadget maka anak-anak tidak lagi rewel. Padahal, ini keputusan yang kurang bijaksana. Fenomena anak-anak yang telah kecanduan game menjadi keresahan yang perlu dituntaskan dan ditemukan solusinya. Pasalnya, kini hp tak hanya digunakan untuk bermain game, tetapi lebih parah dari itu, yaitu untuk mengakses situs-situs porno. Ditambah lagi saat ini akses internet sangat mudah, wifi dapat dijumpai di mana-mana. Hal ini menjadikan anak-anak dewasa sebelum waktunya, pikiran dan perkataan kotor mulai mencemari diri anak-anak dan remaja saat ini. Bahkan akibat terburuknya adalah situs-situs porno dapat mempengaruhi psikis dan pikiran anak sehingga ada keinginan untuk meniru dan mempraktikkan langsung. Sudah banyak ditemukan kasus pelecehan seksual dengan pelaku anak-anak dan korbannya juga anak-anak, teman sebayanya. Beberapa menyebutkan motifnya karena rasa penasaran dan ingin mencoba sensasi dari kegiatan seperti di dalam video yang mereka tonton. Belum lagi, jika anak kecil didapati nongkrong dengan orang-orang dewasa maka sudah dapat dipastikan ia akan meniru ujaran-ujaran kasar dan kotor dari orang dewasa.

            Fenomena ini jelas mengiris hati dan memprihatinkan. Adanya gadget justru disalahgunakan. Semakin memperparah kondisi ini, kadangkala orang tua acuh tak acuh pada apa yang menjadi kegiatan dan kebiasaan anak. Para orang tua cenderung memilih diam jika anaknya "anteng" bermain game dengan temannya. Dapat dikatakan bahwa banyak orang tua yang abai dan lalai mengawasi anaknya. Barulah menyesali setelah dampak buruk menimpa anaknya.

            Teknologi hadir di tengah kehidupan masyarakat tidak lain dan tidak bukan tujuannya adalah untuk memudahkan kehidupan. Akan tetapi, perlu adanya pembatasan dan penggunaan dengan bijaksana agar tidak hidup dengan dikendalikan oleh teknologi. Peran orang tua, guru, dan masyarakat menjadi sangat penting dalam rangka mencegah hal-hal buruk penggunaan gawai pada anak-anak dan remaja. Orang tua harus lebih peduli dan perhatian terhadap segala aktivitas dan kebiasaan yang dilakukan anak. Beri anak pengertian dan batasan jam dalam bermain hp. Pemahaman terkait kewajiban dan tugasnya sebagai seorang pelajar juga perlu ditekankan kepada anak agar anak tahu bahwa kewajiban utama seorang pelajar adalah belajar. Orang tua mengambil andil signifikan dalam tumbuh kembang anak sehingga perannya harus terus ada sepanjang fase perkembangan anak.

            Anak yang telah mengalami kecanduan bermain gawai perlu mendapatkan perhatian khusus dari orang tua. Solusi yang ditawarkan adalah meminimalisir penggunaan gawai dan beralih dengan membudayakan kembali budaya literasi. Sebab angka literasi pada anak dan remaja di Indonesia kian tahun kian menurun. Padahal, salah satu indikator kualitas suatu generasi dapat ditilik dari prosentase literasinya. Literasi sudah seyogyanya mulai dirawat dan dilestarikan. Orang tua berperan sebagai fasilitator bagi anak untuk mendapatkan fasilitas literasi. Ajak dan biasakan anak untuk lebih banyak membaca buku, koran, majalah atau  cerita-cerita yang menarik. Selain itu, literasi tidak hanya dalam bentuk membaca buku, latih juga anak-anak untuk memiliki keterampilan menulis, menggambar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini anak masih dapat mengakses gawai sebagai sarana membaca atau menulis cerita secara online. Inilah yang disebut sebagai pemanfaatan gawai dengan tepat dan bijaksana. Orang tua juga perlu membangun dan menciptakan suasana yang harmonis, nyaman, dan menyenangkan bagi anak, baik lingkungan secara fisik maupu psikis sehingga anak akan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah daripada di luar rumah.

            Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak. Dari pernyataan tersebut, tentu saja dapat disimpulkan bahwa sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah. Oleh karena itu, peran guru dan pihak sekolah sangat penting dalam menangani anak-anak dan remaja yang kecanduan bermain gamai. Setiap sekolah memiliki aturan masing-masing terkait boleh atau tidaknya membawa gawai ke sekolah. Akan tetapi, jika pun boleh maka harus sangat dibatasi penggunaannya. Guru sebagai fasilitator bagi siswa perlu mencetuskan ide-ide kratif dan inovatif dalam proses pembelajaran agar minat baca dan tulis anak terus meningkat. Saat ini kerapkali dijumpai siswa yang hanya memfoto materi yang disampaikan oleh guru tanpa mencatat di buku tulis. Pasalnya, belum tentu apa yang mereka foto akan dibaca atau ditulis ulang ketika di rumah. Kegiatan-kegiatan literasi perlu dilestarikan dan dikembangkan oleh guru dan pihak sekolah dalam rangka mencegah siswa kecanduan bermain gawai.

            Selain orang tua dan guru, masyarakat juga berperan besar dalam penanganan anak yang kecanduan bermain gawai. Langkah sederhana yang saat ini mulai banyak dijumpai adalah dibentuknya taman bacaan atau ruang baca di masyarakat untuk memfasilitasi dan mengajak anak-anak membudayakan kebiasaan membaca. Ini merupakan langkah kecil yang nyata relevansi dan urgensinya bagi pengembangan anak. Adanya ruang baca atau taman bacaan membuat anak-anak dan remaja tertarik untuk membaca karena ada banyak teman yang juga ikut membaca. Kegiatan ini juga dapat menjadi forum dan wadah dalam memberikan sosialisasi dan informasi bagi anak-anak dan remaja. Pemerintah masyarakat dapat memasukkan informasi-informasi penting terkiat pendidikan seks, bahaya narkoba, bahaya minuman keras, dan sebagainya.

            Anak-anak dan remaja adalah generasi penerus bangsa. Generasi yang dinanti dan digadang-gadang akan menjadi orang-orang besar di kemudian hari. Generasi yang berkualitas adalah generasi yang melek dan tinggi tingkat literasinya. Generasi yang memiliki banyak kemampuan dan keahlian di bidang-bidang tertentu. Jangan biarkan generasi tumbuh dengan diperbudak teknologi dan tergerus oleh nilai-nilai perubahan zaman. Semua kalangan, baik orang tua, guru, maupun masyarakat harus lebih peduli terhadap generasi saat ini. Rawat kembali budaya literasi untuk mewujudkan generasi berkualitas bagi negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun