Kedua, jangan sekali-kali membuat keputusan yang tidak dapat Anda dukung. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dapat Anda sokong. Bila tidak, Anda hanya akan menjadi pengamat tanpa turut melaksanakan dan mendukung keputusan tadi. Misalnya, suatu waktu Anda bersama dengan teman-teman membuat kesepakatan untuk bertemu hari di sabtu. Anda menyetujuinya, padahal Anda tahu tidak akan dapat menghadirinya. Katakanlah terus terang. Jangan sampai Anda menetapkan keputusan untuk Anda langgar. Bila demikian, Anda berhak mencap diri Anda sendiri sebagai pelaku ‘sabotase’ pada keputusan tersebut. Tengoklah Rasulullah SAW, setiap kali membuat keputusan, setiap kali itu juga menjadi penyokong utama keputusan tersebut.
Ketiga, jangan sekali-kali mengeluarkan perintah yang tidak dapat Anda laksanakan. Orang yang sering memerintahkan sesuatu dimana dia sendiri tidak dapat melaksanakan, hanya akan menjadi juru perintah. Profesinya adalah memerintah, tanpa dapat memberikan tauladan kepada orang lain. Seandainya, setiap pemimpin —termasuk juga Anda— dapat memegang penuh hal-hal di atas, insya Allah kewibawaan dan kepercayaan masyarakat kepada pemimpin akan semakin kuat. Selanjutnya, realitas tersebut diatas akan mendorong masyarakat yang dipimpin untuk menjadikan sang pemimpin tersebut sebagai contoh yang patut menjadi tauladan.
Demikianlah, gambaran kriteria pemimpin berwibawa yang saya pahami. Kriterianya susah ya? ya memang benar, karena hanya sedikit saja orang-orang yang berkepribadian istimewa. Semoga sang pembawa wibawa itu akan muncul di ranah politik kita, di negeri kita. karena ia tak akan sembunyi. tak akan lari. Jadi tak perlulah kita bersusah-susah mencari. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H