Mohon tunggu...
Ummu Fatimah
Ummu Fatimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Do the best

Speak your idea for the better future

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tips n Trick Hari Anak Anti Gimmick

9 Agustus 2023   20:57 Diperbarui: 9 Agustus 2023   21:17 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Anak Nasional atau HAN kembali diperingati dengan meriah, dengan tema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju" (tempo.com,23/7). 

Tujuan khusus HAN tahun ini antara lain 1) Meningkatkan peran pelopor dan pelapor dalam rangka menciptaan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak; 2) Menciptakan ruang berkualitas dalam keluarga sebagai Upaya pencegahan kekerasan dan eksploitasi terhadap anak; 3) Edukasi baik untuk anak maupun orang tua mengenai pencegahan perkawinan anak dan pekerja anak dan 4) Pemberdayaan ekonomi keluarga dalam Upaya peningkatan kualitas anak (detik.com,23/7). Sayangnya, berulangnya HAN diikuti kondisi anak yang memprihatinkan. Data Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) misalnya menunjukkan peningkatan angka kekerasan pada anak selama 4 tahun terakhir (inilah.com,22/5). Belum lagi tibgginya angka stunting yang mencapai 21,6% pada tahun 2022. Angka ini lebih besar jika stunting dilihat lebih detail ke beberapa provinsi sepeerti Nusa Tenggara Timur yang mencapai 35,3% diikuti oleh 4 provinsi lainnya (AyoBandung.com,2/7)

Anti Gimmick

Keberadaan ide ataupun konsep tanpa aktualisasi praktis pada dasarnya tidak akan memberikan perubahan signifikan atau bahkan tidak ada perubahan apapun. Oleh karena itu, setiap ide maupun konsep perlu diperinci secara praktis sesaat setelah matangnya  pemaknaan ide atau konsep. Sehingga perlu dimaknai bersama tema HAN 2023 oleh kalayak ramai agar mampu menilai bersama dampak ceremonial tersebut. Tema HAN 2023 dengan narasi "Anak Terlindungi, Indonesia Maju" dapat dimaknai secara bebas. Sehingga hal ini dapat dimaknai anak anak negeri ini hendaknya terlindungi atas segala toxic yang mampu mengganggu perkembangan dirinya menjadi manusia seutuhnya.

Manusia yang mampu menggunakan akal dengan baik sehingga mampu membedakan benar dan salah pada setiap fakta yang ditemui .Untuk mencapai kualitas ini, maka anak harus dihindarkan dari hal hal yang mampu merusak fisik, psikis, dan kemampuan akalnya. Dengan begitu, narasi kedua "Indonesia Maju" dapat tercapai dengan baik. "Maju" dalam hal ini perlu dimaknai sebagai kemajuan teknologi, informasi, kecerdasan intelektual, keunggulan adab dan keterjagaan moralitas.

Tips n Trick

Aktualisasi atas pemaknaan HAN pertama harus dipahami oleh setiap orang yang ada, baik anak itu sendiri, orang tua, guru bahkan pejabat publik sekalipun. Hal ini dapat terealisasi melalui proses pendidikan baik formal maupun non formal. Sehingga perlu dukungan dari kurikulum pengajaran di sekolah dan pemberdayaan media massa di tengah masyarakat. Sejauh ini, pemaknaan atas tema tersebut tidak berhasil jika dilakukan ketika mengambil prespektif liberalisme atau kebebasan. Pemaknaan ini justru teraktualisasi dengan baik ketika adanya perkawinan dengan agama. Baik itu dalam aspek pendidikan ataupun media masaa. Hal ini seperti yang diatur dalam Islam.

Ketika setiap orang telah memiliki pemaknaan yang sama terkait "terlindungi" dan "kemajuan" maka akan muncul pemberdayaan secara mandiri kepada anak oleh siapapun yang ada di dekat anak. Bahkan ketika terdapat pihak yang dengan sengaja melakukan penelantaran atas hak anak, maka masyarakat akan hadir secara alami sebagai pihak yang melindungi anak. 

Sejauh ini, peran masyarakat hanya terlihat ketika mereka memiliki pemikiran, perasaan dan aturan yang sama. Hal ini dicontohkan oleh sistem Islam ketika peradaban Islam mencapai kejayaan. Karena dalam Islam masyarakat adalah satu kesatuan yang utuh, bukan sekedar kumpulan individu yang memiliki kepentingannya masing masing, sehingga terbentuk masyarakat yang individualis. Islam tidak pernah membentuk masyarakat individualis layaknya Kapitalisme.

Pihak terakhir yang perlu memahami, mengaktualisasikan bahkan melakukan kontroling pada setiap pihak lain ialah intitusi negara itu sendiri. Negara seyogyanya menjamin kebutuhan primer setiap anak melalui stabilisasi ekonomi dalam negeri dengan memastikan setiap kepala keluarga memiliki pekerjaan, menjamin kestabilan harga pangan bahkan memfasilitasi pendidikan untuk semua rakyat dengan sarana prasarana terbaik. 

Semua hal ini mampu terwujud ketika negara memanfaatkan SDA secara optimal tanpa adanya privatisasi SDA. Hanya saja hal ini akan terwujud ketika negara memaknai politik sebagai upaya mengurus rakyat. Hal ini diajarkan oleh Islam bahkan diimplementasikan dengan sangat baik. Selain itu adanya ikatan ruh dengan Sang Pencipta mampu meminimalisir tindak kecurangan di kalangan pejabar yang merugikan rakyat.

Sehingga secara ringkas aktualisasi Hari Anak Nasional yang mampu mewujudkan kesejahteraan bagi kehidupan anak meliputi 1) Setiap individu memahami pentingnya menjaga generasi muda; 2) Setiap individu memahami standart kebenaran yang tepat, sehingga terbentuk lingkungan yang kondusif untuk mendidik anak menjadi generasi yang unggul; 3) Adanya aturan hukum yang mampu membuat jera terkait tindak kekerasan kepada anak; 4) Adanya peran negara untuk menjaga kestabilan bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial bahkan politik sehingga negara mampu mewujudkan ekosistem yang layak anak.

Masa Depan Generasi

Permasalahan anak pada dasarnya ialah permasalahan yang sistemik bahkan mendasar. Sehingga tidak cukup adanya perbaikan secara individu ataupun masyarakat untuk mencegah kasus semacam stunting, pelecehan anak, eksploitasi anak dan lainnya. Perlu adanya kerja sama dari tiga pihak yaitu individu, masyarakat dan negara yang mana ketiganya perlu memaknainya dengan benar. 

Faktanya pemaknaan dan penyelesaian masalah dengan prespektif materialis, liberal tidak mampu mewujudkannya. Justru pemaknaan menggunakan prespektif Islam dalam fakta sejarah mampu membentuk anak anak menjadi generasi terbaik dalam segala aspek kehidupan. Untuk itu, satu hal yang terlupakan dalam HAN ialah adanya perubahan prespektif berpikir dan pemaknaan atas kehidupan baik secara individu, masyarakat maupun negara. Sehingga HAN bukan hanya ceremonial setiap tahun yang terkesan gimmick, tetapi sebuah lompatan dari perubahan besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun