Dalam pidatonya tersebut, ia menyampaikan bahwa dirinya pernah ada di titik terendah dalam hidup. "Jadi, saya pikir, bila dinilai dari ukuran konvensional manapun , hanya tujuh tahun dari haru saya diwisuda, saya sudah menjadi orang yang gagal total. Pernikahan yang hanya seumur jagung, tidak punya pekerjaan, orangtua tunggal, dan termasuk kategori orang miskin menurut standar  Inggris modern meski belum masuk kategori tunawisma. Hal-hal yang dulu ditakutkan oleh orangtua, dan saya sendiri, benar-benar terjadi, dan berdasarkan standar umum yang berlaku di mana saja, saya orang yang paling gagal." (hal.29)
Hal menarik yang saya dapatkan dari buku ini, ajakan Rowling untuk bersiap menerima KEGAGALAN. Rowling bercerita mengenai hikmah kegagalan yang sukses memgantarnya ke titik pencapaian hari ini. "Sederhananya karena kegagalan berarti meninggalkaan semua yang tidak penting." (hal 32).
Buku ini recomended untuk dibaca dan related dengan kondisi kita saat ini, di mana pandemi menghantam dan memporakporandakan berbaggai sendi kehidupan. Bisa jadi Anda salah satu yang merasa sangat terpuruk dan kehilangan arah. Membaca buku ini akan membangkitkan gairah untuk terus melangkah.
Berkaca dari pengalaman hidup Rowling, saya pun mendamba bisa menuliskan buku anak sarat makna perjuangan hidup. Hingga cerita anak tidak lagi didominiasi tokoh sang Kancil "cerdik" dan  penuh muslihat, seperti yang sering saya baca di zaman kecil dulu atau dongeng para putri bergelimang harta dan kemudahan hidup yang melahirkan para Cinderella Complex Sindrom atau Peterpan Sindrom. Bagaimana dengan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H