Fitrah Menyusu dan Menyusui
Secara alamiah, menyusu adalah cara bayi baru lahir bertahan hidup. Ia memiliki refleks menghisap sejak lahir. Sang ibu pun dibekali Allah dengan payudara yang mulai memproduksi ASI sehingga bisa menyusui bayi nya. Hampir semua ibu dapat memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. Produksi ASI dipengaruhi oleh posisi dan pelekatan, frekuensi menyusui, dan isapan bayi saat menyusu.Â
Karena menyusu dan menyusui itu fitrah alamiah, maka perlu kita yakini, bahwa ini sesuatu yang bisa ibu dan bayi lakukan. Hal ini penting, sebab tidak sedikit para ibu yang kurang mendapat informasi serta edukasi tentang menyusui yang benar sehingga bermudah-mudah untuk menganggap dirinya tidak bisa menyusui atau bayinya tidak bisa menyusu.Â
Saya sendiri, pernah mengalaminya. Saat melahirkan anak pertama, berbekal pengalaman mendampingi kakak saya melahirkan, ibu saya membeli susu formula dan botol (dot) untuk bayi saya menyusu. Ibu lakukan itu karena berpikir bahwa ASI saya belum keluar sedang bayi sudah haus jadi menangis terus. Syukurnya, bayi saya yang sudah mencoba menyusu pada saya tidak mau juga menggunakan dot. Hingga akhirnya dokter anak visit dan menyarankan untuk tidak memberikan susu, tapi membiarkan saya terus menyusui walaupun terlihatnya belum ada yang keluar. Bayi saya menangis kemungkinan karena posisi pelekatannya belum tepat. Dokter juga menambahkan, kalaupun ASI belum keluar, tetap disusui untuk merangsang produksi ASI. Bayi sendiri akan tahan selama 3 hari pertama hidupnya tanpa ASI. Meskipun, bisa jadi sudah ada yang keluar namun masih sediikit sekali sehingga tak terlihat, namun itu sesuai dengan kebutuhan si bayi.
Bersyukur sekali kedatangan dokter saat itu membuat saya sebagai ibu baru, menjadi teredukasi. Kemudian, sejak saat itu saya mencoba meyakinkan diri, kami bisa menyusu dan meyusui dengan baik, insyAllah.Â
Proses Alamiah Nan Penuh TantanganÂ
Fitrah menyusu dan menyusui ini terlihat amat natural sehingga seharusnya terdengar mudah. Namun pada kenyataannya, tidak sesederhana itu. Menyusui adalah proses yang penuh dengan tantangan. Selain masalah yang umum soal pelekatan yang benar, tidak sedikit ibu dan bayi yang memiliki kondisi khusus, mulai kondisi puting ibu hingga lidah si bayi. Meski sebenarnya masalah-masalah tersebut tidak menjadi halangan dalam menyusui, namun seringkali kondisi tersebut membuat sang ibu stress lebih dulu sehingga justru mengganggu produksi ASI dan proses menyusui sendiri.Â
Karenanya dukungan orang sekitar diperlukan ibu agar bisa melewati tantangan-tantangan dalam menyusui ini dengan baik. Membantu meringankan pekerjaan ibu menyusui, menyediakan kebutuhannya, atau sekedar mendengarkan keluhannya. Selama menyusui 6 anak pun, saya juga mengalami beberapa tantangan, puting lecet dan bayi yang tongue tie diantaranya. Salah satu yang bisa diupayakan ibu adalah belajar. Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan menyusui, akan membuat ibu lebih siap menghadapi hal-hal yang menantang. Bagaimanapun, segala sesuatu ada ilmunya, dan dengan ilmu kita akan melakukan sesuatu dengan lebih baik.Â
Menyusui Lebih dari Sekedar Memberi Asi
Salah satu motivasi yang bisa selalu diingat adalah bahwa menyusui itu lebih dari sekedar memberikan ASI pada bayi. Karena siapapun bisa memberikannya. Namun proses menyusui adalah momen eksklusif antara ibu dan bayi yang tidak tergantikan oleh siapapun kecuali kondisi darurat. Menyusui, adalah perintah Allah kepada setiap ibu, yang juga diperintahkan untuk disupport oleh para ayah.Â
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Q.S. Al Baqoroh : 233
Ayat ini dengan lengkap menjabarkan kewajiban ibu, kewajiban ayah, masa menyusui, serta proses penyapihan. Proses menyusui lebih dari sekedar memberi ASI. Aktifitas menyusui merupakan interaksi yang menciptakan bonding yang kuat antara ibu dan bayi. proses ini tak tergantikan. Bukan sekedar bagaimana menutrisi bayi dengan cairan yang kaya akan segudang manfaat, namun juga menutrisi jiwa bayi dengan kasih sayang.Â
Allah pun sampai menjelaskan kewajiban sang ayah dalam menyiapkan kebutuhan ibu menyusui yang hendaknya dipenuhi. Karena begitu pentingnya proses ini dan nilai manfaat yang didapatnya, hingga jika sang ibu memiliki kendala dalam melakukannya, solusi yang diberikan bukanlah memberikannya cairan lain pengganti ASI, namun menyusukannya pada ibu lain.Â
Maka bukan sekedar memberi ASI, menyusui itu sendiri adalah aktifitas yang sayang untuk tidak dilakukan. Jika saat ini menyebutnya direct breastfeeding, menyusui ya menyusui. Memberi ASI melalui payudara. jika melalui media lain, itu adalah memberi ASI.Â
Sudah banyak tulisan menjabarkan tentang segudang manfaat ASI bagi bayi, namun perlu diingat aktifitas menyusu pada ibu pun tentu memiliki manfaat yang luar biasa, meski penelitian mungkin belum sampai menjelaskannya selain meningkatkan bonding antara ibu dan bayi.Â
Dukung Para Ibu Menyusui dengan Bahagia
Seperti yang disampaikan dalam ayat di atas, Allah pun memerintahkan para ayah untuk memberi dukungan pada ibu menyusui. Mulai dari memberi nafkah, pakaian, hingga menjaga kestabilan kesehatan ibu baik fisik maupun mental seperti yang disebut dalam ayat, "Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya". Maka mari kita bergandengan tangan, agar saling membantu meringankan tugas para ibu, memberi dukungan dengan cara apapun yang kita bisa, agar para ibu ini bisa melaksanakan perintah Tuhannya ini dengan bahagia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H