Mohon tunggu...
Ummi Berbagi
Ummi Berbagi Mohon Tunggu... -

menuliskan dunia dari kacamata seorang istri dan ibu.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketika Beras Indonesia Diperebutkan Malaysia

13 Januari 2012   14:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:56 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="" align="alignleft" width="400" caption="Beras Adan Krayan, yang di Malaysia di beri merk "][/caption]

Lagi-lagi. Hampir saja Indonesia jatuh ke lubang yang sama. Kalau dulu urusan batik, urusan lagu 'Rasa Sayange', urusan reog Ponorogo, sekarang urusan Beras asli Nunukan. Beras asli kabupaten terujung pulau Kalimantan ini hampir saja di klaim milik Malaysia.  Sebagai seorang putri daerah asal Kalimantan yang , lahir dan besar di salah satu kabupaten kecil disana, namun kini numpang hidup di Jakarta, saya sangat memahami bagaimana rasanya hidup di daerah yang terpinggirkan. Bukan karena posisinyanya secara demografi berada di daerah perbatasan, tapi juga 'hak'  sebagai rakyat pun terbatas karena alasan hidup di daerah perbatasan ini tadi.

Kembali ke urusan beras, sebenarnya beras Adan Krayan bukan nama yang asing bagi  penduduk asli Nunukan dan sekitarnya. Beras ini tergolong beras organik. Bayangkan saja, beras ini tumbuh di lahan tradisional yang selalu di aliri air setiap tahunnya. Tumbuh di daerah unik, antara lembah dan ngarai, menjadikan rasa dari beras Adan Krayan punya sense yang berbeda dibandingkan dengan beras Pulau Jawa. Bahkan, pernah salah satu kerabat saya mencoba menanam benih padi Adan Krayan ini di tempat lain. Beras memang berhasil di panen, tapi rasa beras yang dihasilkan jauh berbeda dari beras Adan Krayan yang ada di Krayan. Usut punya usut, selain faktor demografi,  beras ini juga menggunakan pupuk dari kotoran kerbau. Dengan menghabiskan masa panen 6 bulan. Setelah itu, sawah dibiarkan selama 6 bulan menjadi kolam ikan. Ikannya datang sendiri. Baru setelah itu ditanam lagi. Penduduk Krayan sangat menjaga kealamiahan proses tumbuhnya benih padi Krayan hingga menjadi beras.  Dan ini sudah berlangsung dari zaman nenek moyang dan prosesnya di jaga secara turun temurun. Rasa yang pulen, khas, dan berbeda dengan beras yang beredar di pasaran, menjadikan beras Adan Krayan tidak asing di lidah orang Kalimantan.

Tapi kini, saya dapati berita dari sebuah situs online, bahwa beras Adan Krayan hampir saja di caplok Malaysia. Jika saja pemerintah Indonesia tidak buru-buru mematenkannya (pemerintah secara resmi mematenkan beras Adan Krayan pada 9 Januari 2012), mungkin pemerintah bakalan kebakaran jenggot untuk kesekian kalinya. Karena ternyata di Malaysia sana, beras asli desa Krayan ini di jual dengan merk Bario Rice. Dan ini sudah berlangsung cukup lama.

Saya menjadi maklum, jika banyak petani Krayan menjual berasnya ke Malaysia, karena selain di hargai dengan harga yang tinggi, ( di Kalimantan Timur  beras Adan Krayan dihargai 25 ribu/kg, sedangkan di Malaysia dihargai 39 ringgit/kg, 1 ringgit= kurang lebih 3000 rupiah )urusan 'remeh-remeh' seperti birokrasi  masih saja menghantui. Begitu sulit menjual beras ini di negeri sendiri dengan pangsa pasar yang lebih luas. Kondisi ini makin diperparah dengan kondisi geografi alam yang sulit di jangkau oleh moda transportasi. Hanya jalur udara yang bisa mencapai wilayah ini, itupun tidak bisa setiap hari, dengan pesawat kecil yang terbang dari Tarakan atau Kabupaten Nunukan. Bagaimana dengan jalur darat dan sungai ? sayangnya, sampai sekarang tidak bisa, lebih tepatnya lagi, pemerintah tidak mau mengusahakannya. Beginilah salah satu 'derita' hidup di daaerah perbatasan.

Yah, mungkin urusan beras ini tidaklah sebesar pulau Sipadan dan Ligitan.  :).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun