Mohon tunggu...
Reni Retnowati Handayani
Reni Retnowati Handayani Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang manusia biasa,yang ingin memberikan "sesuatu" pada dunia....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Judulmu, Menyesatkanku....

2 November 2011   11:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:09 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_146079" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Haduhhhh….beberapa kali saya harus menelan ludah,mengelus dada dan menggigit bibir,untung saja tidak sampai melempar HP di genggaman saya, kalau sudah online di Kompasiana. Lho apa pasal??? Tampilan mobile Kompasiana di HP saya memang dominan hanya judul dan nama penulisnya yang tampak. Tentu saja selain headline,karena di headline lebih “terbuka”, ada ilustrasi tulisan meski cuma beberapa kalimat. Tapi selain itu bak memilih kucing dalam karung… Seringkali saya membuka tulisan yang judulnya atraktif,memancing rasa penasaran saya,persis lihat iklan ice cream  di TV….gregetan pengen tahu isinya. Namun, setelah di perjuangkan habis-habisan, berhubung network yang kadang usil byar pet-byar pet…hidup segan mati tak mau,ternyata isinya cuma ‘gituan thok’…coba bayangkan gimana ga kesel bin mangkel rasanya… Ini beberapa ciri-ciri artikel yang saya masukan dalam kategori  “gituan thok “… 1. Isinya hanya beberapa baris. Untuk loading page bisa makan waktu hampir 2-3 menit,eh baca artikelnya  kurang dari 1 menit, apalagi kalau isinya cuma curhat tentang sang pacar…wehhh ga banget …. 2. Judul dan topik ga nyambung,campur-campur antara bahasa resmi dan  baku, plus muter-muter menjelaskan inti tulisan. Buat saya, membaca itu ga hanya untuk menghabiskan waktu, tapi lebih untuk menambah ilmu dan refresh pikiran biar lebih seger…tapi kalau ketemu artikel yang bikin mumet kepala, topik-nya A judulnya B, plus dalam satu tulisan campur-campur menyebut kata ganti orang pertama dengan aku dan saya…haduhhh mending saya habiskan waktu untuk nguleg sambel di dapur dehhh…. Sebenarnya bukan masalah untuk membuat artikel atau tulisan, apapun bentuknya, dengan bahasa tidak baku, hanya saja harus jelas pemilihan kata,dan kalau perlu beri tanda-tanda khusus untuk “special words”. 3. Ga diedit. Nah ini  juga bikin waktu membaca saya jadi ga nyaman,soalnya pikiran saya lebih sibuk  untuk mengedit ketikan dalam artikel ketimbang memikirkan inti tulisan, misalnya “langka” ditulis “langkah”, “rawan” ditulis “rawang”. Mbok ya,sebelum di publish luangkan waktu sedikit untuk menyortir ketikan, para pembaca kan bukan dukun yang bisa membaca isi hati,jadi buatlah sejelas dan seterang  mungkin maksud/ide tulisan. 4. Narsisme yang blak-blak-an Beberapa kali saya menjumpai artikel macam ini. Artikel yang mirip baliho ala para cagub-cawagub di Pilgub…bedanya hanya di tampilan..tapi kontennya sama-sama menonjolkan kelebihan diri sendiri alias narsis abis… Ga masalah deh, kalau mau sedikit sharing pengalaman, atau menularkan rasa percaya diri, tapi tidak dengan cara berlebihan…karena efeknya bisa membuat para pembaca kenyang dan mual sebelum makan….ya tho??? Hmm, kalau kita mau lebih jeli ada beberapa lomba di Kompasiana, atau jejaring social macam Facebook yang menentukan pemenang berdasarkan jumlah orang yang membaca artikel tersebut. Padahal penentuan pemenang dengan cara demikian tidak “fair” menurut saya…karena bisa jadi orang-orang yang membaca, hanya korban yang terperangkap dalam judul tanpa kualitas. Lebih adil jika penentuan pemenang berdasarkan jumlah “like”. Iyaa ga sihhh???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun