Mohon tunggu...
Riana Sari
Riana Sari Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika di SMAN 5 Kabupaten Tangerang

Riana Sari, Lahir di Banjarnegara, 11 Desember 1989. Karyanya antara lain: “Matematika Hidup Indonesiaku”, Juara I Lomba Menulis Puisi Matematika Nasional 2008, UNSRI. Cerpen “Api Kecil di Dermaga”, masuk dalam antologi “yang Muda yang Kreatif”, Kemenpora RI, 2010. Cerita Rakyat “Teluknaga”, Juara I Lomba Menulis Cerita Rakyat Kabupaten Tangerang 2011. Cerpen “Perempuan Hebat” masuk dalam antologi Perempuan Hebat, IPP-NU, 2011, Cerpen “Selendang Biru di Akar Bakau” menjadi pemenang lomba menulis cerpen mangrove, KeseMat, UNDIP, 2012, Cerpen “Laso” menjadi Juara prospektif, lomba cerpen kearifan lokal, Yayasan Obor Indonesia, 2013. Cerpennya berjudul "Cukin Naga Emas" dmuat dalam majalah sastra Kandaga, 2023.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 1: Relevansi Filosofi pendidikan KHD dalam Dunia Pendidikan Masa Kini

14 Agustus 2024   23:31 Diperbarui: 19 Agustus 2024   04:10 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Riana sari

Dalam pusaran reformasi pendidikan, nama Ki Hajar Dewantara kembali mencuat sebagai kompas yang memandu langkah para pendidik. Filsafatnya yang mendasar, "Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani," menjadi pedoman bagi guru penggerak dalam menjalankan tugas mulia. 

Artikel ini akan mengurai benang merah antara pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep-konsep terkini dalam pendidikan, seperti nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, dan budaya positif. Dengan memahami koneksi antara keempat konsep ini, diharapkan kita dapat lebih mendalam menghayati makna pendidikan yang berkarakter dan relevan dengan tantangan zaman.

Pendidikan telah memasuki era pendidikan 4.0 dimana penggunaan teknologi dapat meningkatkan proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien. Lalu, di era serba canggih seperti saat ini, dimanakah posisi guru? Sementara ilmu pengetahuan dan keterampilan dapat didapat dan dipelajari dari berbagai sumber yang sangat mudah diakses. Konsep trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat relevan dalam konteks pendidikan modern. 

Dalam Filosofi tersebut, Seorang guru tidak hanya menjadi teladan (ing ngarso sung tulodo) dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif, tetapi juga mampu membangkitkan semangat belajar murid (ing madya mangun karso) serta memberikan dukungan dan dorongan yang tepat (tut wuri handayani). Ketiga konsep ini saling melengkapi dan menjadi landasan bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi murid.

Berangkat dari Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, maka guru perlu mengayati nilai dan peran yang harus dimiliki. Di dalam  Pendidikan Guru Penggerak, dikenal Nilai dan Peran Guru Penggerak yang harus dimiliki untuk mewujudkan pendidikan bermakna yang berpihak pada murid. 

Nilai-Nilai yang harus dimiliki Guru Penggerak adalah Berpihak pada Murid, Mandiri, Reflektif, Inovatif dan Kolaboratif. Sementara, Guru penggerak bisa mengambil peran-peran sebagai Pemimpin Pembelajaran, Penggerak Komunitas, Pendorong Kolaborasi, Coach Bagi Rekan sejawat, dan Mewujudkan Kepemimpinan Murid.

Dalam mengimplementasikan Nilai dan Perannya, Guru Penggerak memerlukan Visi yang dapat menjadi suatu pengarah atau panduan untuk mewujudkan apa yang diharapkan. Visi Guru Penggerak, penting untuk dirumuskan, agar memudahkan perencanaan misi dan pelaksanaannya. dalam merumuskan Visi, Guru Penggerak dapat memulai dengan membuat prakarsa perubahan yang bisa dirumuskan dengan metode BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi). Dengan Visi yang relevan dengan potensi dan kebutuhan peserta didik, diharapkan pelaksanaan perubahan akan lebih efektif.

 Untuk mewujudkan Visi Guru Penggerak, tentu akan dirumuskan misi-misi yang dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan misi tersebut, tentunya akan ada nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan pada murid. Nilai-nilai kebajikan ini dapat ditanamkan pada murid dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dapat dirumuskan dan disepakati bersama dalam Keyakinan Kelas atau Keyakinan Sekolah.

Namun, dalam melaksanakan keyakinan tersebut, bisa saja terjadi pelanggaran atau pengingkaran terhadap poin-poin di dalam keyakiann kelas atau keyakinan sekolah tersebut. Untuk mengatasi Pelanggaran terhadap keyakinan, alih-alih guru sebagai Penghukum, Pembuat rasa Bersalah, teman atau pemantau, Posisi Kontrol yang terbaik adalah Guru Sebagai Manajer. 

Dalam 5 Posisi Kontrol, Posisi manajer memiliki dampak pada murid yang paling positif. Pendekatan yang dilakukan dapat menggunakan Segitiga Restitusi, dimana langkah pertama adalah menstabilkan karakter, kedua memvalidasi tindakan yang salah, dan yang ketiga adalah menanyakan keyakinan. 

Dengan metode segitiga restitusi ini, guru dapat lebih memahami dorongan atau motivasi apa yang melatar belakangi tindakan murid yang kurang sesuai dengan keyakinan yang telah dibuat bersama. Guru juga akan lebih mengerti bahwa dalam bertindak, murid cenderung melakukan itu untuk memenuhi kebutuhannya, kebutuhan dasar yang dimiliki murid antara lain kesenangan, kebebasan. cinta kasih, penguasaan, dan semua itu dilakukan untuk satu tujuan besar yakni bertahan hidup. 

Di dalam Modul 1 Pendidikan Guru Penggerak ini, Modul 1.1. Terkait Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, Modul 1.2. Tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3. Tentang Visi Guru Penggerak, Modul 1.4 Tentang Budaya Positif yang keseluruhannya saling terkoneksi menjadi suatu pemahaman utuh bahwa, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berpihak pada murid, dan pengajaran yang baik adalah pengajaran yang berdampak pada murid, serta ilmu terbaik adalah ilmu yang mampu menuntun laku murid menjadi pribadi yang berkarakter, beradab, serta berbudi pekerti yang luhur. 

Koneksi Antar Materi

Prinsip kemanusiaan dalam filosofi Ki Hajar sejalan dengan konsep disiplin positif yang menekankan pada membangun hubungan yang positif dengan siswa. Prinsip kebudayaan menginspirasi kita untuk menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan nilai-nilai luhur dan menjunjung tinggi keanekaragaman.

Guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan mampu menciptakan budaya positif di sekolah. Nilai-nilai seperti reflektif, kolaboratif, dan inovatif sangat relevan dalam menerapkan konsep-konsep budaya positif.

Visi untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya dapat dicapai melalui penerapan budaya positif. Dengan menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung, siswa akan merasa termotivasi untuk belajar dan berkembang.

Peran dalam Menciptakan Budaya Positif

Sebagai guru, peran saya dalam menciptakan budaya positif sangatlah penting. Dengan menerapkan konsep-konsep seperti disiplin positif, saya dapat membangun hubungan yang saling menghormati dengan siswa. Motivasi perilaku yang positif, seperti pengakuan atas prestasi dan upaya siswa, akan mendorong mereka untuk terus berprestasi. Posisi kontrol restitusi memungkinkan siswa untuk belajar dari kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Dengan melibatkan siswa dalam pembuatan keyakinan kelas, mereka akan merasa memiliki dan bertanggung jawab atas terciptanya lingkungan belajar yang positif.

Foto saat memfasilitasi Diskusi Perubahan Visi SekolahSumber : Dokumen Riana sari
Foto saat memfasilitasi Diskusi Perubahan Visi SekolahSumber : Dokumen Riana sari

Refleksi

Pemahaman Konsep: Sebelum mempelajari modul ini, pemahaman saya tentang disiplin positif masih terbatas pada penerapan aturan yang ketat. Setelah mempelajari modul, saya menyadari bahwa disiplin positif lebih dari sekadar aturan, tetapi tentang membangun hubungan yang positif dan mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Perubahan Cara Berpikir: Modul ini telah mengubah cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif. Saya lebih fokus pada membangun hubungan yang positif dengan siswa daripada hanya pada pencapaian tujuan akademik. Saya juga menyadari pentingnya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan pengambilan keputusan.

Pengalaman: Sebelumnya, saya sering menggunakan posisi kontrol penghukum yang otoriter ketika menghadapi masalah disiplin. Hal ini seringkali membuat siswa merasa takut dan tidak nyaman. Setelah mempelajari modul, saya mulai menerapkan posisi kontrol manajer, yang memungkinkan siswa untuk belajar dari kesalahan mereka.

Hal yang Baik dan Perlu Diperbaiki: Saya merasa bahwa penerapan keyakinan kelas telah berhasil menciptakan suasana yang lebih positif di kelas. Namun, saya masih perlu meningkatkan kemampuan saya dalam mengelola konflik dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

Posisi Kontrol: Sebelumnya, saya sering menggunakan posisi kontrol penghukum dan pembuat rasa bersalah. Setelah mempelajari modul, saya lebih sering menggunakan posisi kontrol manajer di mana saya melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan.

Segitiga Restitusi: Saya belum pernah menerapkan segitiga restitusi. Namun, saya seringkali melakukan langkah-langkah yang serupa, seperti membantu siswa memahami dampak dari tindakan mereka dan mencari solusi bersama.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul, saya juga merasa penting untuk mempelajari lebih lanjut tentang kecerdasan emosional, komunikasi efektif, dan kepemimpinan. Keterampilan-keterampilan ini akan sangat membantu dalam menciptakan budaya positif di sekolah.

Kesimpulan

Modul Budaya Positif telah memberikan saya pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung. Dengan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari, saya yakin dapat menjadi guru yang lebih efektif dan membantu siswa mencapai potensi terbaik mereka.

Teluknaga, 14 Agustus 2024

Riana sari, S.Pd

CGP Angkatan 11 Provinsi Banten

Sumber : Dokumen Riana sari
Sumber : Dokumen Riana sari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun