Mohon tunggu...
Ummi Saikha
Ummi Saikha Mohon Tunggu... Guru - guru SD

Nama saya Ummi Saikha, saya guru kelas SD , saat ini saya sedang mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 5 Kabupaten Bangka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Pemimpin Impian di Masa depan yang Tangguh

26 Oktober 2022   10:36 Diperbarui: 26 Oktober 2022   10:39 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Izinkan Ku Lukis Senja Mengukir Namamu Disana 

"Menjadi Pemimpin Impian di Masa Depan"

Nama Ummi Saikha, S.Pd.

CGP Angkatan 5 kab Bangka

Tugas Koneksi Antarmateri Modul 3.1

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 

Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. 

Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran holistik yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. 

Keputusan yang diambil tentunya tidak menyimpang dari peran guru perlu memahami kodrat anak dan kodrat zaman di dalam mendidik peserta didiknya. Dalam pengambilan keputusan haruslah berpihak kepada murid, yang mengutamakan kepentingan murid sesuai kebutuhan dan minat murid yang sesuai dengan kodratnya.

Nilai seorang Guru Penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. 

Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Nilai mandiri berarti seorang Guru Penggerak senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya serta mampu mendorong dirinya sendiri untuk bergerak melakukan inovasi dan perubahan. Reflektif berarti senantiasa mampu untuk memaknai setiap pengalaman yang ia temui. Setiap pengalaman yang ia miliki dapat ia amalkan dalam kehidupannya sehari-hari. 

Kolaboratif berarti Guru Penggerak senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap rekanan dan pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Inovatif berarti senang memberikan ide-ide baru yang membangun dan bervariasi. Seorang Guru Penggerak dituntut mampu untuk menemukan solusi tepat guna untuk menyelasaikan masalah yang timbul, bersikap terbuka terhadap masukan dan gagasan orang lain untuk mencapai solusi yang solid untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi. 

Berpihak pada murid berarti Guru Penggerak senantiasa mengutamakan kepentingan dan kebutuhan perkembangan peserta didik sebagai dasar bertindak utama. Apa yang kita siapkan adalah untuk mendukung kebutuhan dan keadaan peserta didik.

Keterkaitan pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching yang diberikan oleh panitia, fasilitator, dan pendamping sangat efektif. Mempelajari materi coaching dapat membuat saya memahami tentang komunikasi yang memberdayakan, mindfulness dan model TIRTA. Memiliki kemampuan coaching artinya dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi baik bagi murid maupun rekan sejawat. Sehingga coachee dapat memberdayakan diri dan potensinya untuk mengambil suatu keputusan ketika dihadapkan dalam kasus dilema dan bujukan moral. Pengambilan keputusan harus dilandasi berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. 

KSE sangat membantu guru maupun murid dalam merespon kondisinya sendiri secara lebih tepat. Menghadapi kasus dilemma etika dan bujukan moral tentunya harus menerapkan kesadaran penuh (Mindfulness) sehingga pengambilan keputusan nantinya tidak bertentangan dengan nilai -- nilai yang ada pada dirinya.

Tentunya pengambilan keputusan yang tepat itu mewakili semua keinginan dan harapan warga sekolah agar terciptanya lingkungan yang kondusif aman dan nyaman , keputusan yang mementingkan kepentingan orang banyak diatas kepentingan pribadi. Apabila belum terpenuhi harapan semua pihak, seperti pemahaman saya saat elaborasi pemahaman bersama instruktur Aditya Dharma, bahwa jika belum bisa memenuhi harapan dan keinginan semua orang , maka keputusan sebagai seorang pemimpin tetap harus diambil . 

Karena kita tidak bisa menyenangkan hati semua pihak yang berkepentingan, seorang pemimpin tentunya tetap harus mengambil keputusan yang bertanggung jawab, maka tidak boleh pemimpin plin plan mengikuti arus ke kiri dan ke kanan tanpa mengambil keputusan yang tegas. Sebagai pengambil keputusan di sekolah tentunya ada pro dan kontra , namun keputusan harus tetap diambil baik suka maupun tidak. Perubahan paradigma di lingkungan sekolah saya ke arah yang lebih baik.

Tahapan Merdeka dari modul program guru penggerak ini saling berkoneksi dan bersinambungan satu dengan yang lainnya. Sebagai seorang pemimpin yang berpihak kepada murid tentunya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional maka pembelajaran menjadi lebih menyenangkan untuk potensi murid kita yang berbeda beda. 

Seperti ukuran baju anak murid kita ada yang ukurannya S, M, L, XL, sama halnya dengan potensi anak didik kita dengan gaya belajar yang berbeda pula ada yang kinestetik, audio ,dan visual. Harapannya tidak ada lagi murid yang merasa dikucilkan ketika dia berada di kelas sehingga peran pemimpin sangatlah penting dalam mengayomi rekan sejawat dalam memenuhi kebutuhan murid sesuai dengan kodrat murid dan kodrat zaman.

Keterkaitan dengan modul sebelumnya sangat erat kaitannya, dan sudah pernah saya bahas koneksi pengambilan keputusan ini mencakup keseluruhan tahapan modul dari filosofi guru penggerak, nilai dan peran guru penggerak, visi sekolah impian, budaya positif, pembelajaran diferensiasi dan kompetensi sosial dan emosional dan keterampilan coaching. 

Hal hal yang di luar dugaan ketika tugas demonstrasi kontekstual modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai nilai kebajikan sebagai pemimpin, saya melakukan wawancara kepada dua kepala sekolah, tentunya banyak hal yang diluar ekspetasi saya. Dimana saya mendapatkan materi tentang haruslah pemimpin melewati 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebelum memberikan keputusan, 3 prinsip dan 4 paradigma, namun kenyataannya Coachee saya belum memahami hal tersebut. Sehingga menjadi motivasi terbesar bagi saya untuk meresapi dan menjalankan peran ini di masa depan.

Pada akhirnya ingin saya katakan "izinkan ku melukis senja mengukir namamu disana" Menjadi Pemimpin Impian di masa depan yang tanggh aamiin.

Salam guru penggerak

Salam dan bahagia

#CGP angkatan 5 Kab Bangka, Ummi Saikha,S.Pd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun