[caption id="attachment_351708" align="alignnone" width="528" caption=""][/caption]
Layar kaca dalam beberapa hari ini memberitakan perihal seorang lelaki berperawakan kurus, bernama Ignatius Ryan Tumiwa, memperkarakan keinginannya untuk suntik mati. Tak habis fikir, bagaimana mungkin manusia lulusan S-2 ini begitu rapuh memandang indahnya hidup hanya karena dirinya seorang jobless dan saat ini hidup sebatang kara. Jika seorang lulusan S-2 yang sarat dengan keilmuan demikian sempit memandang hidup? Apatah lagi nasib warga negara lainnya yang tidak berbekal pengetahuan untuk menghadapi hidup. Akankah rumah sakit menjadi penuh dengan pasien antri minta euthanasia?
Sebagai seorang pendidik dan Ibu yang memiliki 4 anak dimana kesemuanya saat ini mengenyam jalur pendidikan formal, saya adalah pribadi yang turut prihatin terhadap jalannya pendidikan di negeri tercinta ini. Sistem pendidikan kita yang lebih mengutamakan penilaian terhadap aspek kognitif telah menggeser hakekat pendidikan sebenarnya.Anak belajar hanya semata agar lulus dengan nilai UN tinggi dan masuk sekolah favorit. Demi hal itu, khususnya menjelang UN anak-anak ramai mengikuti aneka pelajaran tambahan atau bimbel yang seringkali hanya mengedepankan keterampilan untuk menjawab soal semata.
Mambaca isi buku Oase Pendidikan di Indonesia : Kisah Inspiratif Para Pendidik, yang berisi kumpulan true story adalah bagai meminum air di tengah dahaga panjang.Kumpulan kisah inspiratif yang terbagi dalam 3 bagian, mengajak kita menelusuri aneka kisah para pejuang pendidikan guna mengembalikan hakekat pendidikan pada tempatnya. Tujuan dari pembuatan buku ini adalah terbukanya mata dan pikiran para praktisi untuk menerapkan cara-cara kreatif guna menciptakan suasana belajar yang efektif, menyenangkan dan tidak membosankan. Adalah Tanoto Foundation yang begitu peduli memberikan pelatihan bagi para guru untuk mencapai tujuan tersebut.
Bagaimana mendorong anak untuk bersikap jujur saat terjadi suatu masalah, ditempuh dengan jalan diskusi dan menumbuhkan kesadaran bertanggung jawab merupakan hal menarik yang patut ditiru. Mengajak anak berkreasi membuat sebuah produk dan menjualnya untuk memberikan solusi bagi temannya yang kurang mampu, adalah contoh life skill yang seringkali dipandang aneh jika diberikan dalam satu kelas pendidikan formal. Dalam buku ini dibahas pula bagaimana mengatasi konflik dengan jalan sengaja menciptakan konflik di kelas. Penggalan kisah inspiratif tersebut tentunya akan lebih lengkap jika Anda baca langsung bukunya.
Harapan Sukanto Tanoto “Dengan pendidikan, lingkaran setan kemiskinan dapat diputus. Kualitas hidup pun dapat ditingkatkan sehingga pemberdayaan sumber daya manusia dapat dimaksimalkan” tentu akan tercapai dengan jalan menciptakan guru kreatif, anak aktif yang diberikan dalam pelatihan oleh Tanoto Foundation, dan kemudian dikisahkan dalam buku tersebut.
“Tolong suntik mati diriku” kiranya tak akan jadi permohonan panjang yang melelahkan. Andai saja pemohon merupakan produk sistem pendidikan yang melahirkan anak didik aktif dan kreatif. Tentunya kecerdasan emosional, kemampuan berfikir kreatif akan menjadikannya memandang mudah, manakala masalah hidup datang mengampirinya. Selamat membaca. Jangan suntik mati gairah belajarmu!
Judul Buku : Oase Pendidikan di Indonesia, Kisah Inspiratif Para Pendidik
Penulis : Tim Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan
Penerbit : Tanoto Foundation Raih Asa Sukses
Cetakan : I, Jakarta 2014
Tebal buku : V + 260 hlm
ISBN (13) 978-979-013-204-7
ISBN (10) 979-013-204-2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H