Mohon tunggu...
Umi Umayah
Umi Umayah Mohon Tunggu... Perawat Radiologi -

Ummi hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang mendampingi Suami tercinta guna mengasuh kedua putri tersayang menjadi anak yang solehah. Cita- citanya ingin menjadi lebih baik dari hari kemarin. Ummi sekarang bekerja sebagai Radiografer di RS Muhammadiyah, Bandung. Salam kenal ya......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kado Terindah Ibu adalah Doa

3 Januari 2018   23:05 Diperbarui: 4 Januari 2018   08:29 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan kau ingatkan aku tentang satu rindudi masa yang lalu saat mimpi masih indah bersamamu. Terbayang satu wajah penuh cinta penuh kasih. Terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan. Kau ibu ... oh ibu ...  |  Ya Allah izinkanlah aku bahagiakan dia meski dia telah jauh. Biarkanlah aku berbakti untuk dirinya. Oh ibu ... oh ibu ...

Mendadak lagu Opick featuring Amanda di atas menjadi lagu favoritku. Sedih, tapi lirik lagunya kena banget ke hati. Hampir selalu nggak bisa menahan tetesan airmata keluar. Ini lagu sedih, tapi mengingatkan Umi ke mendiang ibu. Mengingatkan agar Umi harus selalu ingat pesan, petuah, dan didikan ibu. Harus selalu mendoakan kebaikan sebagai bukti Umi sangat sayang dan selalu merindukan ibu.

Pertama kali mendengar lagu ini saat perhelatan sumpah jabatan dan wisuda, setelah menyelesaikan pendidikan D3 di Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi, bulan September 2013 lalu. Suasana hati yang awalnya memang lagi sedih karena saat prosesi wisuda ini, Umi dan Abi nggak pegang uang sama sekali, yaitu hanya beberapa puluh ribu sisa gaji Umi bulan sebelumnya bersamaan dengan keputusan Abi memilih resign 1 bulan sebelum wisuda, otomatis pemasukan menjadi berkurang.

Teringat saat ketiga saudaraku dapat menyelesaikan pendidikan S1-nya dengan biaya dari orangtua dan ketika wisuda tiba, betapa sibuknya ibu membuatkan baju kebaya, setelan jas, memilihkan salon mana yang akan dipakai. Intinya semua tetek-bengek menuju penghelatan wisuda ini, ibu yang ngurusin, termasuk pinjem mobil untuk rombongan keluarga kami plus saudara yang ingin ikut menemani.

Sementara Umi, untuk membayar uang kuliah pun membayar sendiri kendati separuh nominal biaya kuliah dibayarkan oleh kantor. Pada saat menyelesaikan pendidikan hingga akhirnya di wisuda pun serba sendiri. Baju kebaya, kerudung, hingga alas kaki yang digunakan pun dapet minjem. Alih-alih untuk selametan, berangkat ke tempat acara pun dibonceng Abi pake motor. Mau panggil taksi takut nggak cukup uangnya. Itu pun hanya bapak dan Abi yang menemani.

Sebenarnya ini bukan masalah uang yang bikin sedih, tapi karena ketiadaan ibu. Sempat tersirat dalam hati dan berangan, coba kalau ibu masih ada. Dan ketika Umi curhat sama kakak, dia mau memesankan tumpeng untuk kumpul keluarga sebagai tanda bersyukur. Umi bilang, "Nggak usah, Teh, Umi cuma mau ibu." Dan kita berdua menjadi sangat sedih. Umi hanya ingin menunjukkan kepada ibu, Umi berhasil dengan nilai yang baik walaupun bisa kuliah setelah punya 2 anak. Umi ingin lihat raut muka ibu yang tersenyum bahagia.

Mengapa begitu? Karena ini adalah mimpi ibu. Ibu ingin bersikap adil ke empat anaknya. Bahwa Umi juga harus meneruskan pendidikan seperti saudara yang lain tidak hanya sampai SPK (setara dengan SMA) aja. Pada saat itu ibu meminta maaf ke Umi karena ibu dan bapak tidak mampu membiayai Umi. Ya, sadar dirilah biaya pendidikan di kesehatan tidak murah. Gaji bapak yang karyawan biasa tidak mencukupi untuk membiayai kuliah kami semua. Semangat yang kuat dari bapak dan ibu yang membuat kami malu kalau tidak belajar dengan sungguh-sungguh.

IBU DAN FAMILY CATERING

Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang multitalent. Sagala bisa. Tanya saja disuruh bikin apa, pasti bisa. Dari mulai urusan dapur, bikin kue, menjahit baju, bahkan sampai nukang. Semua bisa! Ya, semasa hidupnya ibu memang dikenal sebagai tukang jahit, menerima pesanan kue, dan mengelola katering. Kata beberapa pelanggan, jahitan ibu itu paling rapi dan modelnya selalu up to date. Wajar saja karena ibu suka sekali jalan-jalan ke mall, makan, dan shopping.

Kalau sudah mencicipi suatu makanan dan menurutnya enak, pasti deh langsung dicari resepnya. Beliau kadang gak segan bertanya ke tukang kuenya langsung, dan kemudian ia bisa berhari-hari bikin kue yang sama sampai rasa atau bentuk yang dimaui tercapai. Masakan ibu paling enak sedunia, bahan seadanya pun bisa menjadi istimewa. Kalau ibu harus menemani bapak atau berangkat sendiri keluar kota berhari-hari, sebelum berangkat pasti tersaji makanan di dalam wadah tertutup berupa kering tempe dan ayam yang sudah diungkep di kulkas.

Ibu pun paham tentang kelistrikan. Kadang alat jahitnya kalau kurang nyaman, suka distel sendiri. Memasang paku di dinding untuk menempelkan pigura foto bisa dilakukan sendiri. Pada dasarnya ibu memang selalu bergerak. Katering yang dikelola ibu, dinamai Family Catering. Wajar saja karena semua asisten di dapurnya adalah para sepupunya. Kami pun, anak-anaknya, sering dilibatkan di tempat acara untuk mengawasi keluar masuk makanan dan kerapian area makan dan stand.

Dua kali terakhir pesanan katering pernikahan, ibu sudah tidak kuat bangun dari duduknya karena penyakit kanker payudaranya sudah metastase atau menyebar ke kelenjar getah bening. Biarpun sudah ditolak, pemesan keukeuh dengan masakan ibu yang terkenal enak. Akhirnya ibu menerimanya dan tugasnya hanya mengawasi para sepupunya mengolah masakan. Beliau mencicipi makanannya agar benar-benar terga rasanya. Di lapangan, anak-anak dan menantunya, siap menjadi penanggung jawabnya pada saat hari H.

Yang paling menyedihkan adalah setelah satu bulan beliau meninggal, katering berjalan tanpa ibu ada di sisi. Hal itulah yang membuatku dan saudara memutuskan untuk berhenti menerima katering pernikahan. Para pelanggan ibu menyayangkannya. Tidak apa, itu sudah menjadi keputusan kami. Usaha kue kering dan basah dilanjutkan oleh kakak perempuanku. Hingga sekarang setelah 10 tahun ibu meninggal, resep masakan dan kue buatan ibu masih tersimpan rapi di buku agenda kakak. Beberapa tersebar di keluarga dan teman-temannya. Ya ... ibu tidak segan membagikan resepnya, bahkan seringkali ditulis detail mulai dari cara membuatnya. Bagi kami anak-anaknya, ini adalah warisan takternilai.

