Mohon tunggu...
Reni Retnowati Handayani
Reni Retnowati Handayani Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang manusia biasa,yang ingin memberikan "sesuatu" pada dunia....

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Jamblang, Special Edition....

26 Oktober 2011   18:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:28 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1987 :

Umur saya sekitar 7 tahun. Kala itu, di sebelah rumah kami, di daerah Cipadu, ada sebatang pohon jamblang yang cukup besar dan rindang, buahnya pun tak jarang, mulai dari yang berwarna agak kemerahan sampai hitam legam.

Hmmm, dasar anak-anak, pohon jamblang nan rindang itu menjadi tempat main favorit kami. Karena mudah untuk di panjat, sering kami bercengkrama, bermain domikado, atau nggosip kejadian di sekolah ( weh…) diatas pohon itu.

Yang paling seru, kakak saya yang no 6, Darmawan, suka sekali mengerjai orang dari pohon jamblang ini. Ia senang membuat boneka dari kertas putih yang di kepal-kepal dan dibentuk sedemikian rupa sehingga mirip pocong kecil. Lalu diikatnya dengan benang senar, dan di sangkutkan ke salah satu dahan pohon jamblang yang tingginya  lebih dari  kepala orang dewasa.

Nah jika ada orang yang melintasi dahan tersebut, dengan sekonyong-konyong ia akan mengulurkan senar, sehingga boneka tersebut tepat berada di hadapan wajah orang lewat, yang jelas saja akan berteriak karena kaget, karena aksinya ini lebih sering dilakukan malam hari.

Atau keisengannya yang lain lagi. Terkadang ia membuat jebakan dengan uang kertas yang di ikat dengan benang transparan, yang bisa ia tarik ulur dari jauh. Ia akan meletakkan uang kertas itu di tengah jalan, dan jika ada orang lewat yang melihat uang itu dan ingin mengambilnya, ia menariknya tiba-tiba. Jika orang itu kaget dan malu, kami yang melihat tertawa terbahak-bahak….

Kami juga suka bertransaksi di bawah pohon jamblang itu, kadang kami menjual kelereng atau gundu, gambaran dan karet gelang, bahkan terkadang ada juga penyewaan komik yang popular masa itu, komik Petruk.

Entah bagaimana nasib pohon jamblang itu, setelah saya berpisah dengannya lebih dari 23 tahun…..

Tahun 2003 :

Saya bertemu lagi dengan si hitam manis ini secara tak sengaja setelah hampir 16 tahun tak bersua. Entah tak ada lagi orang yang menanam atau memang tak laku dijual, sehingga tak beredar di pasaran. Tapi kali ini saya menemuinya di sebuah pasar yang cukup elite, karena bukan di pasar-pasar tradisional sekitar rumah saya, melainkan di Plaza Aldiron, Blok M, ketika saya pulang mengajar privat. Harganya sekitar 3000 rupiah satu plastik kecil. Hmmm cukup mahal juga untuk ukuran kantong saya saat itu.

Dengan berat hati saya meninggalkannya untuk tetap duduk setia menemani si abang penjual jamblang.

Sebenarnya saya tak hobi-hobi amat makan buah ini. Cuma mungkin karena sensasi sebagai buah langka dan memori indah tentangnya itulah yang  membuat saya selalu rindu untuk mengigitnya.

Tak apalah kali ini saya tak bisa menikmatinya, toh masih ada lain waktu,insyaAllah.

Tahun 2011 :

“ZAMBARAU” sebut suami saya ketika saya bertanya nama buah yang dibawanya sore itu. Buah yang mirip anggur hitam namun lebih lonjong dan sedikit besar itu membuat saya surprise bukan kepalang. Ah, saya bertemu dengannya lagi. Bukan, bukan di kampung saya. Juga bukan di negara saya tercinta. Tapi disini, di Tanzania, satu negara yang terpisah ribuan atau bahkan ratusan ribu mil dari Indonesia. Ia hadir disaat saya mengukir kenangan indah bersama suami dan anak tercinta, seperti ketika ia hadir saat saya mengukir kenangan indah di masa kecil. Ah, rasanya saya jatuh cinta padanya untuk kedua kali….Alhamdulillah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun