Kascing itu "bekas cacing". Cara pembuatannya mudah, yang penting ada wadah dengan ukuran tertentu. Biasanya panjang lebarnya adalah 40 cm x 30 cm. Sedangkan tinggi tanahnya diusahakan tidak boleh lebih dari 60 cm. Wadah tersebut diisi oleh kotoran hewan (kohe), tanah, dan kompos dengan perbandingan 3:1:1. Tanah disemprotkan sampai kadar airnya mencapai 55%. Cara mengeceknya cukup digenggam tanahnya dan akan keluar urat-urat air (tidak sampai menetes). Jumlah cacing tanah yang diperlukan adalah 1 cacing per 5 cm. Untuk ukuran wadah di atas diperlukan kira-kira 1 kg cacing tanah. Hasil panennya adalah kotoran cacing (kascing) yang bisa diayak.
Sebagai penyemprot tanah agar kelembapannya pas diperlukan mikroorganisme lokal. Tidak usah membeli karena cara membuatnya mudah sekali. Bisa menggunakan bekas peuyeum (singkong atau ketan) atau nanas. Caranya adalah 1 ons peuyeum atau nanas yang sudah dibuat bubur ditambah 5-10 sendok gula. Fungsi dari gula adalah sebagai sumber energi bagi perkembangbiakan mikroorganisme lokal. Setelah itu tambahkan air ke dalam wadah botol 1,5 liter. Cairan akan siap panen dalam waktu 5 (lima) hari. Tidak rumit, kan?
Di lingkungan tempat kami tinggal, pemilahan sampah baru berupa barang-barang yang sudah tidak terpakai seperti buku, kertas, botol kaca, botol-botol atau benda yang berbahan plastik, dus, dan lainnya. Setiap tiga kali dalam seminggu, kami mengumpulkannya pada satu tempat atau di rumah yang ditunjuk sebagai pengepul barang-barang bekas. Luar biasa banyak manfaatnya. Setahun ke belakang, hasil penjualannya bisa digunakan untuk membuat kaos t-shirt grup dan piknik keluarga ke satu tempat wisata di Bandung. Ini baru mengumpulkan dalam 1 tahun, bagaimana kalau bertahun-tahun ya?[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H