Mohon tunggu...
Umi Umayah
Umi Umayah Mohon Tunggu... Perawat Radiologi -

Ummi hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang mendampingi Suami tercinta guna mengasuh kedua putri tersayang menjadi anak yang solehah. Cita- citanya ingin menjadi lebih baik dari hari kemarin. Ummi sekarang bekerja sebagai Radiografer di RS Muhammadiyah, Bandung. Salam kenal ya......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kado Terindah Ibu adalah Doa

3 Januari 2018   23:05 Diperbarui: 4 Januari 2018   08:29 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ibu dengan Nala, Bin, dan Arkis

Ibu pun paham tentang kelistrikan. Kadang alat jahitnya kalau kurang nyaman, suka distel sendiri. Memasang paku di dinding untuk menempelkan pigura foto bisa dilakukan sendiri. Pada dasarnya ibu memang selalu bergerak. Katering yang dikelola ibu, dinamai Family Catering. Wajar saja karena semua asisten di dapurnya adalah para sepupunya. Kami pun, anak-anaknya, sering dilibatkan di tempat acara untuk mengawasi keluar masuk makanan dan kerapian area makan dan stand.

Dua kali terakhir pesanan katering pernikahan, ibu sudah tidak kuat bangun dari duduknya karena penyakit kanker payudaranya sudah metastase atau menyebar ke kelenjar getah bening. Biarpun sudah ditolak, pemesan keukeuh dengan masakan ibu yang terkenal enak. Akhirnya ibu menerimanya dan tugasnya hanya mengawasi para sepupunya mengolah masakan. Beliau mencicipi makanannya agar benar-benar terga rasanya. Di lapangan, anak-anak dan menantunya, siap menjadi penanggung jawabnya pada saat hari H.

Yang paling menyedihkan adalah setelah satu bulan beliau meninggal, katering berjalan tanpa ibu ada di sisi. Hal itulah yang membuatku dan saudara memutuskan untuk berhenti menerima katering pernikahan. Para pelanggan ibu menyayangkannya. Tidak apa, itu sudah menjadi keputusan kami. Usaha kue kering dan basah dilanjutkan oleh kakak perempuanku. Hingga sekarang setelah 10 tahun ibu meninggal, resep masakan dan kue buatan ibu masih tersimpan rapi di buku agenda kakak. Beberapa tersebar di keluarga dan teman-temannya. Ya ... ibu tidak segan membagikan resepnya, bahkan seringkali ditulis detail mulai dari cara membuatnya. Bagi kami anak-anaknya, ini adalah warisan takternilai.

PENTINGNYA MENGAMBIL KEPUTUSAN

Dalam mendidik kami, ibu termasuk tegas. Iya kalau iya, tidak kalau tidak. Awalnya ada aturan ini dan itu kadang membuat kami kesal dan menggerutu. Harus inilah, harus itulah. Buat bapak dan ibu, ibadah tidak boleh ditinggalkan dan pendidikan adalah hal yang penting. Takheran kalau mereka tidak segan merogoh uang lebih dalam kalau untuk menopang pendidikan. Cerita pada paragraf-paragraf awal adalah contohnya. Ibu banyak disukai orang termasuk teman-teman kami. Daripada kami keluyuran keluar rumah, mending teman-teman kami dibawa ke rumah. Rumah menjadi tempat berkumpul, sampai-sampai temanku dan kakak saling mengenal satu sama lain. Teman-teman suka datang ke rumah karena ibu selalu menyiapkan kue-kue atau masakan yang enak.

Saat pertama kali Umi mengenalkan seorang teman laki-laki yang sekarang menjadi suami, ibu bersikap biasa saja. Kemudian, ketika Umi bilang teman yang pernah dibawa ke rumah, mau datang dengan kedua orangtuanya ke rumah untuk melamar, ibu malah balik bertanya. Katanya, "Kamu siap? Ibu menghormati laki-laki pilihan kamu." Beliau berpesan kalau ada apa-apa ke depannya menjadi tanggung jawabku. "Nikmati segala prosesnya karena ini adalah laki-laki pilihanmu sendiri dan kalian saling mencintai." Tanpa melihat status dan lainnya, ibu menerima dengan terbuka calon suamiku yang pada waktu itu masih bersatus mahasiswa dan belum mempunyai penghasilan tetap.

Umi tahu betul ibu percaya seutuhnya kepadaku, kalau pilihan Umi benar dan bisa mempertanggungjawabkannya. Sedari kecil ibu selalu membesar-besarkan hati kami, anak-anaknya di depan kami, keluarga dan teman-temannya, tentang keunggulan kami atau kemampuan yang kami miliki. Taksedikit pun menyinggung kekurangan kami apa, sehingga membuat Umi khususnya menjadi lebih percaya diri. Ibu selalu bilang, "Kamu pasti bisa! Kalau orang lain bisa, kamu pasti bisa."

Mendoakan sambil menatap mata adalah hal yang tidak bisa Umi lupakan hingga kini. "Umi ... ibu doakan rejeki kamu mengalir terus, jangan takut kurang, pasti Allah selalu mengganti apa yang kamu keluarkan untuk kebaikan. Insya Allah anak-anakmu menjadi anak yang solehah. Didiklah mereka dengan baik dan kamu harus selalu sehat untuk suami dan anak-anakmu." Berulang-ulang selalu beliau katakan. Bahkan ketika sakitnya semakin menjadi hingga tersenyum pun sulit, sambil tidur telungkup karena sulit untuk bangun, bibir ibu takpernah kering dalam mendoakan kami, anak-anaknya.

Buat Umi, itu adalah kado yang paling indah.
Kado yang tidak akan bisa Umi lupakan.

Pesan untuk yang sedang mengenyam pendidikan di jenjang manapun, buatlah orangtuamu bangga dengan belajar sungguh-sungguh. Kita tidak pernah tahu uang untuk membayar ini itu dari mana? Dengan cara apa? Yang orangtua inginkan hanyalah agar kita dapat belajar dengan baik tanpa memikirkan biaya. Untuk yang masih ada ibunya, segera dekati, peluk, dan bisikkan di telinganya betapa kamu menyayanginya. Dan yang jauh jaraknya segera telpon atau berkirim kabar, ungkapkan perasaanmu sebelum kamu menyesal nggak akan bisa mendengar lagi jawaban sayang balik dari ibumu.

Berbahagialah engkau di sana, ibu. Rasa sakitmu telah hilang, tersenyumlah, insya Alah Allah mengampuni dosa-dosamu. Amin. Doa-doa dipanjatkan untuk keselamatan dan kebahagiaan ibu di alam kubur. Semoga Allah melapangkan dan menerangi kuburnya. Amin. Maafkan Umi karena belum mampu berbakti dan merawat ibu dengan baik. Umi sayang ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun