Mohon tunggu...
Sri Kuswayati
Sri Kuswayati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Teknologi Bandung dan owner penerbit buku CV. Future Business Machine Solusindo (www.fbmsolusindopublishing.com)

Aktif mengajak Bunda belajar dan berpenghasilan dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Stop Menjadi People Pleaser, Saatnya Prioritaskan Diri Anda

21 November 2024   23:01 Diperbarui: 22 November 2024   03:04 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda merasa kesulitan untuk berkata tidak? Lebih sering menghindari konflik dan terus menerus berupaya menyenangkan orang lain? Fix, Anda terkategori sebagai People Pleaser.

Dalam kehidupan sosial, adalah hal yang wajar jika keberadaan kita ingin diterima dan dihargai. Namun, ketika keinginan untuk menyenangkan orang lain menjadi prioritas utama yang mengorbankan kebutuhan diri sendiri, Anda mungkin sudah jatuh ke dalam jebakan people pleaser. Anda cenderung mengatakan "ya" meski sebenarnya ingin mengatakan "tidak," demi menghindari kritik atau penolakan.

Adapun penyebab seseorang menjadi People Pleaser biasanya adalah adanya pengalaman masa kecil untuk terus-menerus menyenangkan orang tua atau pengasuh agar mendapatkan cinta atau pengakuan. Ketidakpercayaan diri juga dapat membuat seseorang merasa bahwa mereka harus "membeli" penerimaan sosial dengan mengorbankan kebutuhan pribadi.

 Trauma sosial atau pengalaman buruk di masa lalu dapat memicu pola pikir bahwa menolak permintaan orang lain akan berujung pada penolakan atau kehilangan hubungan.

Seorang people pleaser akan mengalami kelelahan fisik dan mental karena terus-menerus mengorbankan waktu dan energi untuk orang lain hingga lupa merawat diri sendiri. Akibatnya, Anda akan kehilangan jati diri karena lebih fokus pada kebutuhan orang lain membuat kehilangan arah sehingga tidak mengenal apa yang benar-benar Anda inginkan. Muncul rasa marah dan frustrasi yang terpendam akibat adanya perasaan terabaikan 

Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan people pleaser? Kenali Batasan Anda. Belajar untuk menetapkan batasan pribadi adalah langkah pertama. Ingat bahwa mengatakan "tidak" bukan berarti Anda egois. Lakukan refleksi diri, tanyakan pada diri sendiri, "Apakah saya benar-benar ingin melakukan ini?" atau "Apakah ini untuk kebaikan saya sendiri atau hanya demi menyenangkan orang lain?".

 Mulailah dengan menolak permintaan kecil dan sadari bahwa Anda tidak harus menyenangkan semua orang. Fokus pada diri sendiri dan luangkan waktu untuk mengenali kebutuhan dan keinginan Anda sendiri.

Menyenangkan Orang Lain dengan Seimbang

Menjadi orang yang peduli pada orang lain adalah hal baik, tetapi jangan sampai mengorbankan kebahagiaan Anda sendiri. Ingat, Anda juga layak diprioritaskan, dihargai, dan dicintai tanpa harus terus-menerus mengorbankan diri. 

Hidup yang seimbang adalah kunci. Menjadi people pleaser mungkin membuat Anda disukai banyak orang, tetapi menjadi autentik akan membuat Anda disukai oleh orang yang tepat.

Ketika seorang people pleaser berteman dengan orang yang manipulatif, hubungan tersebut cenderung tidak sehat dan merugikan. Berikut adalah bahaya yang bisa muncul dalam situasi ini, antara lain :

1. Ketidakseimbangan Hubungan

  • Orang manipulatif sering kali memanfaatkan sifat people pleaser untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri tanpa memberikan timbal balik yang setara.
  • Hubungan ini menjadi sepihak, di mana people pleaser terus berkorban sementara pihak manipulatif hanya mengambil keuntungan.

2. Hilangnya Identitas Diri

  • Orang manipulatif pandai memengaruhi people pleaser untuk selalu menuruti kehendaknya. Akibatnya, people pleaser kehilangan jati diri karena terlalu fokus pada kepentingan orang lain.
  • Mereka mungkin tidak lagi tahu apa yang benar-benar diinginkan atau dibutuhkan dalam hidup mereka sendiri.

3. Terjebak dalam Rasa Bersalah yang Berlebihan

  • Manipulator sering kali menggunakan rasa bersalah sebagai alat untuk mengendalikan. Misalnya, mereka membuat people pleaser merasa bahwa menolak permintaan mereka adalah tindakan egois.
  • People pleaser akhirnya terjebak dalam siklus rasa bersalah dan terus memenuhi tuntutan manipulatif.

4. Kesehatan Mental Terganggu

  • Kombinasi tekanan emosional dari sifat people pleaser dan taktik manipulatif dapat menyebabkan stres berlebih, kecemasan, bahkan depresi.
  • People pleaser sering merasa kelelahan secara emosional karena berusaha keras menyenangkan seseorang yang tidak pernah puas.

5. Eksploitasi yang Berulang

  • Orang manipulatif tidak ragu untuk mengambil keuntungan lebih jauh. Mereka mungkin memanfaatkan people pleaser secara finansial, emosional, atau bahkan sosial.
  • Misalnya, meminta bantuan terus-menerus tanpa memberikan dukungan balik.

6. Sulit Melepaskan Diri

  • People pleaser seringkali merasa sulit untuk keluar dari hubungan seperti ini karena takut menghadapi konflik atau kehilangan hubungan.
  • Manipulator menggunakan ketergantungan emosional ini untuk mempertahankan kendali.

7. Kerusakan Hubungan Lain

  • Orang manipulatif dapat memengaruhi people pleaser untuk mengorbankan hubungan lain demi mereka. Akibatnya, people pleaser mungkin kehilangan teman-teman atau keluarga yang sebenarnya peduli.

Bagaimana Cara Melindungi Diri?

  1. Kenali Tanda-Tanda Manipulasi
    Pelajari bagaimana orang manipulatif beroperasi, seperti menggunakan rasa bersalah, mengontrol narasi, atau memanfaatkan kerentanan.

  2. Tetapkan Batasan yang Jelas
    Jangan takut mengatakan "tidak." Anda berhak menentukan batasan yang sehat dalam hubungan.

  3. Utamakan Kebutuhan Diri
    Ingatlah bahwa kebutuhan Anda juga penting. Jangan biarkan orang lain mengabaikan atau meremehkan hal ini.

  4. Evaluasi Hubungan
    Jika hubungan tersebut terus menerus merugikan, pertimbangkan untuk menjauhkan diri secara perlahan.

Ketika seorang people pleaser bertemu dengan orang manipulatif, hubungan itu berpotensi menjadi ladang eksploitasi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali pola ini dan mengambil langkah untuk melindungi diri. Jangan takut memilih hubungan yang lebih sehat dan menghormati kebutuhan diri Anda sendiri.

*Artikel ini merupakan hasil kolaborasi antara ide dan kurasi penulis serta dukungan AI untuk proses penulisan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun