Hujan kau ingatkan aku tentang satu rindudi masa yang lalu saat mimpi masih indah bersamamu. Terbayang satu wajah penuh cinta penuh kasih. Terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan. Kau ibu ... oh ibu ... |  Ya Allah izinkanlah aku bahagiakan dia meski dia telah jauh. Biarkanlah aku berbakti untuk dirinya. Oh ibu ... oh ibu ...
Mendadak lagu Opick featuring Amanda di atas menjadi lagu favoritku. Sedih, tapi lirik lagunya kena banget ke hati. Hampir selalu nggak bisa menahan tetesan airmata keluar. Ini lagu sedih, tapi mengingatkan Umi ke mendiang ibu. Mengingatkan agar Umi harus selalu ingat pesan, petuah, dan didikan ibu. Harus selalu mendoakan kebaikan sebagai bukti Umi sangat sayang dan selalu merindukan ibu.
Pertama kali mendengar lagu ini saat perhelatan sumpah jabatan dan wisuda, setelah menyelesaikan pendidikan D3 di Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi, bulan September 2013 lalu. Suasana hati yang awalnya memang lagi sedih karena saat prosesi wisuda ini, Umi dan Abi nggak pegang uang sama sekali, yaitu hanya beberapa puluh ribu sisa gaji Umi bulan sebelumnya bersamaan dengan keputusan Abi memilih resign 1 bulan sebelum wisuda, otomatis pemasukan menjadi berkurang.
Teringat saat ketiga saudaraku dapat menyelesaikan pendidikan S1-nya dengan biaya dari orangtua dan ketika wisuda tiba, betapa sibuknya ibu membuatkan baju kebaya, setelan jas, memilihkan salon mana yang akan dipakai. Intinya semua tetek-bengek menuju penghelatan wisuda ini, ibu yang ngurusin, termasuk pinjem mobil untuk rombongan keluarga kami plus saudara yang ingin ikut menemani.
Sementara Umi, untuk membayar uang kuliah pun membayar sendiri kendati separuh nominal biaya kuliah dibayarkan oleh kantor. Pada saat menyelesaikan pendidikan hingga akhirnya di wisuda pun serba sendiri. Baju kebaya, kerudung, hingga alas kaki yang digunakan pun dapet minjem. Alih-alih untuk selametan, berangkat ke tempat acara pun dibonceng Abi pake motor. Mau panggil taksi takut nggak cukup uangnya. Itu pun hanya bapak dan Abi yang menemani.
Sebenarnya ini bukan masalah uang yang bikin sedih, tapi karena ketiadaan ibu. Sempat tersirat dalam hati dan berangan, coba kalau ibu masih ada. Dan ketika Umi curhat sama kakak, dia mau memesankan tumpeng untuk kumpul keluarga sebagai tanda bersyukur. Umi bilang, "Nggak usah, Teh, Umi cuma mau ibu." Dan kita berdua menjadi sangat sedih. Umi hanya ingin menunjukkan kepada ibu, Umi berhasil dengan nilai yang baik walaupun bisa kuliah setelah punya 2 anak. Umi ingin lihat raut muka ibu yang tersenyum bahagia.
Mengapa begitu? Karena ini adalah mimpi ibu. Ibu ingin bersikap adil ke empat anaknya. Bahwa Umi juga harus meneruskan pendidikan seperti saudara yang lain tidak hanya sampai SPK (setara dengan SMA) aja. Pada saat itu ibu meminta maaf ke Umi karena ibu dan bapak tidak mampu membiayai Umi. Ya, sadar dirilah biaya pendidikan di kesehatan tidak murah. Gaji bapak yang karyawan biasa tidak mencukupi untuk membiayai kuliah kami semua. Semangat yang kuat dari bapak dan ibu yang membuat kami malu kalau tidak belajar dengan sungguh-sungguh.
IBU DAN FAMILY CATERING
Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang multitalent. Sagala bisa. Tanya saja disuruh bikin apa, pasti bisa. Dari mulai urusan dapur, bikin kue, menjahit baju, bahkan sampai nukang. Semua bisa! Ya, semasa hidupnya ibu memang dikenal sebagai tukang jahit, menerima pesanan kue, dan mengelola katering. Kata beberapa pelanggan, jahitan ibu itu paling rapi dan modelnya selalu up to date. Wajar saja karena ibu suka sekali jalan-jalan ke mall, makan, dan shopping.
Kalau sudah mencicipi suatu makanan dan menurutnya enak, pasti deh langsung dicari resepnya. Beliau kadang gak segan bertanya ke tukang kuenya langsung, dan kemudian ia bisa berhari-hari bikin kue yang sama sampai rasa atau bentuk yang dimaui tercapai. Masakan ibu paling enak sedunia, bahan seadanya pun bisa menjadi istimewa. Kalau ibu harus menemani bapak atau berangkat sendiri keluar kota berhari-hari, sebelum berangkat pasti tersaji makanan di dalam wadah tertutup berupa kering tempe dan ayam yang sudah diungkep di kulkas.