dinasti politik yang sempat disampaikan oleh ketua BEM UGM Gielbran menua simpati masyarakat hingga menjadi tranding topik pada media digitak X (Kabar24.com,9/12).
    Pemilu 2024 sebentar lagi, berbagai kampanye dan opini masyarakat kian memanas baik di media digital maupun ruang diskusi. Faktanya, ruang diskusi bukan hanya dinikmati oleh kalangan sepuh, tetapi juga diramaikan oleh anak muda apalagi aktivis mahasiswa. Bahkan kritik tajam  atas adanya praktikDinasti politik diartikan sebagai pemanfaatan kekuasaan politik untuk kepentingan keluarga sehingga kekuasaan didominasi oleh kalangan keluarga tertentu. Frasa dinasti politik sendiri ramai diperbincangkan publik setelah terpilihnya Gibran sebagai Calon Wakil Presiden, setelah adanya revisi undang undang terkait syarat calon wakil presiden oleh ketua MK yang notabene adalah pamannya sendiri.
Dinasti politik banyak dikritisi karena dianggap mengkebiri potensi pihak pihak yang memiliki elektabilitas kepemimpinan tetapi minim previllage, melanggengkan pentingan pribadi ataupun kelompok diatas kepentingan masyarakat umum, Â memunculkan bibit otoriter dalam negara, dan potensi kepemimpinan negara diduduki oleh pihak yang mendapatkan previllage tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki.
Sebagai mahasiswa, sudah selayaknya aktivis BEM mendiskusikan isu hangat yang tengah terjadi di negara tidak terkecuali isu politik. Kecaman atas dinasti politik di Indonesia oleh mahasiswa menjadi angin segar bagi pergerakan mahasiswa dan daya kritis mahasiswa. Selain kritik atas dinasti politik yang dirasa hadir dalam pemilu saat ini. Mahasiswa juga perlu berdiskusi terkait faktor lahirnya dinasti politik serta bagaimana melenyapkan dinasti politik dalam sistem politik.
Dinasti politik seperti definisinya, ia lahir dari adanya kepentingan sekelompok orang untuk berkuasa. Sebab kekuasaan sejatinya memiliki hubungan dengan tercapainya keuntungan materil bagi penguasa. Kekuasaan pada mindset kehidupan sekuler saat ini dipandang sebagai alat untuk mencapai pengakuan tertinggi publik dan alat untuk membuat berbagai aturan yang dapat menguntungkan pihak pihak tertentu.
Kedua efek tersebut lahir di tengah masyarakat karena di dalam mindset sekuler sistem politik adalah sarana untuk melanggengkan ekonomi seperti industri dan bisnis melalui aturan yang dibuat negara. Hal ini sebagai timbal balik para pemilik industri yang telah memberikan pembiayaan pada para calon politisi. Apalagi peran pemerintah bukan sebagai pihak yang melakukan pengurusan terhadap rakyatnya, tetapi sebagai pembuat regulasi semata. Sedangkan pengurusan rakyat diserahkan pada pihak swasta atau pemilik modal.
Terlihat kejam, tetapi kenyataan berkata demikian. Sebab, dalam mindset sekuler segala aktivitas tidak boleh didasari oleh standart baik buruk dari kacamata agama. Alhasil, semua aktivitas boleh dilakukan tanpa adanya batasan. Ya, bukankah batasan yang membuat pihak berwenang sesuai kesewenang wenangannya?
Tidak adanya standart aturan yang benar serta hubungan peran penguasa dengan pengusaha melahirkan dinasti politik dalam kehidupan politik saat ini. Tanpa dipungkiri, pengusaha akan berusaha mempertahankan penguasa yang bisa mempertahankan kepentingan mereka sehingga dinasti politik diperlukan. Berdasarkan hal tersebut, adanya dinasti politik pada sistem perpolitikan yang sekuler adalah hal yang wajar. Bahkan tidak bisa dinihilkan. Sehingga ketika kecaman mahasiswa hanya berhenti pada adanya dinasti politik hal ini sangat disayangkan. Karena tidak sampai menyentuh akar masalah.
Jika didapati bahwa dinasti politik ini hadir akibat sistem politik yang didasari mindset sekuler, maka mindset politik di negeri ini yang perlu direvisi. Setiap pemimpin juga memiliki mindset bahwa kepemimpinnan bukan tentang kekuasaan atau prestis semata tetapi sebuah tamggung jawab yang besar. Mindset ini akan menghantarkan pada penerapan sistem politik yang mengedepankan integritas pemimpin sesuai dengan atutan Tuhan tanpa ada pihak kedua di atas penguasa. Sehingga sudah selayaknya mahasiswa kembali bergerak untuk menyuarakan politik, bukan hanya mengkritik politik dinasti tetapi juga menyuarakan solusi politik saat ini dengan sistem politik yang benar dan haq. Wallahualam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H