PENTINGNYA MENGAMBIL KEPUTUSAN

Dalam mendidik kami, ibu termasuk tegas. Iya kalau iya, tidak kalau tidak. Awalnya ada aturan ini dan itu kadang membuat kami kesal dan menggerutu. Harus inilah, harus itulah. Buat bapak dan ibu, ibadah tidak boleh ditinggalkan dan pendidikan adalah hal yang penting. Takheran kalau mereka tidak segan merogoh uang lebih dalam kalau untuk menopang pendidikan. Cerita pada paragraf-paragraf awal adalah contohnya. Ibu banyak disukai orang termasuk teman-teman kami. Daripada kami keluyuran keluar rumah, mending teman-teman kami dibawa ke rumah. Rumah menjadi tempat berkumpul, sampai-sampai temanku dan kakak saling mengenal satu sama lain. Teman-teman suka datang ke rumah karena ibu selalu menyiapkan kue-kue atau masakan yang enak.

Saat pertama kali Umi mengenalkan seorang teman laki-laki yang sekarang menjadi suami, ibu bersikap biasa saja. Kemudian, ketika Umi bilang teman yang pernah dibawa ke rumah, mau datang dengan kedua orangtuanya ke rumah untuk melamar, ibu malah balik bertanya. Katanya, "Kamu siap? Ibu menghormati laki-laki pilihan kamu." Beliau berpesan kalau ada apa-apa ke depannya menjadi tanggung jawabku. "Nikmati segala prosesnya karena ini adalah laki-laki pilihanmu sendiri dan kalian saling mencintai." Tanpa melihat status dan lainnya, ibu menerima dengan terbuka calon suamiku yang pada waktu itu masih bersatus mahasiswa dan belum mempunyai penghasilan tetap.

Umi tahu betul ibu percaya seutuhnya kepadaku, kalau pilihan Umi benar dan bisa mempertanggungjawabkannya. Sedari kecil ibu selalu membesar-besarkan hati kami, anak-anaknya di depan kami, keluarga dan teman-temannya, tentang keunggulan kami atau kemampuan yang kami miliki. Taksedikit pun menyinggung kekurangan kami apa, sehingga membuat Umi khususnya menjadi lebih percaya diri. Ibu selalu bilang, "Kamu pasti bisa! Kalau orang lain bisa, kamu pasti bisa."

Mendoakan sambil menatap mata adalah hal yang tidak bisa Umi lupakan hingga kini. "Umi ... ibu doakan rejeki kamu mengalir terus, jangan takut kurang, pasti Allah selalu mengganti apa yang kamu keluarkan untuk kebaikan. Insya Allah anak-anakmu menjadi anak yang solehah. Didiklah mereka dengan baik dan kamu harus selalu sehat untuk suami dan anak-anakmu." Berulang-ulang selalu beliau katakan. Bahkan ketika sakitnya semakin menjadi hingga tersenyum pun sulit, sambil tidur telungkup karena sulit untuk bangun, bibir ibu takpernah kering dalam mendoakan kami, anak-anaknya.

Buat Umi, itu adalah kado yang paling indah.
Kado yang tidak akan bisa Umi lupakan.

Pesan untuk yang sedang mengenyam pendidikan di jenjang manapun, buatlah orangtuamu bangga dengan belajar sungguh-sungguh. Kita tidak pernah tahu uang untuk membayar ini itu dari mana? Dengan cara apa? Yang orangtua inginkan hanyalah agar kita dapat belajar dengan baik tanpa memikirkan biaya. Untuk yang masih ada ibunya, segera dekati, peluk, dan bisikkan di telinganya betapa kamu menyayanginya. Dan yang jauh jaraknya segera telpon atau berkirim kabar, ungkapkan perasaanmu sebelum kamu menyesal nggak akan bisa mendengar lagi jawaban sayang balik dari ibumu.

Berbahagialah engkau di sana, ibu. Rasa sakitmu telah hilang, tersenyumlah, insya Alah Allah mengampuni dosa-dosamu. Amin. Doa-doa dipanjatkan untuk keselamatan dan kebahagiaan ibu di alam kubur. Semoga Allah melapangkan dan menerangi kuburnya. Amin. Maafkan Umi karena belum mampu berbakti dan merawat ibu dengan baik. Umi sayang ibu.

Miss you, Mom....[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun